Mohon tunggu...
Umi Sahaja
Umi Sahaja Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Ibu bekerja yang ingin sukses dunia akhirat

Selalu berusaha membuat segalanya menjadi mudah, meski kadang sulit. 😄

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cerita Minggu Pagi Kita

20 Oktober 2024   08:41 Diperbarui: 20 Oktober 2024   08:46 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Alhamdulillah, hari Minggu pagi ini aku berangkat kajian ditemani suami dan bungsu. Sejak semalam, aku sudah bilang kepada bungsu kalau besok pagi akan ikut kajian. Begitu pula dengan suami, dan jadilah jam lima pagi bungsu sudah mandi dan bersiap-siap. Hore, kajian Minggu pagi ini kita bisa ikut bareng-bareng.

Sampai di pelataran masjid, sudah terdengar suara moderator yang mempersilahkan KH Muh.Anang Muhsin yang berasal dari Tulungagung untuk memulai kajian. Dan seperti biasa, teras masjid yang sejuk menjadi tempat nyaman untuk aku duduk mendengarkan kajian.

Kajian dimulai dengan hadits: "Sesungguhnya Allah memberi dunia kepada orang yang Allah cintai maupun yang tidak. Sedangkan iman hanya diberikan kepada orang yang Allah cinta." (HR. Bukhari)

Dari hadits itu diketahui bahwa Allah memberikan nikmat dunia kepada semua makhlukNya, baik yang beriman maupun yang tidak beriman. Banyaknya harta tidak menjadi jaminan kalau Allah mencintai seseorang. Sedangkan iman adalah jaminan bahwa Allah mencintai seseorang.

Jamaah yang berkumpul di masjid ini adalah bukti bahwa Allah mencintai kita semua. Karena tanpa pertolongan Allah kita tidak akan mendapatkan hidayah dan petunjuk serta kemudahan dalam melakukan amal kebaikan, dalam hal ini berkumpul dalam majelis ilmu.

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Beramallah! Karena semua orang dimudahkan untuk melakukan apa yang menjadi tujuan ia diciptakan."

Calon ahli surga akan diberikan kemudahan melakukan amalan kebaikan yang akan mengantarnya menuju surga. Sebaliknya calon penghuni neraka juga akan diberi jalan kemudahan ke neraka. Untuk itu saat kita diberikan kemudahan untuk beribadah, yang harus kita lakukan adalah bersyukur dan mengucapkan Alhamdulillah. Kita tidak boleh menghina dan mengecilkan saudara kita yang tidak mau beribadah, kita tau kemauan beribadah itu terjadi karena pertolongan Allah. Hal itu menjadi hak prerogatif Allah. Bisa saja sewaktu-waktu saudara kita yang tidak beribadah tadi mendapatkan pertolongan Allah sehingga menjadi muslim yang taat.

Jika kita ingin tau kedudukan kita dihadapan Allah, evaluasi kembali amalan yang telah kita lakukan. Kadar iman dan kemauan beribadah seseorang terkadang naik turun. Agar selalu diberi kemudahan beribadah dan senantiasa dijauhkan dari maksiat, kita harus berusaha istiqomah. Selain itu Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan sebuah doa: 

ALLAHUMMA A'INNI 'ALA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI 'IBADATIK 

[Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir/mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu]." 

Kita tidak bisa menjauhi maksiat tanpa ada pertolongan Allah. Saat kita merasa berat melaksanakan ibadah dan cenderung berbuat maksiat, seorang Syech mengajarkan doa: Allahumma ahrimni ladzdzata ma'shiyatika, warzuqni ladzdzata tha'atika.

[Artinya: "Ya Allah, luputkan aku dari kelezatan maksiat kepada-Mu, dan berikanlah aku kelezatan untuk taat kepada-Mu]."

Syech Ibnu Athaillah dalam kitab Hikam menyatakan saat Allah SWT menggerakkan lisan kita untuk berdoa, itu tandanya Allah menghendaki pertolongan untuk kita. Jangan sia-siakan. Perbanyak doa karena doa itu adalah sari pati ibadah.

Pada dasarnya orang yang berdoa itu menyadari kelemahan dirinya, sekaligus yakin akan kekuatan Allah. Saat kita berdoa kita niatkan untuk ibadah, dan kita yakini Allah SWT akan memberikan pertolongan.

Ada kalanya apa yang kita minta melalui doa dikabulkan saat itu juga, tetapi ada kalanya doa kita terkabul dalam bentuk lain, misalnya dalam bentuk kesehatan, teman dan tetangga yang baik, kemudahan dalam segala urusan. Allah SWT lebih tau kebutuhan hambaNya. Allah tidak akan memberi sesuatu yang dapat menjauhkan hambaNya dari Allah. Kita harus selalu berbaik sangka kepada Allah SWT.

Allah SWT senang mendengar doa, keluh kesah dari hambaNya. Untuk kita yang diberikan ujian, gunakan kesempatan itu untuk lebih mendekat lagi kepada Allah SWT.

Amal ibadah yang dilakukan oleh orang tua akan membawa keberkahan bagi anaknya. Seperti yang diceritakan dalam kisah Nabi Khidr dan Nabi Musa AS dimana Nabi Khidr menegakkan rumah yang telah roboh, karena orang tuanya adalah orang shaleh sehingga anaknya mendapatkan keberkahan.

Namun ada kalanya doa tidak dikabulkan di dunia, tetapi jangan sedih, karena bisa jadi pahala dari doa itu diberikan kelak di akhirat. Allah SWT berfirman yang artinya: "Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Ali Imran [3] ayat 133).

Adapun sifat-sifat ahli surga adalah :

Gemar sedekah saat lapang maupun sempit. Konsisten bersedekah setiap hari meskipun jumlahnya sedikit, agar dicatat sebagai amalan ahli sedekah calon penghuni surga 

Membaca Al-Qur'an setiap hari walaupun hanya satu ayat. Pahala membaca Al-Qur'an dalam keadaan suci satu huruf sama dengan 25 kebaikan, jika dalam keadaan tidak bersuci setara dengan 10 kebaikan. Membaca Al-Qur'an dalam keadaan berdiri saat sholat diberikan pahala 100 kebaikan, sedangkan dalam keadaan duduk saat sholat diberikan pahala 50 kebaikan. Membaca Al-Qur'an menjadikan hati tenteram. Al-Qur'an juga dapat membersihkan hati.

Sholat malam (qiyamul lail) walaupun hanya dua rakaat. 

Tidak mudah marah. Calon penghuni surga mampu menahan amarah.

Mudah memaafkan kesalahan orang lain.

Mau memberikan kebaikan untuk orang lain.

Akhirnya di penghujung kajian, KH Muh Anang Muhsinin memanjatkan doa yang diamini seluruh jamaah.

Gema sholawat berkumandang begitu moderator menutup rangkaian acara. Para jamaah saling bersalaman untuk kemudian beranjak pulang kembali ke rumah masing-masing.

Rutinitasku selesai mengikuti kajian adalah berburu kuliner. Tapi kali ini aku harus mengantar anak ke sekolahnya untuk mengambil charger yang tertinggal. Setelah dicari kesana kemari ternyata charger itu tidak dapat ditemukan. Apa hendak dikata, kecerobohan bungsu yang membuat hal itu terjadi. Ikhlaskan saja. Bungsu sedikit kecewa, apalagi ayahnya juga ikut menasehati agar lain kali lebih berhati-hati. 

Selanjutnya kita bertiga memutuskan untuk membeli sarapan. Kali ini pilihan menu sarapan kita adalah bubur ayam dan nasi kuning. Alhamdulillah bungsu sarapan dengan lahap, sejenak melupakan rasa kehilangannya. 

MasyaAllah tabarakallah, semoga kita semua senantiasa diberi petunjuk, hidayah dan pertolongan dari Allah SWT.

Blt, 6 Oktober 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun