Mohon tunggu...
Uli Purba
Uli Purba Mohon Tunggu... STAFF FINANCE AR TELESINDO SHOP JAKARTA -

Simple, Idealist & Realist Agak absurd tapi bisa serius. Kalo ketawa giginya kelihatan liupurba.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bolehkah Aku Mengenalmu?

30 April 2018   13:28 Diperbarui: 30 April 2018   13:36 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Wahyu, buruh kantoran disebuah perusahaan asing di Jakarta. Posisi jabatan sebagai Accounting perusahaan. Commuterline adalah saksi dimana  dia pernah bertemu sosok perempuan mirip dengan kekasihnya di masa lalu. 

Pemuda tampan dan polos berusia 27 tahun itu menggunakan KRL sebagai transportasi setiap harinya menuju rumahnya di Depok. 

Seperti biasa sekitar pukul 18.00 lebih dia sudah sampai di stasiun Juanda, stasiun yang jaraknya lebih dekat dengan kantor. Ranselnya cukup berat hari ini, seperti biasa ia membawa ranselnya dengan menghadap ke depan perutnya yang sedikit berlemak. 

Krl menuju Bogor pun tiba, setelah ia berhasil menunggu 10 menit di stasiun. Tapat berada di gerbong ke tiga, ia masuk dan tampaknya gerbong tidak terlalu penuh dengan manusia. Meskipun demikian ia tidak mendapat tempat untuk duduk. Ia menaruh tasnya di atas dan mengambil posisi berdiri sambil memegang gantungan kereta.

Awal yang bahagia, dia menoleh kesebelah kanannya. Sosok perempuan berambut hitam panjang, manis dan wajahnya tampak polos. Wahyu asik memperhatikan perempuan itu sambil tersenyum. Jendela kaca dimana dia bisa menaruh perhatiannya pada pantulan wajah dari perempuan itu.  

Perempuan itu menggendong tasnya dengan menghadap ke depan, apa mungkin karna dia pendek dia tidak bisa menjangkau ke atas?. 

Perempuan itu tampaknya mirip sekali dengan perempuan yang pernah dicintainya di masa lalu saat masih kuliah di Universitas Indonesia, yang pada akhirnya ia meninggal karena sakit parah. Dan itu membuat Wahyu sempat tak pernah membuka haru pada perempuan lain.

Sungguh tak disangka ia bertemu dengan perempuan yang mirip sekali dengan kekasihnya di masa lalu.

Ia selalu mencuri pandang pada perempuan itu. 

Krl semakin penuh dengan manusia, dan Wahyu tidak mau terlepas dari samping perempuan itu. Ia berusaha untuk tetap berdiri disebelahnya. Dengan tolehan-tolehan kecil berhasil mengarah kepada perempuan itu.  Setiap hal yang dilakukan perempuan itu di KRL Wahyu selalu memperhatikannya. Saat perempuan itu menyeka rambut panjangnya kebelakang telinga, saat perempuan itu menggunakan hp, saat perempuan itu membuka resleting tasnya. Setiap inci dari gerakan perempuan itu tak luput dari pandangan Wahyu.

Tapi tunggu dulu, sepertinya perempuan itu mulai mencium gerak-gerik aneh pria yang ada disebelahnya, dia mulai risih dan merasa bahwa memang pria disebelahnya selalu memperhatikan dia. Ketika dia membuka hp nya, pria itu berusaha melirik hpnya, ketika dia membuka resleting tasnya, pria itu melirik isi tasnya.

Wahyu tidak habis pikir kenapa perempuan ini mirip sekali dengan mantannya yang sudah lama meninggal. Susana kereta semakin penuh dan semakin gerah. Perempuan itu tetap diam saja, tapi kali ini ketika perempuan itu membuka hpnya dia seakan-akan menutupi hpnya dari padangan pria aneh disebelahnya.

"Kenapa wajahmu begitu mirip?, siapa kamu?. Apakah kamu reinkarnasi dari Andin kekasihku yang dulu?", teriak Wahyu dalam hati.

"Iss kenapa sih ini cowo aneh, absurd, freak, liatin gue dari tadi?, menjijikkan banget sih jadi orang. Jangan-jangan pedofil lagi?", gumam perempuan itu dalam hatinya.

Pada intinya tidak ada waktu yang dilewatkan Wahyu tanpa mencuri padang pada perempuan itu. 

Perempuan itu sepertinya akan mendapat tempat duduk, dan mungkin Wahyu dapat lebih jelas melihat wajahnya. Stelah perempuan itu duduk tepat di depannya. Tanpa sadar dia tetap memperhatikan perempuan itu. Dan Wahyu berhasil membuat perempuan itu membalas tatapannya dengan sangat tajam.

Wahyu tdak dapat lagi menahan segala kegundahan dalam hatinya. 

"Maaf ya mba..maaf sekali", Wahyu memasang wajahnya yang polos dan manis sambil tersenyum kepada perempuan itu.

"kenapa?", sahut perempuan itu.

"Maaf saya liatin mba dari tadi, Mba mirip banget sama teman saya", sahut Wahyu dengan nada pelan sambil tersenyum puas. padahal dalam hati ia ingin berkata "kamu mirip banget sama Andien"

"Ohh... gak apa-apa, pendek juga kayak saya?", perempuan itupun membalas dengan senyuman dan sedikit tertawa

"iya mba hehe, kenalin mba nama saya Wahyu". Wahyu menyodorkan tangannya

Tapi perempuan itu sepertinya merasa canggung dan tidak mau berjabat tangan dengan Wahyu. 

Tak putus sampai disitu, Wahyu kemudian melanjutkan pembicaraaanya.

"Mba turun dimana?"

"Bojong"

"Tadi naik dari stasiun mana?"

"Sawah Besar"

"Saya turun di Depok mba hehe".

 Perempuan itu berpikir, ada yang aneh dengan cowok ini

Masih tetap tersenyum, Wahyu melanjutkan permintaan nya yang terakhir disaat ia harus turun di stasiun Depok. 

"Mba boleh minta nomornya?"

"haaa???", perempuan itu menaikkan alis matanya dan tidak pernah menyangka sebelumnya itu permintaan yang sangat aneh.

"udah kamu turun aja sana hee??", sahut perempuan itu.

"eh makasih ya mba, mudah-mudahan kita bertemu lagi pastii..."

Wahyu turun dari kereta, tapi beberapa menit kemudian dia menyesal kenapa dia harus turun, harusnya dia mengejar perempuan itu dan mengikutinya samapai ke stasiun tujuan perempuan itu. Tapi dia takut kalau perempuan itu menganggapnya pria hidung belang yang aneh dan menjijikkan.

Pada malam itu ia tidak bisa tidur karena perempuan yang dijuampainya di kereta. Wahyu selalu memikirkannya, memikirkan mukanya yang muram karna tatapannya, memikirnya senyumnya, memikirkan tawa kecilnya, memikirkan tatapan tajam dari perempuan itu. Dia berdoa agar dapat bertemu dengan perempuan itu lagi.

Esok harinya setelah pulang kerja di jam yang sama ketika dia kemarin pulang dari kantor, dia mengkalkulasikan segala waktu agar mungkin bisa bertemu kembali dengan perempuan itu di jam yang sama. Setia hari Wahyu mulai naik kereta di jam yang sama, gerbong yang sama. Tapi tak kunjung bertemu dengan perempuan itu.

Esok harinya di memutuskan untuk mengambil kereta ke stasiun Sawah Besar, berharap bertemu dengan perempuan itu, tapi tak kunjung berjumpa. Sampai suatu hari dia sudah menunggu berjam-jam untuk perempuan itu di stasiun Sawah Besar. Penantiannya tidak pernah berhenti, dia berpikir suatu saat nanti Tuhan pasti mempertemukan mereka kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun