Mohon tunggu...
Umi Fitria
Umi Fitria Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary Me

Seorang Ibu, wanita, teman, partner yang selalu ingin membuka hati dan pikiran untuk belajar tentang hidup. visit my blog on https://www.simpelmommy.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Jangan Anggap Remeh Saat Anak Berkomunikasi dengan Kita

6 Juni 2022   11:15 Diperbarui: 6 Juni 2022   13:00 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orangtua mengobrol dengan anak (Sumber: shutterstock)

Usia balita memang usia di mana anak sedang dalam fase "lucu-lucunya", sepertinya apa saja polah tingkah mereka terlihat sangat menggemaskan ya. 

Di usia balita inilah selain sudah lancar berjalan dan gerak motorik lainnya, anak-anak juga belajar untuk mengasah kemampuan berkomunikasi. Mungkin awalnya mereka hanya akan mengoceh tidak karuan atau hanya menirukan kata dan kalimat yang sering mereka dengar, baik dari orang-orang di sekitarnya maupun dari tontonan yang biasa mereka lihat.

Perkembangan dalam komunikasi ini menjadi milestone kedua yang sangat penting untuk dipantau setelah perkembangan motorik dan berjalan anak. 

Melalui komunikasi, anak belajar memahami interaksi dua arah, belajar untuk menyampaikan keinginan-keinginannya dan juga apa yang dia rasakan kepada kita sebagai orang tua. 

Beberapa anak mempunyai skill komunikasi yang sangat bagus di usianya, beberapa cukup bagus dan sebagian mungkin belum cukup lancar dalam berkomunikasi. 

Setiap anak tentu di asuh dan dididik dengan cara yang berbeda-beda ya sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip yang dianut oleh keluarga masing-masing. Namun berada di level berapa pun kemampuan komunikasi anak kita, tentu hal ini tetap harus dilatih dan dibiasakan agar skill komunikasi anak kita semakin baik dan lancar dari waktu ke waktu.

Paradigma ocehan anak

Kita sebagai orang dewasa sudah sangat penat dan sibuk dengan pekerjaan dan juga urusan pribadi masing-masing sehingga terkadang kita kurang bisa menyikapi dengan bijak saat anak-anak berbicara kepada kita. 

Adakalanya kita masih memiliki mindset atau anggapan bahwa saat anak-anak mengoceh atau berbicara random itu tidaklah berarti apa-apa, mereka hanya sekedar "mengoceh" tanpa ada maksud dan arti, sehingga terkadang orang dewasa di sekitar anak-anak itu cenderung tidak menghiraukan atau hanya menganggap angin lalu saja, tidak penting, toh namanya juga anak-anak ya pasti begitu, sekalinya bisa bicara mereka akan bicara apa saja sebisa mereka dan meaningless.

Saya pribadi pernah berada di momen kumpul keluarga besar di mana banyak orang dewasa dan anak-anak membaur menjadi satu, yang saya herankan adalah saat anak-anak ini berbicara kepada orang dewasa, entah kenapa respon dari orang dewasa ini cenderung meremehkan sang anak, tidak terlalu ditanggapi dengan serius dan cenderung menyuruh anak untuk berhenti berbicara atau "mengoceh" karena dianggap berisik atau mungkin mengganggu, kebetulan juga si anak yang sedang berbicara ini mempunyai label anak yang agak "nakal". 

Akhirnya saya mencoba sedikit bereksperimen dan mendekati si anak, melihat dia tidak dihiraukan saya bertanya kepadanya hal-hal yang biasa dan umum saja seperti umurnya berapa, sekolah kelas berapa, dan ternyata setelah dikulik, sang anak ingin bercerita bahwa dia nantinya kalau sudah besar ingin bercita-cita masuk pesantren.

Wah sungguh sayang sekali bila anak ini dicueki saja pikir saya waktu itu, karena tentu hal itu akan membuat dia kecewa dan secara tidak langsung akan membunuh mimpi-mimpinya. 

