"Aku kok males banget, ya, ke laboratorium. Pekerjaanku belum selesai, mana belum sarapan lagi. Boleh, nggak, sih, kalau aku makan dulu." Anisa menatap mata Ayu dengan memelas.
"Ya udah, buruan makan. Habis itu segera berangkat!" Ayu memasang wajah jutek, dia sedikit kesal karena Anisa selalu mementingkan pekerjaan dibanding urusan perutnya.
"Hepatitis itu sakit liver, kan?" Sambil makan Anisa mengajak Ayu ngobrol, demi menghilangkan jutek di wajah Ayu.Â
Ayu mengangguk, lalu mengambil kerupuk di dekat Anisa, mengunyahnya perlahan.
Sambil mengunyah, Ayu berkata :"Kalau aku, sih, lebih percaya kalau hasilmu nanti negatif. Hepatitis, kan, kulitnya kuning, lha, kamu?" Ayu terkekeh, sementara Anisa manyun. Kulit Anisa memang tidak putih, sawo matang, atau malah sawo busuk, tetapi itu yang menjadikan Anisa unik, eksotis.
"Kali ini, bully-anmu aku anggap suatu doa. Meskipun agak kurang enak didengar. Negatif Hepatitis adalah kabar positif yang harus disyukuri ." Anisa menyudahi acara makannya, kemudian bergegas mencuci tangan dan beranjak ke laboratorium bersama Ayu.
*
"Eh, kasihan rekan kita, dia sedang hamil, hasil screeningnya kemarin ternyata positif." Ayu datang pagi-pagi membawa kabar buruk. Anisa menarik nafas, seakan ikut merasakan resahnya saat dinyatakan positif.
"Hepatitis apa dulu? Kan ada banyak, eh tiga, ding.A, B dan C." Anisa menghentikan aktifitasnya mengetik, menoleh Ayu yang sedang memeriksa laporan.
"Entahlah. Belum tau juga. Kira-kira dapetnya darimana, ya?"
"Dari makanan yang kurang bersih bisa. Tuh, makanya jangan suka jajan sembarangan." Kali ini Anisa yang bersuara. Ayu mencibir, selama ini yang sering mengajak makan di luar dan jajan adalah Anisa.