Mohon tunggu...
ULIFAH TATA
ULIFAH TATA Mohon Tunggu... Freelancer - Aktifis pemberdayaan

Pemberdayaan pembangunan desa, pemberdayaan perempuan dan anak, pemberdayaan kesehatan masyarakat, peberdayaan masyarakat petani hutan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membedakan Pekerja anak dan Anak bekerja

12 Juni 2021   12:35 Diperbarui: 12 Juni 2021   12:57 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak adalah generasi emas bangsa yang akan meneruskan para generasi sebelumnya. Sehingga perlu perhatian untuk tumbuh kembangnya secara maksimal. Pekerja anak dianggap menjadi hambatan dalam tumbuh kembang anak baik secara fisik maupun psikis. Berikut ini perbedaan pekerja anak dan anak yang bekerja.

Bekerja tidak selalu buruk untuk anak-anak dan bisa menyehatkan akan tetapi dapat pula secara serius membahayakan perkembangan anak. Untuk menentukan apakah kegiatan ekonomi yang dilakukan anak adalah sehat atau berbahaya, masyarakat internasional telah menetapkan standar sebagai berikut:

APA PENGERTIAN DARI PEKERJA ANAK

Bekerja tidak selalu buruk untuk anak-anak dan bisa menyehatkan akan tetapi dapat pula secara serius membahayakan perkembangan anak. Untuk menentukan apakah kegiatan ekonomi yang dilakukan anak adalah sehat atau berbahaya, masyarakat internasional telah menetapkan standar sebagai berikut:

Anak yang bekerja:

Pekerjaan ringan (kurang dari 14 jam/minggu) untuk usia 12-17 tahun;

Tidak berbahaya bagi kesehatan dan perkembangan anak-anak;

Tidak mengganggu kegiatan bersekolah atau pelatihan kejuruan;

Tidak berbahaya secara alamiah.

Pekerja anak:

Pekerjaan tetap (14 jam atau lebih/minggu);

Memberikan dampak/bahaya baik fisik maupun psikologis;

Menghambat pendidikan dan perkembangan mental dan/atau fisik;

Anak-anak usia di bawah 15 tahun, diatur oleh Konvensi Usia Minimal ILO 138 (14 tahun di mana fasilitas ekonomi dan pendidikan berkembang tidak secara penuh); * Pekerjaan berbahaya seperti yang didefinisikan oleh ketentuan ILO Konvensi Bentuk Terburuk Pekerja Anak 182.

Beberapa fakta dan angka tentang pekerja anak

Di seluruh dunia terdapat sekitar 250 juta pekerja anak di bawah usia 18 tahun.

Dari data ini, lebih dari 186 juta berusia 5 -- 14 tahun, dan lebih dari 59 juta berusia 15-17 tahun

Kira-kira 170 juta dari pekerja anak ini bekerja dalam kondisi yang berbahaya.

Dari data ini, lebih dari 111 juta berusia 5-14 tahun, dan lebih dari 59 juta berusia 15-17 tahun

Kira-kira 179 juta anak bekerja dalam bentuk pekerjaan anak yang terburuk. antara lain

Mereka dipaksa melakukan perdagangan obat terlarang, konflik bersenjata, pelacuran maupun pekerjaan berbahaya seperti pertambangan dan penggalian skala kecil.

Sebagian besar anak-anak yang bekerja di pedesaan terlibat dalam sektor pertanian. * Pekerja anak bekerja dengan jam kerja yang panjang dan berat.

Mayoritas anak-anak yang bekerja adalah pekerja keluarga yang tidak dibayar, khususnya di daerah pedesaan.

Pekerja anak menerima upah di bawah rata-rata dan fluktuasi upah bergantung pada usia dan jenis kelamin -- anak perempuan dibayar lebih rendah daripada anak laki-laki di sebagian besar negara dan bidang pekerjaan.

Banyak anak-anak juga bekerja sampai sore atau malam hari. Anak perempuan bekerja dalam pelayanan rumah tangga biasanya harus menginap di rumah majikannya dan mungkin mengalami beragam kekerasan, termasuk eksploitasi seksual

.Anak-anak kadang-kadang dijual untuk sejumlah uang atau bekerja untuk membayar utang -- perbudakan belum mati .

Dikutip sepenuhnya dari Busakorn Suriyasarn, Rosalinda Terhorst and Neilen Haspels, 3-R Trainers' Kit, Pemberdayaan untuk Anak-anak, Remaja dan Keluarga: Hak, Tanggung jawab, dan Perwakilan, Buku 3 Modul 4, ILO, 2008Prepared by JARAK, 2020 50

Setiap tahun seorang anak yang dapat bersekolah, peluangnya untuk bekerja secara dini berkurang secara dramatis.

Pekerja Anak Perempuan Anak perempuan paling mungkin untuk:

mulai bekerja pada usia yang lebih muda daripada anak laki-laki.

dibayar lebih rendah dari pada anak laki-laki untuk pekerjaan yang sama. * terkonsentrasi pada sektor dan bidang yang dicirikan oleh bayaran rendah dan jam yang panjang.

bekerja pada industri terselubung dan tidak berbadan hukum, sehingga membuat mereka lebih rawan terkena eksploitasi dan kekerasan.

terkonsentrasi pada industri yang berbahaya bagi kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan mereka * terjauhkan dari sekolah atau mengalami beban ganda antara pekerjaan rumah, sekolah dan pekerjaan ekonomi.

Untuk alasan ini, Konvensi 182 Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk bagi Anak menghimbau para Negara anggota ILO untuk memperhatikan situasi khusus dari anak perempuan.

Pekerja Rumah Tangga Anak (PRTA)

PRTA adalah salah satu bentuk umum dan tradisional dari pekerja anak. Praktik ini, khususnya dalam kasus anak perempuan, cukup meluas karena banyak budaya berpandangan bahwa kontribusi anak perempuan pada tugas rumah tangga sebagai bagian penting dari pengasuhan mereka.

Keluarga di daerah perkotaan biasanya merekrut anak-anak dari pedesaan, melalui keluarga, teman atau kontak lain, yang sebagian besar berasal dari keluarga miskin, terlantar, yatim piatu atau datang dari keluarga dengan orang tua tunggal.

Dalam banyak kasus dan khususnya ketika mereka terlantar atau yatim piatu, PRTA bergantung sepenuhnya pada keluarga yang mempekerjakan. Situasi biasanya menjurus pada perbudakan. Anak-anak melaporkan bahwa mereka dipaksa memakan makanan sisa, mendapat upah sedikit atau bahkan tidak dibayar sama sekali, tidur di lantai, mengalami kekerasan fisik atau seksual, terisolasi dari keluarga mereka, dan jarang bersekolah atau bermain dengan anak lain seusianya.

Mayoritas PRTA berusia antara 12 hingga 17 tahun, meski sejumlah survei mengidentifikasi bahwa anak-anak pada usia 5 atau 6 tahun telah bekerja sebagai PRTA. Sebagian besar adalah anak perempuan, namun di banyak negara anak laki-laki juga bekerja sebagai PRTA. Jam kerja PRTA biasanya panjang: 15 atau 16 jam per hari adalah hal yang wajar. Penyebab Perburuhan Anak

Kurangnya akses ke pendidikan Ada banyak alasan mengapa anak-anak bekerja dan tidak pergi sekolah. Pada sebagian besar negara, pendidikan dasar tidak gratis dan tidak selalu tersedia untuk semua anak. Meskipun sekolah tersedia, namun kualitas pendidikannya buruk dan isinya tidak relevan. Pada situasi di mana pendidikan tidak terjangkau atau orang tua dan/atau anak-anak melihat tidak adanya nilai akan pendidikan, maka anak-anak disuruh bekerja dari pada Prepared by JARAK, 2020 51 sekolah. Hal ini umumnya terjadi pada anak-anak miskin dengan posisi budaya dan sosio[1]ekonomi tidak beruntung serta terpisah dari kelompok. Implikasinya, anak-anak mudah menjadi korban eksploitasi perburuhan anak