Itu tadi pengalaman saya bersama si anak yang bisa si bilang sudah bukan balita lagi ya karena usianya sudah lebih dari 5 tahun.

Ilustrasi by Freepik
Ilustrasi by Freepik

Pengalaman lain juga baru-baru ini saya dapatkan, bukan dengan interaksi langsung di lapangan dengan sang anak seperti yang sebelumnya melainkan dari cerita salah satu anggota keluarga saat kami bersilaturahmi. 

Bahwasanya ada anak kerabat yang harus masuk rumah sakit dan menjalani operasi dikarenakan si anak mengalami luka dalam yang cukup serius di perutnya, hal ini terjadi saat si anak bermain dan "sedikit" berkelahi dengan kakaknya.

Kebetulan mereka berdua anak laki-laki yang masih balita dan beda umurnya terpaut satu sampai dua tahun saja.

Bisa dibayangkan bukan bagaimana kalau anak laki-laki seumuran bermain, yang bisanya tidak jarang berakhir dengan sedikit fighting. 

Kembali ke cerita si anak yang masuk rumah sakit tadi, saat ditanya lebih lanjut kronologi ceritanya, ternyata si anak sempat menyampaikan keluhan ke orang tuanya kalau perutnya sakit, namun sang orang tua beranggapan hanya sakit biasa saja jadi tidak ada pemeriksaan lebih lanjut hingga akhirnya sang anak demam tinggi dan barulah saat dibawa ke rumah sakit ternyata ada luka yang cukup serius sehingga harus dilakukan tindakan secepatnya.

Tanggapilah serius apa yang disampaikan anak

Berkaca dari dua cerita di atas, ternyata begitu besar dampak kita sebagai orang dewasa yang menganggap remeh komunikasi yang coba di sampaikan anak kepada kita. 

Terkadang kita melihat anak tidak lebih dari sekedar anak-anak saja, tanpa kita sadari bahwa mereka juga mempunyai aspirasi dan rasa ingin didengar dan diperhatikan secara serius oleh kita orang dewasa bukan hanya sekedar didengar ala kadarnya saja. 

Usia berapa pun sang anak, saat mereka berkomunikasi dengan kita, mereka berusaha mengutarakan maksud hatinya.

Bukan tanpa tujuan tapi karena memang mereka ingin di dengar sama halnya dengan kita yang sudah dewasa ini. 

Mungkin kita bisa mulai mencoba untuk lebih mendengar kan anak-anak kita, menanggapi dengan serius setiap perkataan mereka, ikut berpartisipasi balik dalam komunikasi dua arah dengan mereka, bukan hanya mengiyakan saja perkataan mereka. 

Terkadang saya juga miris dan kasihan saat melihat anak-anak yang secara komunikasi sangat bagus dan lancar, namun respon orang tua atau orang dewasa di sekitarnya tidak ada yang peduli bahkan dicueki. 

Mungkin bagi kita sebagai orang dewasa tindakan kita biasa saja dan lumrah, namun kita tidak pernah tahu apa yang dirasakan dan dipikirkan anak-anak kita.

Kita tidak pernah tahu tindakan kita yang mana yang membuat mereka kecewa atau bahkan membuat mereka kehilangan semangat dan mimpi-mimpinya hanya karena kita tidak benar-benar mengakomodir kebutuhan mereka untuk didengar dan ditanggapi. 

Meskipun terkadang kita juga tahu anak kita hanya main-main saja atau sekedar gimmick, namun saat anak melibatkan kita dalam proses berkomunikasinya, tidak ada salahnya kita ikut serta dan menanggapinya juga karena hal itu akan membuat anak merasa dianggap keberadaannya dan didengarkan perkataannya, yang mana hal ini juga secara positif akan berdampak baik untuk perkembangan mental dan kepribadiannya kelak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun