"Gimana filmnya? Bagus, khan?" tanyanya berapi-api.
"Apaan? Aku gak ngerti", kataku jujur.
"Kau khan bodoh, makanya kau gak ngerti film", kata dia mengerutkan dahi lebarnya. Jenggotnya tertiup-tiup AC mobil yang tepat berada di depan mukanya. Membuatnya terlihat lebih menyeramkan. Â
"Eh, nonton Captain America lagi, yuk?" ajaknya.
"Apa? Udah jam 10, katanya mau cari makan? Malah 'ngajak nonton lagi!" kataku ketus. Yang lebih memalukannya lagi hari itu adalah Kamis Putih, di mana semua orang pergi ke Gereja dan kami dengan gobloknya malah pergi 'nonton.
Sayangnya kenangan goblok itu tidak akan pernah terulang. Sejak aku memutuskan merantau lebih jauh. Sejak dia memandangku sinis seolah-olah aku sengaja menyakitinya. Aku dan dia sama-sama tahu bahwa ada cinta yang pupus saat akan bersemi.
"Bodoh" katanya.
*
Tiba-tiba lamunan masa laluku buyar, karna panggilan seorang wanita yang mengantri di belakangku. Dia sedikit mendorong-dorong badanku yang kaku.
"Mba, maju dong. Itu busnya udah datang..." katanya ketus sambil terus mendorong aku.
"Eh, sorry..." aku segera berlari memasuki bus koridor 6 yang bangkunya sudah dipenuhi penumpang. Mau tak mau, aku harus berdiri di dekat pintu bus. Beberapa orang tetap memaksa masuk, walau bus sudah penuh sesak. Aku segera memasang masker sebelum bau-bau yang tidak enak menghinggapi hidungku.