1. PENDAHULUAN
     Peran industri memiliki dampak yang substansial terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu negara. Dalam konteks ini, perkembangan industri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal, tetapi juga oleh berbagai aspek eksternal yang memainkan peran penting dalam kemajuan industri tersebut. Salah satu aspek utama adalah pengelolaan sumber daya alam yang digunakan oleh industri. Upaya untuk memastikan keberlanjutan dan keberlanjutan penggunaan sumber daya alam menjadi kunci dalam membentuk arah perkembangan industri.
     Salah satu elemen penting yang menyangkut dunia industry adalah efektivitas kerja. Efektivitas kerja merupakan aspek krusial dalam mengelola suatu organisasi atau individu, seiring dengan optimalisasi pemanfaatan sumber daya, fasilitas, dan infrastruktur (Mondy, 2015:11). Konsep ini menekankan kemampuan untuk mencapai hasil pekerjaan tepat waktu dengan memanfaatkan secara bijaksana semua sumber daya yang tersedia.
     Selain itu, Mutiarin dan Zainudin (2014) menyoroti bahwa evaluasi efektivitas kerja melibatkan aspek-aspek seperti pelaksanaan tugas atau fungsi, rencana atau program pembelajaran, ketentuan dan peraturan, serta tujuan atau kondisi ideal. Penilaian holistik ini mencakup berbagai dimensi yang relevan untuk mengevaluasi pencapaian sasaran organisasi atau tim. Dalam upaya mendongkrak efektivitas kerja, dapat ditempuh dengan mendayagunakan pengkondisian lingkungan kerja. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode 5S. Metode 5S yang diperkenalkan oleh Takashi Osada, tidak hanya berfokus pada pengaturan tempat kerja fisik tetapi juga menciptakan dasar bagi konsep manajemen lainnya seperti Total Quality Management (TQM) dan Just-In-Time (Hirano, 1995). Menurut Monden (1995) 5S merupakan singkatan dari pemilahan, penataan, pembersihan, pemantapan, dan pembiasaan, bukan hanya tentang kebersihan fisik tetapi juga menghilangkan segala bentuk ketidakberesan untuk meningkatkan efisiensi.
      Tujuan dari penerapan metode 5S, seperti yang diuraikan oleh Osada (2015), mencakup keamanan, efisiensi, mutu, mencegah kemacetan, dan menciptakan tempat kerja yang rapi. Dengan fokus pada kebersihan, penataan, dan pemantapan, 5S tidak hanya menjadi aturan tetapi filosofi yang mendukung perbaikan berkelanjutan dan kesuksesan jangka panjang perusahaan (Hirano, 1995).
2. KAJIAN PUSTAKA
2. 1 Efektivitas Kerja
     Menurut Mondy (2015:11), efektivitas mencakup optimalisasi pemanfaatan sumber daya, fasilitas, dan infrastruktur dalam jumlah yang telah disesuaikan sebelumnya. Konsep ini mengacu pada kemampuan suatu organisasi atau individu untuk mencapai hasil pekerjaan secara tepat waktu dengan memanfaatkan secara bijaksana semua sumber daya yang tersedia. Pemahaman terhadap efektivitas melibatkan perencanaan yang matang, pengaturan sumber daya yang efisien, dan pemantauan terus-menerus terhadap pencapaian tujuan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya.
     Hasibuan (2003) mendefinisikan efektivitas kerja sebagai kondisi yang mencerminkan tingkat keberhasilan aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan tertentu. Ini melibatkan kuantitas kerja, kualitas kerja, dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas. Efektivitas kerja adalah parameter penting untuk mengevaluasi pencapaian sasaran organisasi atau tim, mempertimbangkan hasil yang dihasilkan, kualitas yang dicapai, dan keterpenuhan waktu dalam proses kerja.
     Menurut Mutiarin dan Zainudin (2014), efektivitas kerja dapat dinilai melalui sejumlah aspek kunci. Pertama, lembaga atau program pembelajaran dianggap efektif jika mampu melaksanakan tugas atau fungsi yang telah ditetapkan, seperti memberikan pengalaman belajar yang positif kepada peserta didik. Kedua, efektivitas program juga terkait dengan pelaksanaan rencana atau program pembelajaran, yang harus terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan untuk dianggap berhasil. Ketiga, keberfungsiannya dalam menjalankan aturan dan ketentuan yang telah ditetapkan, terutama terkait dengan karyawan atau peserta kegiatan, juga menentukan efektivitas suatu program. Jika aturan dijalankan dengan baik, berarti ketentuan atau peraturan telah diterapkan secara efektif. Terakhir, suatu program dianggap efektif jika tujuan atau kondisi ideal yang ditetapkan dapat dicapai, dan prestasi yang dicapai oleh karyawan atau peserta kegiatan dapat menjadi indikator utama dari kesuksesan program tersebut. Dengan mempertimbangkan aspek-aspek ini, penilaian efektivitas kerja dapat menjadi lebih holistik dan mencakup berbagai dimensi yang relevan.
2. 2 Metode 5 S
2. 2. 1 Definisi 5 S
       Teknik 5S, yang dikenalkan oleh Takashi Osada di Jepang pada tahun 1980, tidak hanya merupakan strategi pengaturan tempat kerja, melainkan juga menjadi dasar bagi perkembangan konsep manajemen lainnya seperti Total Quality Management (TQM), Kaizen, Just-In-Time, dan ISO. Lebih dari sekedar mengenai tata letak fisik, penerapan 5S melibatkan perubahan dalam budaya kerja dan mencakup nilai-nilai seperti pemilahan, penataan, pembersihan, pemantapan, dan pembiasaan. Kontribusinya terhadap manajemen TQM serta keterkaitannya dengan Kaizen dan Just-In-Time menjadikannya penting dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas organisasi. 5S bukan hanya sekadar metode, melainkan juga filosofi manajemen yang mendukung perbaikan berkelanjutan dan kesuksesan jangka panjang Perusahaan (Hirano, 1995).