Mohon tunggu...
umi fadhilah
umi fadhilah Mohon Tunggu... Guru - guru dan mahasiswa

saya adalah seorang ibu rumah tangga yang berprofesi sebagai guru di sekolah dasar, saya juga sedang dalam proses belajar disebuah sekolah tinggi di yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Artificial Intellegence, Friend Or Enemy?

31 Januari 2025   16:30 Diperbarui: 31 Januari 2025   16:30 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan di Era Revolusi Teknologi

Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) kini menjadi topik hangat yang mendominasi diskusi global. Teknologi ini telah mengubah berbagai sektor, termasuk pendidikan, dengan menawarkan solusi inovatif untuk pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

Namun, di balik manfaatnya, muncul pertanyaan penting: apakah AI benar-benar menjadi sahabat pendidikan yang membantu meningkatkan kualitas pembelajaran, atau justru musuh yang berpotensi menggantikan peran guru dan merusak nilai-nilai fundamental pendidikan?

Pertanyaan inilah yang dibahas dalam webinar bertajuk "Artificial Intelligence in Our Education: Friend or Enemy?" yang diadakan pada 17 Desember 2024. Dua pembicara utama, Dr. Mohd Narzi dari University of Malaya dan Dr. Kharis Mujahada dari STAIT Yogyakarta, membahas manfaat, tantangan, dan strategi implementasi AI dalam pendidikan dengan pendekatan yang seimbang.

Screenshoot foto bersama peserta webinar internasional STAIT Fest 2024, Sumber : Tim Dokumentasi
Screenshoot foto bersama peserta webinar internasional STAIT Fest 2024, Sumber : Tim Dokumentasi

Manfaat Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan

1. Pembelajaran yang Dipersonalisasi

Salah satu keunggulan utama AI dalam pendidikan adalah kemampuannya menciptakan pembelajaran adaptif. Teknologi ini mampu menganalisis data siswa, seperti pola belajar, kesulitan, dan kelebihan individu, untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih personal.

Sebagai contoh, aplikasi seperti Khan Academy menggunakan AI untuk menyesuaikan materi pembelajaran berdasarkan performa siswa. Jika seorang siswa kesulitan memahami konsep matematika tertentu, AI dapat memberikan latihan tambahan hingga siswa benar-benar memahaminya. Dengan pendekatan ini, siswa dapat belajar dengan kecepatan masing-masing tanpa tekanan.

2. Efisiensi dalam Penilaian dan Administrasi

Guru sering kali menghadapi beban administratif yang besar, seperti penilaian tugas dan ujian. AI menawarkan solusi melalui otomatisasi proses ini, sehingga guru memiliki lebih banyak waktu untuk fokus pada pengajaran dan interaksi langsung dengan siswa.

Platform seperti Gradescope telah digunakan untuk memeriksa tugas dan memberikan umpan balik otomatis kepada siswa. Teknologi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi tetapi juga memastikan penilaian lebih konsisten dan objektif.

3. Aksesibilitas Pendidikan yang Lebih Luas

AI juga membuka peluang pendidikan bagi siswa di daerah terpencil. Dengan platform berbasis AI, siswa di wilayah yang sulit dijangkau dapat mengakses materi berkualitas tinggi tanpa batasan geografis.

Sebagai contoh, program berbasis AI yang dikembangkan oleh UNICEF memungkinkan anak-anak di wilayah konflik mempelajari keterampilan dasar tanpa memerlukan koneksi internet stabil. Teknologi ini menjadi jembatan untuk mengurangi kesenjangan pendidikan global.

Tantangan Implementasi AI dalam Pendidikan

1. Privasi dan Keamanan Data

Sistem berbasis AI membutuhkan data pribadi siswa untuk bekerja secara efektif. Data ini mencakup kebiasaan belajar, performa akademik, hingga preferensi individu. Namun, pengumpulan data ini menimbulkan risiko privasi jika tidak dikelola dengan baik.

Kasus pelanggaran data seperti Cambridge Analytica menjadi pengingat bahwa data pribadi dapat disalahgunakan untuk tujuan yang tidak etis. Oleh karena itu, regulasi yang ketat diperlukan untuk memastikan data siswa aman dan hanya digunakan untuk kepentingan pendidikan.

2. Pengurangan Interaksi Manusiawi

Meskipun AI dapat meningkatkan efisiensi pembelajaran, teknologi ini tidak dapat menggantikan peran guru sebagai mentor yang membimbing siswa secara emosional dan sosial. Guru memainkan peran penting dalam menanamkan nilai-nilai moral, membangun karakter, dan memberikan motivasi.

Sebuah studi menunjukkan bahwa siswa yang memiliki hubungan positif dengan guru cenderung lebih termotivasi dan berprestasi lebih baik secara akademik. Hal ini menegaskan bahwa interaksi manusia tetap menjadi elemen esensial dalam pendidikan.

3. Kesenjangan Digital

Tidak semua sekolah memiliki akses ke teknologi canggih yang mendukung penerapan AI. Di Indonesia, misalnya, banyak sekolah di daerah terpencil masih kekurangan infrastruktur dasar seperti akses internet. Kesenjangan digital ini memperburuk ketimpangan pendidikan antara wilayah maju dan tertinggal.

AI: Sahabat atau Musuh dalam Pendidikan?

Dalam webinar, Dr. Mohd Narzi menekankan bahwa AI seharusnya dilihat sebagai alat pendukung, bukan pengganti guru. "Teknologi ini hanya akan efektif jika diintegrasikan dengan pendekatan yang berpusat pada manusia," ujar beliau.

Dr. Kharis Mujahada menambahkan bahwa AI harus digunakan untuk melengkapi proses belajar-mengajar, seperti meningkatkan akses pendidikan, mempercepat evaluasi, dan menyediakan materi pembelajaran yang relevan. Namun, beliau juga mengingatkan bahwa guru tetap memegang peran utama dalam membimbing siswa.

Keduanya sepakat bahwa AI memiliki potensi besar untuk menjadi "sahabat" pendidikan, tetapi hanya jika diterapkan dengan bijaksana dan etis.

Rekomendasi untuk Implementasi AI yang Etis

1. Regulasi Privasi Data

Pemerintah dan institusi pendidikan perlu menerapkan regulasi yang ketat untuk melindungi data siswa. Data pribadi harus dienkripsi dan hanya digunakan untuk tujuan pendidikan.

2. Pelatihan Guru

Guru perlu diberikan pelatihan untuk memahami cara kerja AI dan bagaimana menggunakannya sebagai alat pendukung. Pelatihan ini akan membantu guru merasa nyaman dengan teknologi, tanpa merasa terancam oleh kehadiran AI.

3. Pengembangan Infrastruktur Digital

Investasi dalam infrastruktur teknologi, terutama di daerah terpencil, sangat penting untuk memastikan akses yang merata terhadap AI.

4. Pendekatan Kolaboratif

Implementasi AI harus melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk guru, siswa, orang tua, dan pembuat kebijakan. Kolaborasi ini penting untuk memastikan teknologi digunakan secara bertanggung jawab.

Kesimpulan

Kecerdasan buatan adalah alat revolusioner yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi keberhasilannya bergantung pada bagaimana teknologi ini diintegrasikan. AI harus diposisikan sebagai mitra yang memperkuat proses belajar-mengajar, bukan sebagai pengganti guru.

Dengan regulasi yang tepat, pelatihan yang memadai, dan investasi dalam infrastruktur, AI dapat menjadi sahabat pendidikan yang membantu menciptakan sistem pembelajaran yang lebih inklusif, efisien, dan manusiawi.

Pada akhirnya, pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang mampu menggabungkan keunggulan teknologi dengan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan kolaborasi antara manusia dan AI, masa depan pendidikan yang lebih cerah dapat terwujud.

Apakah artikel ini sudah sesuai dengan kebutuhan Anda? Jika perlu ditambahkan studi kasus, data statistik, atau wawancara lebih rinci, saya dapat mengembangkannya lebih lanjut.

Daftar Pustaka

1. Narzi, Mohd., dan Mujahada, Kharis. Artificial Intelligence in Education: Webinar Discussion. University of Malaya dan STAIT Yogyakarta, Desember 2024.

2. Khan Academy. How AI Personalizes Learning Experiences. Diakses melalui: https://www.khanacademy.org

3. Gradescope. AI in Education: Automating Assessments. Diakses melalui: https://www.gradescope.com

4. UNICEF. Artificial Intelligence for Education in Conflict Zones. Laporan Pendidikan Global 2022.

5. European Union. General Data Protection Regulation (GDPR). Uni Eropa, 2018.

6. Cambridge Analytica Case Study. Lessons on Data Privacy and Ethics. Harvard Business Review, 2020.

7. Zhao, Y., & Frank, K. A. (2021). The Role of Artificial Intelligence in Enhancing Teacher Effectiveness. Journal of Educational Technology, Vol. 45, No. 3.

8. Selwyn, N. (2019). Should Robots Replace Teachers? AI in the Classroom. Cambridge University Press.

9. McKinsey & Company. The Future of Work in Education: How AI Will Reshape Learning. Laporan Global, 2023.

10. UNESCO. Artificial Intelligence in Education: Challenges and Opportunities. Laporan Tahunan, 2022.

Umi Fadhilah, Mahasiswi STAIT Yogyakarta

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun