Mohon tunggu...
Umi nur Alisah
Umi nur Alisah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya yaitu menulis hal fiksi dan saya suka berkegiatan diluar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Metode 5S terhadap Peningkatan Efektifitas Kerja

12 Januari 2024   14:14 Diperbarui: 12 Januari 2024   14:18 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengaruh Metode 5 S Terhadap Peningkatan Efektivitas Kerja 

 

Umi Nur Alisah (31602300056)

Dr. Aida Azizah, S.pd., M.Pd

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,

Universitas Sultan Agung Semarang

Email: alisahumnr@gmail.com

Email: aidaazizah@unissula.ac.id

Abstrak

Industri berperan penting dalam perkembangan suatu negara, dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Efektivitas kerja, yang mencakup optimalisasi pemanfaatan sumber daya, menjadi aspek krusial. Metode 5S, melalui konsep pemilahan, penataan, pembersihan, pemantapan, dan pembiasaan, diperkenalkan untuk meningkatkan keamanan, efisiensi, mutu, mencegah kemacetan, dan ketertiban tempat kerja. Efektivitas kerja menilai pencapaian tujuan dengan kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu. Metode 5S, bukan hanya pengaturan fisik tetapi filosofi manajemen, bertujuan menciptakan tempat kerja yang teratur, efisien, dan aman. Implementasi 5S meningkatkan efektivitas kerja melalui keamanan, efisiensi, mutu produk, pencegahan kemacetan, dan ketertiban tempat kerja. Keterlibatan tim menciptakan budaya kerja positif. Integrasi budaya 5S membawa perubahan dalam organisasi, mendukung kolaborasi, dan meningkatkan kepuasan karyawan. Efektivitas kerja dan 5S memiliki potensi sinergi. 5S bukan hanya aturan fisik tetapi katalisator untuk meningkatkan efektivitas kerja dan budaya perusahaan. Dengan fokus pada keamanan, efisiensi, mutu, pencegahan kemacetan, dan ketertiban tempat kerja, 5S membentuk dasar untuk perbaikan berkelanjutan dan kesuksesan jangka panjang perusahaan.

Kata Kunci: Industri, Efektivitas Kerja, Metode 5 S

1. PENDAHULUAN
          Peran industri memiliki dampak yang substansial terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu negara. Dalam konteks ini, perkembangan industri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal, tetapi juga oleh berbagai aspek eksternal yang memainkan peran penting dalam kemajuan industri tersebut. Salah satu aspek utama adalah pengelolaan sumber daya alam yang digunakan oleh industri. Upaya untuk memastikan keberlanjutan dan keberlanjutan penggunaan sumber daya alam menjadi kunci dalam membentuk arah perkembangan industri.
          Salah satu elemen penting yang menyangkut dunia industry adalah efektivitas kerja. Efektivitas kerja merupakan aspek krusial dalam mengelola suatu organisasi atau individu, seiring dengan optimalisasi pemanfaatan sumber daya, fasilitas, dan infrastruktur (Mondy, 2015:11). Konsep ini menekankan kemampuan untuk mencapai hasil pekerjaan tepat waktu dengan memanfaatkan secara bijaksana semua sumber daya yang tersedia.

          Selain itu, Mutiarin dan Zainudin (2014) menyoroti bahwa evaluasi efektivitas kerja melibatkan aspek-aspek seperti pelaksanaan tugas atau fungsi, rencana atau program pembelajaran, ketentuan dan peraturan, serta tujuan atau kondisi ideal. Penilaian holistik ini mencakup berbagai dimensi yang relevan untuk mengevaluasi pencapaian sasaran organisasi atau tim. Dalam upaya mendongkrak efektivitas kerja, dapat ditempuh dengan mendayagunakan pengkondisian lingkungan kerja. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode 5S. Metode 5S yang diperkenalkan oleh Takashi Osada, tidak hanya berfokus pada pengaturan tempat kerja fisik tetapi juga menciptakan dasar bagi konsep manajemen lainnya seperti Total Quality Management (TQM) dan Just-In-Time (Hirano, 1995). Menurut Monden (1995) 5S merupakan singkatan dari pemilahan, penataan, pembersihan, pemantapan, dan pembiasaan, bukan hanya tentang kebersihan fisik tetapi juga menghilangkan segala bentuk ketidakberesan untuk meningkatkan efisiensi.

