Dari diagram tersebut bahwa masih banyak siswa/siswi SMA yang mengalami miskonsepsi. Penelitian ini melibatkan 67 responden siswa SMA kelas 10--12 disekitar Bandung yang telah berpartisipasi dalam mengisi kuesioner Two-Tier Diagnostic Test untuk materi mekanika.
Berdasarkan analisis hasil tes, diperoleh distribusi pemahaman siswa sebanyak 33,88% siswa menunjukkan pemahaman yang benar (paham), 32,54% mengalami miskonsepsi, dan 33,58% siswa menunjukkan ketidakpahaman terhadap materi yang diuji.
Dari hasil ini, sekitar 32,54% siswa mengalami miskonsepsi dalam memahami konsep-konsep dasar mekanika. Miskonsepsi tersebut dapat ditemukan pada berbagai subtopik seperti Hukum Newton II, gerak lurus, serta hubungan gaya dan percepatan. Miskonsepsi ini kemungkinan disebabkan oleh pemahaman yang tidak sesuai atau salah kaprah tentang prinsip dasar fisika, yang seringkali tidak terdeteksi oleh tes konvensional.
Selain itu, hasil ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (33,58%) tidak paham terhadap materi mekanika yang diberikan. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa belum dapat memahami konsep dasar yang menjadi landasan untuk mempelajari konsep-konsep yang lebih kompleks salah satunya pada materi Hukum Newton I. Ketidakpahaman ini dapat disebabkan oleh kurangnya latihan atau pemahaman yang mendalam terhadap teori yang diajarkan.
Dari sisi positif, sekitar 33,88% siswa menunjukkan pemahaman yang baik terhadap materi mekanika terutama dalam materi Hukum Newton II. Meskipun presentasenya relatif kecil, angka ini menunjukkan bahwa ada sebagian siswa yang mampu memahami konsep-konsep mekanika dengan benar, dan mereka dapat mengaplikasikan konsep tersebut dalam berbagai konteks soal.
KESIMPULAN
Dengan demikian, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, tingkat miskonsepsi fisika dalam materi mekanika pada siswa SMA di sekitaran Bandung ini tergolong tinggi. Miskonsepsi pada siswa sering terjadi karena konsep awal yang keliru. Hal ini didukung oleh data yang diperoleh dari instrumen two-tier diagnostic test dan menunjukkan angka 32,54% dari total responden yang ada. Dengan adanya instrumen two tier diagnostic test ini, pengajaran dapat diarahkan untuk mengatasi kesalahan-kesalahan konsep yang terjadi. Kepada pengajar perlu melakukan identifikasi miskonsepsi secara dini agar dapat meminimalisir miskonsepsi yang ada pada siswa, sehingga mereka dapat memperoleh pemahaman yang lebih kuat dan tepat dalam materi mekanik ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H