Pukul 17:20 WIB
“mengapa dia ada di belakangku? Sejak kapan? Dia tidak benar-benar meninggalkanku?” pertanyaan itu terus menghantuiku setelah ku lihat lagi sosoknya yang mulai menjauh. Aku terhanyut kesedihan. Otakku tak bisa berpikir. Mengapa aku dengan bodohnya membiarkan dia pergi lagi. Pergi dengan segala kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi. Kemungkinan bahwa dia akan pergi dan tak pernah kembali lagi.
Pukul 22:17 WIB
Aku kembali berdiri di hadapan cermin, tetapi dengan ekspresi yang berbeda. Tak ada lagi senyum dan semangatku. Dia telah membawa semuanya bersama dengan langkah kakinya meninggalkanku. Ku coba menghubunginya, tetapi hanya kesedihan yang aku dapatkan. Inikah balasan untuk sebuah rasa cinta berbalut cemburu yang aku rasakan? Hari-hariku terasa tak berwarna, kini dia tak lagi ada. Begitu mudahnya dia melupakanku? Begitukah cintanya yang selama ini aku banggakan?. Ini tidak adil. Kenyataannya, aku rapuh tanpa dia.
Sabtu, 5 September 2015
Pukul 13:24 WIB
Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Membelai lembut pipiku, lalu bibirnya mendekat, dan dia bisikkan di telingaku “apa menurutmu aku sedang mendongeng?”.
“Apa?” jawabku terkejut mendengar suaranya.