           Tujuan dari penerapan metode 5S, seperti yang diuraikan oleh Osada (2015), mencakup keamanan, efisiensi, mutu, mencegah kemacetan, dan menciptakan tempat kerja yang rapi. Dengan fokus pada kebersihan, penataan, dan pemantapan, 5S tidak hanya menjadi aturan tetapi filosofi yang mendukung perbaikan berkelanjutan dan kesuksesan jangka panjang perusahaan (Hirano, 1995).

2. KAJIAN PUSTAKA

2. 1 Efektivitas Kerja

          Menurut Mondy (2015:11), efektivitas mencakup optimalisasi pemanfaatan sumber daya, fasilitas, dan infrastruktur dalam jumlah yang telah disesuaikan sebelumnya. Konsep ini mengacu pada kemampuan suatu organisasi atau individu untuk mencapai hasil pekerjaan secara tepat waktu dengan memanfaatkan secara bijaksana semua sumber daya yang tersedia. Pemahaman terhadap efektivitas melibatkan perencanaan yang matang, pengaturan sumber daya yang efisien, dan pemantauan terus-menerus terhadap pencapaian tujuan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya.

         Hasibuan (2003) mendefinisikan efektivitas kerja sebagai kondisi yang mencerminkan tingkat keberhasilan aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan tertentu. Ini melibatkan kuantitas kerja, kualitas kerja, dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas. Efektivitas kerja adalah parameter penting untuk mengevaluasi pencapaian sasaran organisasi atau tim, mempertimbangkan hasil yang dihasilkan, kualitas yang dicapai, dan keterpenuhan waktu dalam proses kerja.

          Menurut Mutiarin dan Zainudin (2014), efektivitas kerja dapat dinilai melalui sejumlah aspek kunci. Pertama, lembaga atau program pembelajaran dianggap efektif jika mampu melaksanakan tugas atau fungsi yang telah ditetapkan, seperti memberikan pengalaman belajar yang positif kepada peserta didik. Kedua, efektivitas program juga terkait dengan pelaksanaan rencana atau program pembelajaran, yang harus terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan untuk dianggap berhasil. Ketiga, keberfungsiannya dalam menjalankan aturan dan ketentuan yang telah ditetapkan, terutama terkait dengan karyawan atau peserta kegiatan, juga menentukan efektivitas suatu program. Jika aturan dijalankan dengan baik, berarti ketentuan atau peraturan telah diterapkan secara efektif. Terakhir, suatu program dianggap efektif jika tujuan atau kondisi ideal yang ditetapkan dapat dicapai, dan prestasi yang dicapai oleh karyawan atau peserta kegiatan dapat menjadi indikator utama dari kesuksesan program tersebut. Dengan mempertimbangkan aspek-aspek ini, penilaian efektivitas kerja dapat menjadi lebih holistik dan mencakup berbagai dimensi yang relevan.

2. 2 Metode 5 S

2. 2. 1 Definisi 5 S

             Teknik 5S, yang dikenalkan oleh Takashi Osada di Jepang pada tahun 1980, tidak hanya merupakan strategi pengaturan tempat kerja, melainkan juga menjadi dasar bagi perkembangan konsep manajemen lainnya seperti Total Quality Management (TQM), Kaizen, Just-In-Time, dan ISO. Lebih dari sekedar mengenai tata letak fisik, penerapan 5S melibatkan perubahan dalam budaya kerja dan mencakup nilai-nilai seperti pemilahan, penataan, pembersihan, pemantapan, dan pembiasaan. Kontribusinya terhadap manajemen TQM serta keterkaitannya dengan Kaizen dan Just-In-Time menjadikannya penting dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas organisasi. 5S bukan hanya sekadar metode, melainkan juga filosofi manajemen yang mendukung perbaikan berkelanjutan dan kesuksesan jangka panjang Perusahaan (Hirano, 1995).

           Menurut Monden (1995), konsep 5S merupakan akronim dari lima kata Jepang: seiri (pemilahan), seiton (penataan), seiso (pembersihan), seiketsu (pemantapan), dan shitsuke (pembiasaan). Secara keseluruhan, 5S dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan pembersihan di tempat kerja dengan tujuan utama untuk menciptakan lingkungan yang teratur, efisien, dan aman. Monden (1995) menyoroti bahwa esensi dari 5S adalah menghilangkan segala bentuk kotoran atau ketidakberesan agar benda-benda yang diperlukan dapat diakses dengan mudah dan tersedia dalam jumlah yang sesuai.

           Hirano (1995) menjelaskan bahwa 5S bukan hanya metode pengorganisasian, tetapi alat efektif untuk mengungkapkan masalah di tempat kerja. Dengan penerapan canggih, 5S dapat menjadi bagian integral dari pengendalian visual dalam sistem lean yang terencana dengan baik. 5S tidak hanya menciptakan keteraturan fisik tetapi juga mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah tersembunyi dalam proses produksi, mendukung efisiensi operasional dan transformasi budaya kerja.

         Menurut Osada (2015), metode 5S adalah serangkaian aktivitas di tempat kerja yang melibatkan pemilahan, penataan, pembersihan, pemeliharaan, dan pembiasaan. Tujuannya adalah untuk melaksanakan pekerjaan dengan efisien dan menghilangkan pemborosan (waste). Berikut adalah penjelasan mengenai setiap langkah 5S:

1. Seiri (Pemilahan)

Pada tahap ini, penting untuk melakukan analisis mendalam terhadap kebutuhan dan nilai dari setiap barang atau alat di tempat kerja. Langkah ini bukan hanya tentang memisahkan barang yang tidak diperlukan, tetapi juga mengidentifikasi dan memahami peran serta nilai setiap barang yang ada. Dengan melibatkan seluruh tim, keputusan untuk memilah menjadi lebih demokratis dan berdasarkan pengetahuan kolektif.

2. Seiton (Penataan)

Penataan tidak hanya sekadar meletakkan barang di tempat yang tepat, tetapi juga menciptakan sistem penyimpanan yang logis dan efisien. Keteraturan ini tidak hanya mengurangi waktu pencarian, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman. Melibatkan karyawan dalam proses penataan dapat menciptakan rasa memiliki terhadap ruang kerja mereka, meningkatkan rasa tanggung jawab, dan memperkuat komitmen terhadap kebersihan dan ketertiban.

3. Seiso (Pembersihan):

Pembersihan bukan hanya aktifitas fisik membersihkan area kerja, tetapi juga menciptakan kesadaran akan pentingnya kebersihan dan keteraturan dalam meningkatkan efisiensi. Implementasi rutin dari kegiatan pembersihan bersama-sama menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan sehat. Keterlibatan seluruh tim dalam proses pembersihan mempromosikan kerja sama tim dan pemahaman bersama akan pentingnya menjaga kebersihan bersama.

4. Seiketsu (Pemantapan)

Pemantapan adalah tentang menjadikan 5S sebagai kebiasaan dan budaya kerja yang diterapkan secara konsisten. Melibatkan tim dalam proses evaluasi dan peningkatan terus-menerus mendorong inovasi dan pengoptimalan. Pemantapan juga melibatkan pelibatan karyawan dalam pengembangan kebijakan dan prosedur untuk memastikan kelangsungan penerapan 5S.

5. Shitsuke (Pembiasaan)

Pembiasaan merupakan tahap di mana filosofi 5S menjadi bagian integral dari budaya perusahaan. Pada tahap ini, fokusnya adalah pada pendidikan,pelatihan, dan pengembangan keterampilan karyawan dalam menerapkan dan mempertahankan prinsip-prinsip 5S. Inisiatif pembiasaan menciptakan budaya disiplin, tanggung jawab, dan inovasi yang berkelanjutan di tempat kerja.

Dengan melibatkan seluruh organisasi dalam setiap langkah 5S, manfaatnya tidak hanya terbatas pada peningkatan efisiensi operasional tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kolaborasi, kreativitas, dan kepuasan karyawan.

