Mohon tunggu...
Umi Sahaja
Umi Sahaja Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Ibu bekerja yang ingin sukses dunia akhirat

Selalu berusaha membuat segalanya menjadi mudah, meski kadang sulit. 😄

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Maafkan Aku

27 Januari 2024   17:10 Diperbarui: 27 Januari 2024   17:11 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

*

Dan kemudian Fadli tahu tentang Haris. Dia menanyakan kenapa nama Haris sering muncul di ponsel Ninung. Rupanya Fadli mengkloning akun Ninung di ponselnya. Fadli mengetahui hubungan Ninung dan Haris. Fadli marah. Fadli jadi sering ke rumah dan ke kampus hanya untuk mengantar jemput Ninung. Fadli mengabaikan kuliahnya. Setiap hari Fadli selalu mengecek ponsel Ninung. Fadli bahkan mencurigai dosen yang menanyakan tugas Ninung di kampus. Fadli telah berubah, tidak ada lagi kata-kata lembut dan manis saat bersama Ninung. Hanya kata-kata kasar dan penuh amarah. Ninung kecewa, permintaan maafnya tidak didengarkan Fadli. Ajakan Ninung untuk bertemu orang tua Fadli untuk menunjukkan keseriusannya juga ditolak. Sepanjang waktu Fadli hanya meratapi nasibnya yang telah diduakan. Ninung yang sedih dan kecewa lalu memutuskan hubungan dengan Fadli.

*

Ninung hanya ingin menyendiri, setidaknya sampai pikirannya jernih. Apalagi kegiatan kampusnya memasuki masa sidang skripsi. Ninung ingin fokus menyelesaikan kuliahnya tanpa memikirkan percintaan. 

"Jangan membenci dirimu sendiri, karena itu tugas orang lain." Tiba-tiba pesan masuk dari Haris.

"Boleh aku ke rumah sore ini?" pesan dari Haris muncul lagi.

Belum sempat Ninung membalas, Fadli datang mengendarai motornya memasuki halaman rumah Ninung. Ninung yang berasa di teras rumah terperanjat, bagaimana kalau Haris dan Fadli bertemu di sini? Buru-buru Ninung membalas pesan Haris.

"Jangan sekarang, aku masih ingin sendiri," tulisnya. Tanpa disadari Ninung pesan itu tidak terkirim. Ninung lalu berdiri dan menunggu Fadli yang berjalan menghampirinya.

"Aku bawakan apel kesukaanmu," Fadli menyerahkan bungkusan kepada Ninung. 

"Aku masih ingin sendiri, Fadli. Tolong beri aku waktu," ucap Ninung lalu duduk dan meletakkan bungkusan itu di meja.

"Maafkan aku," ucap Fadli seraya duduk di depan Ninung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun