Di SMP Negeri 3 Losari kemampuan menganalisis konjungsi teks deskripsi yang dimiliki siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari pemahaman  siswa mengenai konjungsi teks deskripsi yang berupa konjungsi koordinatif,  subordinatif , dan korelatif  masih kurang sehingga hasil belajar mereka menurun. Ternyata sebagian besar siswa belum menguasai konjungsi dalam teks deskripsi. Untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai konjungsi teks deskripsi  diperlukan strategi yang tepat agar mereka tertarik  dalam pembelajaran. Hal inilah yang mendorong penulis untuk membuat prakarsa perubahan  dengan menggunakan media TTM (Tepuk-Tepuk Materi) melalui pembelajaran berdiferensiasi.
Berdasarkan fakta di atas dan hasil nilai pengetahuan yang rendah dalam menganalisis konjungsi teks deskripsi maka penulis melakukan penelitian pada kelas IXB di SMP Negeri 3 Losari dengan jumlah siswa 32 orang yang memiliki perbedaan dalam berbagai aspek. Dimana pembelajaran yang penulis rancang belum menggunakan model pembelajaran sesuai dengan  kebutuhan belajar siswa.
Selain hasil belajar yang rendah berdasarkan tes tertulis yang dilakukan pada siswa kelas IXB didapatkan hasil sebanyak 22 siswa kurang memahami konjungsi teks deskripsi. Hal ini menandakan bahwa saat menganalisis konjungsi teks deskripsi yang berupa koordinatif, subordinatif, dan korelatif belum dikuasai dalam pembelajaran yang dilaksanakan. Sehingga nilai kognitif siswa masih banyak di bawah KKM.
Ada beberapa alasan mengapa praktik baik ini penting diterapkan yaitu: 1) Media TTM (Tepuk-Tepuk Materi) dapat memberikan solusi terhadap permasalahan terkait rendahnya hasil belajar siswa; 2) dapat memotivasi penulis untuk merangcang pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga  menghasilkan pebelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa; 3) menjadi referensi bagi pendidik lain untuk menerapkan pembelajaran  berdiferensiasi saat KBM; (4) meningkatkan hasil belajar dimana pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa dapat membantu prestasi akademik karena mendapatkan tantangan yang sesuai.
Dengan demikian, penggunaan media TTM (Tepuk-Tepuk Materi) Â melalui pembelajaran berdiferensiasi dalam menganalisis konjungsi teks deskripsi menjadi lebih aktif, menyenangkan dan berkesan. Sehingga siswa dapat mencapai kompetensi pembelajaran secara maksimal.
Dalam praktik baik ini penulis berperan sebagai pendidik yang mempunyai tanggung jawab dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran yang kreatif, inovatif, serta menyenangkan. Selain itu, pendidik harus bisa mencari dan  memilih strategi, metode, model, dan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Â
Tantangan
Setelah identifikasi masalah dilakukan melalui refleksi diri, wawancara dengan kepala sekolah, rekan sejawat, dan tes tertulis ada beberapa tantangan yang dihadapi yaitu: 1) hasil belajar siswa yang masih rendah; 2) penulis belum menggunakan media yang sesuai dengan kebutuhan siswa; 3) penulis dan siswa belum terbiasa menggunakan pembelajaran berdiferensiasi; 4) selama ini penulis hanya menggunakan pembelajaran yang berpusat pada pendidik dan tidak mengelompokan siswa berdasarkan kemampuan serta karakteristiknya; 5) belum memanfaatkan aset/modal yang ada di lingkungan sekolah; 6) pemberian tugas yang seragam terhadap seluruh siswa; 7) pengetahuan siswa masih rendah dalam menganalisis konjungsi teks deskripsi.
Penulis dapat menyimpulkan dari beberapa permasalahan yang sudah disebutkan di atas bahwa tantangan yang dihadapi, yaitu: 1) memilih metode, model, dan sumber belajar yang  sesuai dengan kebutuhan belajar siswa 2) menggunakan media pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menarik sehingga dapat memotivasi siswa dalam belajar; 3) menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman dan menyenangkan dengan memanfaatkan sumber belajar di sekolah; 4) meningkatkan hasil belajar siswa melalui konten, proses, dan produk yang beragam.
Pihak-pihak yang terlibat dalam praktik baik ini yaitu: 1) kepala sekolah memiliki peranan penting dalam pembelajaran yang penulis lakukan. Adapun peran kepala sekolah yaitu sebagai pemberi wewenang dalam setiap pengambilan keputusan. Selain itu, kepala sekolah juga memiliki hak mutlak pemberian izin mengenai  terlaksananya proses pembelajaran yang ada di sekolah; 2) peran rekan sejawat terutama guru mata pelajaran sangat penting pada setiap pembelajaran, karena guru mata pelajaran ikut andil dan memberikan refleksi dalam pembelajaran. Di samping itu, rekan sejawat juga memberikan saran terhadap kendala yang penulis alami selama pembelajaran baik teknis dan non teknis; 3) pendidik sebagai fasilitator memiliki peran sentral dalam menyajikan pembelajaran yang aman, menarik, dan menyenangkan dengan memanfaatkan aset/modal lingkungan sekolah yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar, agar siswa terkesan saat pembelajaran; 4) siswa sebagai subjek pembelajaran mengalami dan merasakan langsung pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik.