Mohon tunggu...
Muhamad UmarMaruf
Muhamad UmarMaruf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas pendidikan Indonesia

Saya seorang mahasiswa semester di universitas pendidikan Indonesia Dengan program studi Fisika fakultas pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Analisi Miskonsepsi Fisika dalam materi mekanika pada siswa SMA menggunakan Two-tier diagnosticTest

6 Januari 2025   06:00 Diperbarui: 4 Januari 2025   22:34 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Misunderstandings in the topic of physical mechanics often arise from a misunderstanding of the actual concepts. If not addressed promptly, these misconceptions can disrupt the learning process, especially when studying advanced physics material. To identify the types of misconceptions experienced by students in the subject of mechanics, a study was conducted involving high school students in the Bandung area, ranging from grades 10 to 12. The data from the diagnostic misconception test using a two-tier diagnostic test were categorized and the percentage of students classified into the categories of concept understanding, lack of understanding, and misconceptions were calculated. The results of the study revealed that 33.88% of students experienced misconceptions in mechanics, 33.58% of students did not fully understand the material, and 32.58% of students showed correct understanding. This study allows educators to identify which concepts students have misconceptions about and the reasons behind them.

Keywords: Misconception, Mechanics, Two-Tier Diagnostic Test

ABSTRAK 

Kesalahpahaman dalam pokok bahasan mekanika fisika sering kali muncul akibat kesalahpahaman terhadap konsep yang sebenarnya. Jika tidak segera diatasi, kesalahpahaman tersebut dapat mengganggu proses belajar siswa, terutama saat mempelajari materi fisika tingkat lanjut. Untuk mengidentifikasi jenis-jenis miskonsepsi yang dialami siswa dalam pokok bahasan mekanika, dilakukan penelitian dengan melibatkan siswa SMA di wilayah Bandung, mulai dari kelas 10 sampai dengan kelas 12. Data hasil uji miskonsepsi diagnostik menggunakan uji diagnostik dua tingkat dikategorikan dan dihitung persentase siswa yang masuk dalam kategori pemahaman konsep, kurang pemahaman, dan miskonsepsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 33,88% siswa mengalami miskonsepsi dalam materi mekanika, 33,58% siswa tidak memahami materi secara menyeluruh, dan 32,58% siswa menunjukkan pemahaman yang benar. Penelitian ini memungkinkan pendidik untuk mengidentifikasi konsep mana yang menjadi miskonsepsi siswa dan alasan di baliknya.

Kata Kunci: Miskonsepsi, Mekanika, Two-Tier Diagnostic Test

PENDAHULUAN

Mekanika merupakan salah satu cabang ilmu fisika yang mempelajari keadaan benda, baik dalam keadaan diam atau bergerak akibat pengaruh gaya gaya yang bekerja. (Pertiwi, 2021) Mekanika sering kali menjadi dasar dalam mempelajari konsep-konsep fisika lainnya yang lebih kompleks. Konsep materi mekanika ini sering erkaitan dengan materi fisika lanjutan sehingga siswa perlu memahami materi mekanika untuk dapat memahami materi selanjutnya. 

Para pendidik tidak jarang menemukan siswa yang miskonsepsi atau memiliki pemahaman konsep berbeda dengan konsep sebenarnya. 

Miskonsepsi itu sendiri adalah kejadian yang sangat wajar dalam mempelajari ilmu pengetahuan dalam kegiatan pembelajaran. Namun, apabila miskonsepsi ini tidak segera diperbaiki maka akan menghambat dan mengganggu proses kegiatan belajar siswa. Kesalahpahaman konseptual juga dikenal sebagai miskonsepsi, hal ini sangat umum di antara banyak pelajar, terutama pelajar pemula, dan sering kali menghasilkan basis dan struktur pengetahuan yang buruk atau salah. (Sheng-nan & Da-ming, 2015)

Jika dibiarkan, miskonsepsi ini dapat berdampak negatif terhadap kemampuan siswa dalam menguasai materi lanjutan yang berkaitan dengan mekanika. 

Dengan adanya permasalahan tersebut maka masih perlu kajian lebih lanjut mengenai miskonsepsi spesifik yang terjadi pada topik-topik mekanika tertentu.

Berbagai metode telah dikembangkan untuk mendeteksi miskonsepsi, salah satunya two-tier diagnostic test. Two-tier diagnostic test adalah tes diagnostik yang multiple choice yang terdiri dari dua tingkat. Tingkat pertama adalah butir tes yang mengungkapkan suatu konsep tertentu, dan tingkat kedua adalah butir tes yang mengungkapkan alasan responden tentang jawaban yang diberikan pada butir tes yang pertama.

Melalui penelitian ini, para pendidik dapat lebih efektif mengidentifikasi konsep-konsep yang menjadi miskonsepsi siswa, serta alasan di balik miskonsepsi tersebut. Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan, peneliti melakukan penelitian ini dengan tujuan mengidentifikasi jenis-jenis miskonsepsi yang dialami siswa pada topik mekanika fisika dengan menggunakan instrumen two-tier diagnostic test.

Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat keparahan miskonsepsi yang dialami siswa dan memberikan rekomendasi untuk strategi pembelajaran yang dapat membantu mengurangi miskonsepsi tersebut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri Cimahi, khususnya pada siswa kelas X. Jenis penelitian yang digunakan adalah tes diagnostik dua tingkat, yaitu penelitian kuantitatif dengan menyebarkan angket daring kepada siswa SMA di wilayah Bandung, mulai dari kelas 10 sampai dengan kelas 12. 

Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Akan tetapi, Reynolds dalam Caleon & Subramaniam (2009) menyatakan bahwa tes pilihan ganda bersifat serbaguna, efisien, objektif, mudah digunakan, dan kurang dipengaruhi oleh kecenderungan individu untuk menjawab dengan cara tertentu. Oleh karena itu, sejalan dengan tujuan penelitian, penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan instrumen tes diagnostik. 

Soal pilihan ganda dirancang untuk mendeteksi miskonsepsi siswa dan telah dikembangkan dari format satu tingkat menjadi dua tingkat, tiga tingkat, dan empat tingkat. Tes yang dikembangkan berdasarkan analisis hasil penelitian ini membahas miskonsepsi dalam mekanika, yang umum ditemui siswa dalam mempelajari Fisika.

 Bentuk tes yang digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi adalah two-tier question, yaitu tes diagnostik dengan dua level. Level pertama terdiri dari pertanyaan dengan empat pilihan jawaban, sedangkan level kedua mencakup empat alasan yang merujuk pada jawaban di level pertama. Hanya siswa yang benar-benar memahami konsep yang akan memberikan jawaban dan penjelasan yang benar (Utami et al., 2017).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil tes miskonsepsi diagnostik menggunakan soal pilihan ganda dua tingkat (Two-Tier Diagnostic Test) dikelompokkan secara keseluruhan, kemudian dihitung persentase siswa yang dikategorikan ke dalam kelompok pemahaman konsep, kurang pemahaman, dan miskonsepsi. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

diagram 1

Dari diagram tersebut bahwa masih banyak siswa/siswi SMA yang mengalami miskonsepsi. Penelitian ini melibatkan 67 responden siswa SMA kelas 10--12 disekitar Bandung yang telah berpartisipasi dalam mengisi kuesioner Two-Tier Diagnostic Test untuk materi mekanika.

Berdasarkan analisis hasil tes, diperoleh distribusi pemahaman siswa sebanyak 33,88% siswa menunjukkan pemahaman yang benar (paham), 32,54% mengalami miskonsepsi, dan 33,58% siswa menunjukkan ketidakpahaman terhadap materi yang diuji.

Dari hasil ini, sekitar 32,54% siswa mengalami miskonsepsi dalam memahami konsep-konsep dasar mekanika. Miskonsepsi tersebut dapat ditemukan pada berbagai subtopik seperti Hukum Newton II, gerak lurus, serta hubungan gaya dan percepatan. Miskonsepsi ini kemungkinan disebabkan oleh pemahaman yang tidak sesuai atau salah kaprah tentang prinsip dasar fisika, yang seringkali tidak terdeteksi oleh tes konvensional.

Selain itu, hasil ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (33,58%) tidak paham terhadap materi mekanika yang diberikan. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa belum dapat memahami konsep dasar yang menjadi landasan untuk mempelajari konsep-konsep yang lebih kompleks salah satunya pada materi Hukum Newton I. Ketidakpahaman ini dapat disebabkan oleh kurangnya latihan atau pemahaman yang mendalam terhadap teori yang diajarkan.

Dari sisi positif, sekitar 33,88% siswa menunjukkan pemahaman yang baik terhadap materi mekanika terutama dalam materi Hukum Newton II. Meskipun presentasenya relatif kecil, angka ini menunjukkan bahwa ada sebagian siswa yang mampu memahami konsep-konsep mekanika dengan benar, dan mereka dapat mengaplikasikan konsep tersebut dalam berbagai konteks soal.

KESIMPULAN

Dengan demikian, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, tingkat miskonsepsi fisika dalam materi mekanika pada siswa SMA di sekitaran Bandung ini tergolong tinggi. Miskonsepsi pada siswa sering terjadi karena konsep awal yang keliru. Hal ini didukung oleh data yang diperoleh dari instrumen two-tier diagnostic test dan menunjukkan angka 32,54% dari total responden yang ada. Dengan adanya instrumen two tier diagnostic test ini, pengajaran dapat diarahkan untuk mengatasi kesalahan-kesalahan konsep yang terjadi. Kepada pengajar perlu melakukan identifikasi miskonsepsi secara dini agar dapat meminimalisir miskonsepsi yang ada pada siswa, sehingga mereka dapat memperoleh pemahaman yang lebih kuat dan tepat dalam materi mekanik ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun