"Oh. Masih baru kerja toh? Semoga sukses ya, Mas..." kataku sok akrab. "Eh, ngomong-ngomong nih dari logatnya kayaknya orang Sumatera?" tanyaku lagi sok tahu.
"Hahaha... Emang iya... Aku dari Pekanbaru..." jawabnya sambil tertawa dengan matanya yang semakin sipit.
Glek! Aku terdiam. Kuambil headset yang sedari tadi kulepas dan kupasang kembali. Mataku memandangi jalanan ibukota yang semakin macet. Aku berusaha tak menyambungkan pembicaraan lagi. Pria itu pun terlihat sibuk dengan HP-nya. Bus berhenti di depan halte Mampang Prapatan.
"Ummm... Mas, turun di sini..." kataku pelan.
"Oh ya?"
Pintu bus terbuka otomatis. Sebelum dia melangkahkan kaki ke luar bus, dia membukakan masker yang sedari tadi menutupi wajahnya. Aku melangkah mundur seperti baru melihat hantu. Kunaikkan lebih ke atas masker yang kukenakan. Dia mengulurkan tangannya padaku.
"Douglas. Makasih bantuannya..." Katanya tersenyum manis.
"Oh... Ohh... Aku, aku Merry..." jawabku gelagapan.
"Dahhh..." Dia menghilang bersamaan dengan ditutupnya pintu bus.
*
 Hiks, padahal namaku bukan Merry, namaku adalah nama yang sudah seharusnya dihafalnya.Â