2. 2. 1 Tujuan 5 S

Penerapan metode 5S, seperti yang dijelaskan oleh Osada (2015), memiliki tujuan yang sangat penting dan mendalam dalam mengelola lingkungan kerja. Lebih lanjut, tujuan-tujuan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Keamanan

   Keamanan bukan hanya sebatas mengurangi kecelakaan, tetapi juga menciptakan budaya keselamatan yang melekat dalam setiap aktivitas kerja. Dengan tempat kerja yang tertata rapi, peralatan yang ditempatkan dengan baik, dan pemilahan yang efisien, risiko kecelakaan dapat diminimalkan. Keamanan tidak hanya mencakup perlindungan fisik, tetapi juga keamanan mental dan perasaan aman bagi setiap anggota tim.

2. Efisiensi

   Implementasi 5S bertujuan untuk menciptakan efisiensi operasional secara menyeluruh. Ketika setiap item dan peralatan memiliki tempat yang ditetapkan dan mudah diakses, waktu yang diperlukan untuk mencari dan mempersiapkannya dapat dikurangi secara signifikan. Efisiensi ini tidak hanya berkaitan dengan waktu, tetapi juga melibatkan pengelolaan biaya yang lebih baik.

3. Mutu

   Fokus pada kebersihan dan pemeliharaan peralatan membantu meningkatkan kualitas produk. Mesin yang terjaga kebersihannya cenderung berfungsi dengan lebih baik dan konsisten, yang pada akhirnya mendukung produksi produk berkualitas tinggi. Implementasi 5S dapat dilihat sebagai investasi dalam mutu produk dan reputasi perusahaan.

4. Mencegah terjadinya kemacetan

   5S membantu mencegah kemacetan dalam proses produksi dengan menciptakan lingkungan yang terorganisir. Dengan menanggulangi masalah seperti saluran tersumbat atau mesin yang macet, perusahaan dapat menjaga kelancaran operasionalnya. Hal ini tidak hanya memengaruhi produktivitas, tetapi juga berdampak pada kualitas dan kecepatan produksi.

5. Tempat kerja yang Rapih

   Keberhasilan implementasi 5S dapat dilihat melalui suasana kerja yang bersih, terorganisir, dan rapi. Tempat kerja yang teratur menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan produktif. Pekerja yang bekerja di lingkungan yang terorganisir cenderung lebih fokus, efisien, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaannya.

Dengan merinci tujuan-tujuan ini, perusahaan dapat memahami bahwa penerapan 5S bukan hanya sekedar aturan, melainkan merupakan landasan untuk menciptakan budaya kerja yang lebih baik dan berkelanjutan. Ini melibatkan komitmen dari semua tingkatan dalam organisasi untuk menjadikan 5S bukan hanya sebagai metode kerja, tetapi sebagai filosofi yang mengakar dalam nilai perusahaan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Efektivitas kerja, sebagaimana dijelaskan oleh Mondy (2015), mencakup optimalisasi pemanfaatan sumber daya, fasilitas, dan infrastruktur untuk mencapai hasil pekerjaan secara  tepat waktu dengan memanfaatkan secara bijaksana semua sumber daya yang tersedia. Tujuan utama efektivitas kerja adalah mencapai keberhasilan aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan tertentu, melibatkan kuantitas kerja, kualitas kerja, dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas (Hasibuan, 2003).

Di sisi lain, metode 5S, sebagai upaya menciptakan lingkungan kerja yang teratur, efisien, dan aman, memiliki tujuan utama yang melibatkan keamanan, efisiensi operasional, peningkatan mutu produk, pencegahan kemacetan, dan penciptaan tempat kerja yang rapih (Osada, 2015).

Dalam konteks pengaruh antara Efektivitas Kerja dan Budaya 5S, implementasi 5S dapat menjadi katalisator untuk meningkatkan efektivitas kerja. Berikut adalah hubungan potensial antara keduanya:

  1. Keamanan

Budaya 5S mendorong keamanan sebagai prioritas utama dengan menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari potensi bahaya dan kecelakaan. Karyawan yang merasa aman dalam bekerja cenderung lebih fokus dan produktif.

Melalui pemilahan dan penataan yang efektif, 5S membantu mengurangi risiko kecelakaan dan cedera, memberikan kontribusi positif terhadap efektivitas kerja dengan  menciptakan kondisi kerja yang aman dan stabil.

  1. Efisiensi

Implementasi 5S mengurangi pemborosan waktu yang sering terjadi akibat pencarian barang atau peralatan yang tidak terorganisir. Keteraturan tempat kerja menciptakan efisiensi dalam setiap langkah proses kerja.

Dengan meminimalkan waktu yang dibutuhkan untuk persiapan dan pencarian, karyawan dapat lebih fokus pada tugas utama mereka, meningkatkan efisiensi kerja secara keseluruhan.

  1. Mutu:

Fokus pada kebersihan dan pemeliharaan peralatan membantu mencegah kerusakan atau kegagalan yang dapat mempengaruhi mutu produk. 5S menciptakan lingkungan yang mendukung produksi produk berkualitas tinggi.

Dengan menjamin bahwa semua peralatan dalam kondisi optimal, 5S dapat memberikan dampak positif pada efektivitas kerja melalui peningkatan konsistensi dan keandalan proses produksi.

  1. Pencegahan Kemacetan:

5S membantu mencegah kemacetan dalam proses produksi dengan meminimalkan potensi masalah, seperti mesin yang macet atau saluran tersumbat. Ini menjaga kelancaran operasional yang penting untuk efektivitas kerja.

Dengan lingkungan yang terorganisir, karyawan dapat dengan mudah mengidentifikasi dan menanggulangi potensi masalah, meminimalkan kemungkinan terjadinya kemacetan, dan menjaga produktivitas tetap optimal.

  1. Tempat Kerja yang Rapih:

Budaya 5S menciptakan tempat kerja yang rapi, yang memberikan dampak positif pada suasana kerja. Karyawan yang bekerja di lingkungan yang bersih dan teratur cenderung lebih bersemangat, kreatif, dan bertanggung jawab.

Kebersihan dan keteraturan tempat kerja menciptakan kondisi yang mendukung fokus dan konsentrasi, meningkatkan efektivitas kerja dengan menciptakan lingkungan yang menyenangkan.

Dengan mengintegrasikan budaya 5S dalam aktivitas sehari-hari, organisasi tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga menciptakan budaya kerja yang positif dan berkelanjutan. Keterlibatan seluruh tim dalam menerapkan prinsip-prinsip 5S memastikan bahwa budaya ini menjadi bagian integral dari nilai-nilai organisasi, yang pada akhirnya memperkuat efektivitas kerja dan meningkatkan kinerja keseluruhan perusahaan.


4. KESIMPULAN


Efektivitas kerja, yang mencakup optimalisasi sumber daya untuk mencapai tujuan, dan metode 5S sebagai filosofi pengaturan tempat kerja, memiliki potensi sinergi. Implementasi 5S dapat meningkatkan efektivitas kerja melalui peningkatan keamanan, efisiensi operasional, kualitas produk, pencegahan kemacetan, dan penciptaan lingkungan kerja yang rapi. Integrasi budaya 5S dapat membawa perubahan positif dan berkelanjutan dalamorganisasi, menciptakan lingkungan yang mendukung kolaborasi dan kepuasan karyawan. Dengan demikian, 5S bukan hanya metode pengorganisasian fisik tetapi juga katalisator untuk meningkatkan efektivitas kerja dan budaya perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, M. S. P. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Hirano, H. (1995). Penerapan 5S di tempat kerja: Pendekatan Langkah-Langkah Praktis (P. A. Setiawan, Trans.). Jakarta: PQM.

Monden, Y. (1995). Sistem Produksi Toyota: Suatu Rancangan Terpadu untuk Penerapan Just In Time. Jakarta: CV Teruna Gravika.

Mutiarin, D., & Zainudin, A. (2014). Manajemen Birokrasi dan Kebijakan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mondy, R., & Noe, R. (2015). Human Resource Management, Tenth Edition, Jilid I (B. Airlangga, Trans.). Jakarta: Erlangga.

Osada, T. (2015). Sikap Kerja 5s. Jakarta: PPM.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun