"Bisakah kita kembali seperti dulu?" tanyanya dengan wajah memelas.
"Entahlah, aku ingin fokus menyelesaikan kuliah. Kamu bisa mendapatkan yang jauh lebih baik dari aku," Ucapan Ninung terhenti saat melihat mobil Haris yang memasuki halaman.
Seketika wajah Fadli menegang, tangannya mengepal, dia lantas berdiri. Ninung dengan hati berdebar kencang bergumam pelan, "Sebentar ya, Fadli." Lalu dia berjalan menghampiri mobil Haris. Haris terlihat menatap Fadli sejenak lalu memutar mobilnya kembali.Â
Ninung berusaha tenang, lalu berjalan kembali menemui Fadli setelah mobil Haris menjauh.
"Siapa dia?"
"Teman ayah."
"Kamu bohong!"
Ninung diam. Fadli yang marah lalu menatap Ninung tajam.
"Tidak ada ceritanya saat laki-laki menyayangi perempuan, kemudian dia merelakan perempuannya menjadi milik orang lain, dengan dalih apapun!" ucapnya lalu beranjak pergi.Â
*
Dua tahun berlalu, Ninung kini sudah menikah dan dikaruniai buah hati yang lucu. Begitu Ninung berhasil menyelesaikan skripsinya, dengan segera Haris bergerak cepat. Saat wisuda Haris menyematkan cincin di jari manis Ninung. Ninung mengangguk tanda setuju untuk menjadi pendamping hidup Haris. Lamaran Haris menjadi pelengkap kebahagiaan keluarga Ninung.