Tiba-tiba telpon berdering, ternyata dari laboratorium. Petugas laboratorium meminta Anisa untuk ke laboratorium untuk diambil sampel darah ulang. Alasannya dari tiga alat tes, ada satu yang menunjukkan hasil positif. Ayu terkejut, yang harus diambil sampel ulang adalah rekan kerjanya yang hamil tadi dan Anisa. Namun, Anisa tidak merasa ada yang salah. Toh selama ini dia merasa sehat walafiat. Karena itulah dengan percaya diri dia memenuhi panggilan petugas ke laboratorium untuk diambil darahnya lagi.
"Untuk memastikan hasilnya positif atau negatif, kita lakukan pemeriksaan ulang. Hasilnya bisa diketahui satu jam lagi, Mbak Anisa ke laboratorium, ya, atau WA admin kita saja," ucap petugas laboratorium ramah. Anisa mengiyakan lalu kembali ke ruangannya.
Satu jam kemudian, begitu selesai menunaikan sholat Dhuhur Anisa berniat untuk menelpon ruang laboratorium. Namun belum juga selesai melipat mukenanya, terdengar dering telepon. Buru-buru Anisa mengangkatnya. Dan benar, ternyata dari kepala ruang laboratorium.
"Maaf, Dek, setelah diperiksa ulang ternyata hasilnya positif." Anisa terkejut, detak jantungnya berdegup semakin cepat.
"Kalau boleh tau, itu Hepatitis apa ya , Bu?" tanya Anisa dengan suara bergetar. Tak bisa disembunyikan lagi, luapan perasaan antara sedih, bingung dan takut.
"Hepatitis B," jawab Bu Liana, diseberang. Pelan diucapkan tetapi membekas begitu dalam di dalam pikiran Anisa.Â
"Saranku, lakukan pemeriksaan ulang dengan metode lain. Tapi dilakukan di laboratorium lain yang lebih lengkap. Kalau berkenan, nanti sampelnya bisa diambil di laboratorium."
"Maaf Ibu, sampel yang ada bisa bertahan sampai kapan?"
"Tiga hari saja." Setelah mengatakan akan menghubungi suaminya berlebih dulu, Anisa menutup telepon dari Bu Liana.Â
Anisa termangu sendirian, Ayu sedang berada di ruangan yang lain. Berulangkali kali Anisa memegang dadanya yang berdebar cepat. Keningnya berkerut menandakan kalau sedang berpikir keras. Perlahan diteguknya satu gelas air untuk meredakan gemuruh rasa dalam dadanya.
Kembali telepon berdering, Bu Liana menghubungi Anisa kembali, kali ini memberitahukan kalau ada petugas dari laboratorium P yang akan mengambil sampel rujukan. Jika berkenan, sampel Anisa dan rekannya yang juga positif bisa dititipkan sekalian dengan membayar biaya pemeriksaan sendiri. Anisa setuju. Dia bergegas ke laboratorium untuk membayar biaya pemeriksaan.Â