"Alya, kamu ini seperti cahaya di tengah kegelapan," kata Ustaz Haris, seorang tokoh agama di desa itu.
"Semua ini hanya karena rahmat Allah, Ustaz. Saya hanya ingin bermanfaat untuk orang lain," jawab Alya dengan rendah hati.
Ujian Terbesar
Suatu hari, desa Alya dilanda banjir besar. Banyak rumah yang rusak, termasuk madrasah tempat Alya mengajar. Penduduk desa panik, dan beberapa di antaranya kehilangan harapan.
Namun, Alya tetap berdiri tegak. Ia mengajak para pemuda untuk membantu menyelamatkan barang-barang yang masih bisa digunakan. Ia juga menggalang dana dari kota untuk membangun kembali madrasah dan rumah-rumah yang hancur.
"Alya, bagaimana kamu bisa tetap kuat di tengah bencana seperti ini?" tanya Laila, salah satu warga.
"Kita harus percaya bahwa Allah tidak pernah memberi ujian di luar kemampuan hamba-Nya. Selama kita berusaha dan berdoa, insya Allah selalu ada jalan," jawab Alya sambil tersenyum.
Perlahan-lahan, desa itu bangkit kembali. Madrasah yang baru dibangun menjadi lebih besar dan nyaman. Penduduk desa semakin menyadari pentingnya kerja sama dan saling tolong-menolong.
Penghujung Cerita
Alya tidak pernah menganggap dirinya istimewa. Baginya, semua yang ia lakukan adalah bentuk rasa syukur kepada Allah. Namun, tanpa disadari, ia telah menjadi teladan bagi banyak orang.
Di suatu senja, ketika Alya sedang duduk di teras rumahnya, seorang gadis kecil bernama Zahra mendekatinya.