"Mas, kalau mau berantem jangan disini." ucap seorang lelaki yang baru saja keluar dengan membawa katung kresek.
___
Malam yang dingin telah menyapa, hari yang biasanya terasa hangat dan berdebu berubah jadi rintik hujan yang syahdu. Dua cangkir kopi hitam pekat telah tersaji, sudah dipastikan Sekar akan bergadang lagi malam ini jika ia menyeruputnya. Sejak pagi sudah berapa cangkir yang masuk dalam lambungnya, memaksa dia harus sering-sering berurusan dengan petugas klinik yang menegur kebiasaan nya itu.
Kali ini dia tidak dapat menolak, setelah menyerahkan Radit untuk memesan apa yang akan mereka minum dan santap toh semua menu di cafe ini sudah pernah ia cicipi dan semua tak membuatnya kecewa.
Lebih dari 20 menit suasana canggung itu terjadi, satu dua pertanyaan yang sama bahkan dapat berulang di tanyakan.
Untuk dua orang yang bukan lagi remaja ini sungguh memalukan.Â
"Kamu bahagia dengan Rani?" tanya Sekar.Â
Sebuah senyuman terlihat tipis terlukis di ujung bibir Radit, nampaknya dia lega karena Sekar membuka pembicaraan lain meskipun itu bukan pertanyaan yang ia harapkan.
"Sudah sejak lama aku hilang kontak dengannya,"
"Aku tidak tahu harus memulai dari mana, tapi yang jelas aku hanya akan percaya jika itu keluar dari mulutmu sendiri,"
"Sebelum itu, aku mau meminta maaf. Meskipun sepertinya sudah terlambat. Untuk hubungan kita di masa lalu, aku tahu itu benar-benar menyusahkan mu dan menyakiti mu."