Kemiskinan Kemiskinan adalah alasan pokok yang memaksa anak-anak bekerja. Rumah tangga yang miskin perlu penghasilan, dan anak-anak menyumbangkan penghasilannya sekitar 20-25% (seperempat) dari pendapatan keluarga. Mengingat rumah tangga miskin menghabiskan sebagian besar penghasilannya untuk makanan, maka penghasilan anak-anak yang bekerja menjadi sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka. Namun bukan berarti kemiskinan selalu menyebabkan terjadinya perburuhan anak. Potret keluarga miskin beragam. Di banyak rumah tangga miskin, setidaknya ada beberapa anak memilih sekolah. Demikian pula di sejumlah wilayah/daerah di negara miskin, di mana pekerja anak bersekolah sementara pada daerah lain dengan kemiskinan yang sama, anak tidak sekolah. Begitu juga dengan negara yang sama-sama miskin di mana perburuhan anak dipraktikkan secara luas sementara di wilayah miskin lainnya tidaklah demikian. Negara-negara bisa sama-sama miskin tetapi derajat perburuhan anak berbeda (relatif tinggi atau relatif rendah). Pekerja anak tentu melanggengkan kemiskinan, terutama ketika anak-anak tersebut menjadi orang dewasa yang tidak memiliki keahlian yang pada akhirnya mengkondisikan anak-anak untuk bekerja kembali,

Tradisi Di beberapa daerah tertentu, secara tradisional anak-anak mengikuti jejak orang tuanya. Jika keluarga memiliki tradisi bekerja dalam pekerjaan berbahaya seperti penyamakan kulit, kemungkinan besar anak-anak mereka juga melakukan pekerjaan yang sama. Pada industri dan perkebunan di mana pembayaran berdasarkan harga satu buah/potong, anak[1]anak biasanya didatangkan untuk 'membantu' anggota keluarga yang lain. Ini adalah praktik biasa dalam konstruksi, pertanian dan pekerjaan berbasis rumahan.

Permintaan akan pekerja anak Majikan bisa memilih mempekerjakan anak karena lebih murah dari orang dewasa. Selain juga membentuk angkatan kerja yang patuh karena tidak akan mengorganisir diri untuk mendapatkan perlindungan dan dukungan. Sebagai salah satu solusinya adalah menyasar mereka yang mendapat untung dari eksploitasi ekonomi anak-anak, menghentikan praktiknya dan mewajibkan memberi kontribusi melalui rehabilitasi dan dukungan bagi yang mengalami dampak (anak-anak dan keluarganya). Penelitian mengenai penyebab pekerja anak cenderung mengkonsentrasikan pada faktor persediaan, terutama pandangan umum bahwa kemiskinan adalah kekuatan yang mengendalikan. Tapi permintaan untuk pekerja anak juga perlu diperhitungkan. Mengapa majikan menyewa pekerja anak? Penjelasan yang paling umum adalah biaya yang lebih rendah dan keahlian anak-anak yang tak tergantikan: dengan argumen "jari yang cekatan." Faktanya, kedua alasan tersebut tidak tepat dan sudah dibuktikan pada penelitian di seluruh dunia. Alasan utama untuk menyewa anak-anak bersifat non-ekonomi. Pada dasarnya, anak-anak mudah diatur karena mereka tidak sadar mengenai haknya, tidak banyak bermasalah, lebih patuh, dapat dipercaya, dan jarang absen dari pekerjaan.

 Dampak Kerja pada Anak-anak

Karena anak-anak berbeda dari orang dewasa dalam susunan fisiologi dan psikologi, maka anak-anak lebih rentan dan lebih mudah terpengaruh oleh bahaya pekerjaan. Hal ini karena belum matang secara mental, dan kurang hati-hati mengenai resiko potensial terkait dengan tempat kerja.

Kondisi pekerjaan yang berbahaya atas kesehatan dan perkembangan anak dapat merusak. Dampak pekerjaan yang berat secara fisik, seperti membawa beban berat atau dipaksa untuk melakukan sesuatu dengan posisi yang tidak alamiah saat bekerja akan mengakibatkan cacat permanen atau melumpuhkan anggota tubuh yang sedang tumbuh. Terdapat bukti bahwa anak-anak terkena lebih awal bahaya kimia dan radiasi dari pada orang dewasa dan rentan terhadap penyakit.

Anak-anak juga lebih rentan mendapatkan kekerasan fisik, seksual dan emosional dari pada orang dewasa dan lebih mudah terkena dampak psikologis ketika tinggal atau bekerja pada lingkungan di mana mereka tertindas. Hal ini terjadi pada kasus anak yang masih muda dan anak perempuan. Karena posisi dan status yang rendah dari anak perempuan dan perempuan dewasa, sehingga anak perempuan lebih mudah mengalami eksploitasi perburuhan dan hak asasi manusia dari pada anak laki-laki, karena secara umum orang tua menilai mereka lebih rendah dari anak laki-laki. Biasanya anak perempuan tumbuh di lingkungan yang lebih dilindungi dari pada anak laki-laki, oleh sebab itu mereka kurang terpapar pada dunia luar, dan sudah belajar untuk mematuhi orang yang lebih tua serta tidak berpikir untuk diri sendiri. Bahaya biologis bisa menjadi besar untuk anak perempuan dan anak laki-laki, jika mereka melakukan hal yang berbahaya bagi tubuhnya. Sebagai contoh, anak perempuan dan anak laki-laki yang terpaksa melakukan seks dini sehingga rawan terkena penyakit yang ditularkan secara seksual seperti HIV/AIDS.

Para ahli keselamatan dan kesehatan kerja menyatakan bahwa pertanian -- sektor yang memiliki persentase tertinggi pekerja anak -- menjadi satu di antara pekerjaan yang paling berbahaya. Pengaruh cuaca, pekerjaan yang terlalu berat untuk tubuh yang muda, dan kecelakaan, seperti terpotong alat-alat tajam, merupakan contoh-contoh bahaya yang dihadapi anak-anak. Metode pertanian modern membawa bahaya yang jauh lebih besar bagi anak-anak, misalnya, penggunaan kimia beracun dan peralatan bermesin. Banyak anak-anak terbunuh oleh traktor yang terbalik, atau oleh truk dan kendaraan berat yang dibawa ke lahan sebagai alat transportasi.

Di banyak negara, bahaya dan risiko terhadap kesehatan berjalin dengan akses buruk akan fasilitas kesehatan, pendidikan, rumah dan sanitasi yang buruk serta gizi yang tidak terpenuhi. Undang-undang masih sangat terbatas melindungi pekerja pertanian dan ekonomi informal karena hukum perburuhan nasional biasanya hanya berlaku untuk pekerja pada ekonomi formal, sektor publik dan perusahaan swasta. Pada banyak negara, tempat yang mempekerjakan anak tidak memberlakukan undang-undang tersebut karena usaha tersebut dikelola oleh keluarga mereka sendiri. Bahkan ketika ada perlindungan hukum pun, pelaksanaan undang-undang perburuhan anak sulit dilakukan.

Mengapa Pekerja Anak Harus Dihentikan?

Pekerja anak adalah pekerjaan yang hanya membawa kerugian dan mengancam anak-anak dan merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional dan undang-undang nasional.Prepared by JARAK, 2020 53

Pekerja anak merupakan pekerjaan dan kegiatan yang secara mental, sosial dan moral berbahaya bagi anak-anak.

Pekerja anak menghilangkan kesempatan untuk sekolah atau menimbulkan beban ganda antara sekolah dan bekerja.

Pekerja anak merupakan pekerjaan yang memperbudak dan memisahkan anak-anak dari keluarga.

Pekerja anak mengarahkan anak-anak dan keluarganya menuju jurang kemiskinan dan keputusasaan. * Lemah secara fisik dan tidak matang secara pikiran dan jiwa, anak-anak tidak dapat terhindarkan dari risiko yang lebih besar di tempat kerja dari pada orang dewasa.

Survei nasional menemukan bahwa proporsi anak yang cedera fisik atau jatuh sakit ketika bekerja adalah sangat tinggi.

Pada sektor di mana mesin dan perlengkapan dilibatkan, seperti pertanian, potensi untuk cedera lebih tinggi. Pertanian, pertambangan dan konstruksi adalah industri yang sangat berisiko tinggi untuk pekerja anak.

Demikian ulasan kami yang kami kutip dari  Modul Pelatihan Bagi Pelatih untuk Penanggulangan Pekerja Anak di Sektor Pertanian yang disusun oleh JARAK (Jaringan Pekerja Anak)  kerjasama dengan ECLT (Elaborating Child Labour Tobacco.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun