Mohon tunggu...
irawan boma
irawan boma Mohon Tunggu... lainnya -

pengamat kehidupan, praktisi revitalisasi untuk sustainability (lingkungan) hidup, saya sungai, saya suka hujan, mendung, guntur, namun paling suka cahaya yang menyembul dari balik awan tebal.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kalimat Langka - "Terima Kasih"?

14 November 2011   10:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:41 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Amin...terima kasih Pak Sapri, sudah berbagi."

"Tapi orang macam Dilah itu ya memang, cecunguk!"

Lalu kita berdua tertawa meski jarak memisah ribuan kilometer, tapi kemudian Pak Sapri menjelaskan bahwa ia tidak dendam pada Dilah, malah ia ber"Terima Kasih" pada Dilah, karena cat air di kanvas tidak memenjarakan diri Pak Sapri sebagaimana cat air dikanvas telah memenjarakan Dilah dalam berkarya.

Sayangku bilang, "Dalam lubuk hati yang paling dalam, Dilah pasti gelisah, dunia mungkin menyanjungnya, tapi dia, Sapri dan Dia, tahu kebenaran yang sebenarnya."

Pernyataan sayangku menyejukkan, selalu.

Tapi menurutku orang macam Dilah, itu memang cecunguk.

Tapi kata dunia yang sekarang ini, dunia yang lupa ber"Terima Kasih", semua sah saja, pengkhianat jadi pemimpin itu OK, normal, Terima Kasih,

kalau orang benar dipinggirkan, Terima Kasih,

kalau yang berjuang benar lalu menjadi skeptis, Terima Kasih,

kalau karya bersama kita diakui menjadi karya tunggal oleh seorang tanpa berterima kasih, Terima Kasih!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun