- Umi setyowati  no.63.Â
Cuaca pagi, cerah sekali hari itu. Setelah cukup kenyang menghabiskan beberapa buah -buahan, kancil bermaksud minum di sungai yang tak jauh dari tempatnya.Â
Â
Sementara itu, seekor Buaya yang cukup besar juga, Â sedang menepi di pinggiran sungai itu. Matanya memandang kesana kemari,melihat -lihat sekeliling mencari makanan. Apa yang sekiranya bisa dimakan.Â
Â
Â
Â
Dan tertumbuklah pandangannya pada si Kancil yang sedang berjalan menuju arah sungai. Hemmm..pucuk dicinta ulam tiba, dalam hati buaya yang riang gembira, membayangkan betapa lezat daging si kancil.Â
Â
Waah. . celaka dua belas,ada Buaya di pinggir sungai itu,gumam kancil , yang terus berjalan sambil berfikir,bagaimana meloloskan diri nanti seandainya buaya itu akan menyanyantapnya.Â
Â
"Hai kancil, selamat pagi,sapa buaya "
"Pagi juga buaya, dan sedang apakah kau di sini  ?    tanya kancil.Â
Buaya tanpa tedeng aling -aling,to the poin aja menjawab. "Aku sedang mencari makanan dan karena kau yang ada. Maka kamu lah yang akan menjadi santapan maksi ku."
Â
Dalam hatinya, sebenarnya kancil takut, namun kancil berusaha tenang , berusaha mengulur waktu.Â
Â
"Aku sudah di depanmu buaya, dan rasanya akan sulit lolos darimu, tapi. .sebelumnya, aku ingin kau membawaku jalan -jalan menyusui sungai ini, melihat indahnya alam untuk terakhir kalinya. "
Â
Â
"Ok. naiklah. . di punggungku Cil, Â akan kubawa kau bersenang senang untuk terakhir kalinya. "
Maka,berenanglah buaya, dengan kancil duduk di atas punggungnya.  Dan sebenarnya kancil sedang berfikir keras mencari ide lolos dari buaya. Ketika melihat ke dalam sungai, banyak sekali ikan dibawah  sana, timbul lah idenya.Â
"Buaya...menepilah, aku akan turun dan tolong kau ambilkan aku seekor ikan, aku ingin makan ikan bakar, dan setelahnya pastilah daging ku akan lebih nikmat saat kau santap. "
"Begitu kah? ...baik. . tunggulah di tepian "
Dan ketika buaya menyelam, berlarilah si kancil menjauh dari sungai,dalam hati dia berkata, "makan aja tuh ikan, buaya. . . hahaha '
Alangkah terkejut buaya, ternyata kancil membohonginya, maka berlarilah buaya mengejar kancil sambil berteriak. . . 'kanciiiiil. . . kau bohooong, kau curaaaang. . . berhentiiii. . . ayo kita bicarakan baik -baik.kembalilah kanciiiiil. . . aku sayang kamuu"
What. . ? Gubraaaakk. . . . kancil tersandung. . . dan jidatnya membentur batu besar...benjol dech.Â
Dengan tertatih -tatih mendekatlah kancil di samping buaya, yang masih terengah-engah kelelahan.Â
"Kancil. . kenapa sih kamu suka berbohong dan curang. . tak menepati janji, "
"Ooh Buaya. . . dengarlah...'aku sedang mempertahankan hidupku dengan caraku, jangan karena badanku kecil, Â maka kau pikir, aku harus menjadi santapanmu. Kita ini hidup di alam yang sama. dan seharusnya lah tak saling memangsa'"
"Baiklah. . . Maafkan aku Cil. . . "
"Naah. . gitu dong. . . dan sebagai gantinya, aku akan membuat ikan bakar yang lezat untukmu.
"Siiip. . . .buaya senang sekali sampai berguling -guling.Â
Selesai.Â
Manado 7 November 2015.Â
Â
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H