Mohon tunggu...
Ulfa Khairina
Ulfa Khairina Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Somewhere to learn something. Explore the world by writing. Visit my homepage www.oliverial.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Melihatmu, Ayah...

26 Juni 2016   04:18 Diperbarui: 26 Juni 2016   22:20 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat berada di atas pentas, aku mulai berdiri memegang mic, dan suaraku mulai menggaung ketika berkata, "Good evening to all professor, good evening everybody...."

Ayah, aku melihatmu di sana. Ya, aku melihatmu...

"I am Ulfa Khairina from Indonesia...." dan aku melihat ayah tersenyum. Senyum yang aku rindukan, "...... terimakasih China, terimakasih CUC...." dan mic berpindah, "...terimakasih ayah.."

3-576fb0c79793733208d5bee3.jpg
3-576fb0c79793733208d5bee3.jpg
Ayah, kalau saja ayah masih di sini. Akan ada banyak cerita yang ingin kubagi. Bahkan ayah pergi diam-diam, tidak menungguku pulang. Aku sempat katakan bukan? Tiga tahun tidaklah lama, tapi ayah tak sanggup menungguku. Ayah bilang, itu terlalu lama buat ayah menungguku pulang. Waktu itu aku tak mengerti. 

Apakah penyakit itu begitu menyiksa ayah? 

Ini adalah yudisium terbaik, ayah. Ketika aku bisa mengatakan pada dunia yang memandang rendah perempuan muslim. Aku bisa berdiri dan tunjukkan bahwa perempuan muslim bukanlah perempuan tradisional tanpa pendidikan tinggi. Ayah harus dengar ceritaku. Hanya dua tahun setengah tersisa, ayah mengalah pada penyakit.

Teman-teman bilang, sekarang ayah berada dimana saja aku berada. Ayah ada di hatiku, menguatkan langkahku, membimbingku meraih cita-cita. Ayah, meskipun aku menolak kalimat itu. Aku percaya, aku tahu ayah mengaatiku. Aku selalu percaya, di saat mengingatmu, ayah akan datang di hatiku, di pikiranku.

Ayah, kenapa ayah pergi terlalu cepat. Kita belum bercerita tentang China yang selalu disebut-sebut dalam hadits itu. Kita belum berdiskusi tentang makna, "Tuntutlah ilmu walau ke negeri China"

Ayah, rindu ini selalu milikmu. Cerita ini selalu milikmu. Selalu terselip doa dari sini, dari anakmu di negeri tirai bambu.

Salam cinta dari Beijing

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun