Mohon tunggu...
UKMPRIMAUINSMHBANTEN
UKMPRIMAUINSMHBANTEN Mohon Tunggu... Organisasi -

Bergerak dalam bidang penelitian Sosial, Pendidikan, Agama, dan Teknologi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berharap

5 April 2019   16:36 Diperbarui: 5 April 2019   16:41 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan kamu berada dalam posisi Ali. Hatimu dipenuhi oleh resah, gundah, sebab satu-satunya orang yang sangat kamu cintai hendak dilamar oleh orang yang begitu salihnya dan begitu dekatnya dengan Rasulullah. Seolah Rasulullah tak mungkin menolaknya. Namun berbeda dengan Ali. Berita yang membuat gundah hatinya itu tidak membuatnya begitu saja kehilangan harapan. Ali tahu ada Yang Maha Menggenggam Hati. Ali tahu, bahwa Allah tidak akan menukar apa sesuatu yang sudah ditakdirkan untuknya dengan seseuatu yang lain. Sebagaimana rizki yang sudah tertakar, mana mungkin jodoh bisa tertukar? Maka hanyalah kepasrahan kepada Sang Pemilik Hatilah yang tersisa dari Ali.

Kepada Allah, Ali terus menaruh harapan. Ali terus berdoa kepada Allah agar diberikan yang terbaik, disertai dengan keyakinan bahwa Allah pasti akan memberikan yang terbaik tentunya.

Lamaran Abu Bakar di tolak oleh rasulullah saw. Benar saja, sekalipun orang yang melamar Fatimah adalah orang paling bertakwa, saleh, dermawan, bahkan sempurna sekalipun, jika dia memang bukan jodohnya, maka Fatimah takkan menjadi miliknya. Tidak ada seorang pun yang bisa memaksakan manakala semua sudah tertulis di Lauh Mahfudz, itu sebabnya cinta tidak bisa dipaksakan.

Berita ditolaknya Abu Bakar membuat Ali merasa senang, namun juga khawatir. Senang, sebab masih ada kesempatan baginya untuk memperjuangkan Fatimah. Namun khawatir, sebab jika lamaran Aku Bakar saja Rasulullah tolak apalagi lamarannya? Begitu yang dipikirkannya. Padahal Abu bakar sudah memenuhi segala aspek untuk menjadi suami Fatimah, namun Rasul tolak. Bagaimana dengannya.

Ali merasa minder dengan keadaanya, tak tahu harus berbuat apa lagi. Namun kembali, dia sadar bahwasannya ada tempat yang jika dan hanya jika kita berharap kepadanya, kita tidak akan pernah kecewa. Siapa lagi kalau bukan Allah? Sang Pemilik Hati, Sang Pemegang Harapan, Sang Pengabul Do'a.

Ujian cinta dan harapan Ali tidak berhenti sampai ditolaknya lamaran Abu Bakar. Beberapa hari kemudian, Ummar bin Khatab datang kepada Rasulullah, berniat melamar Fatimah. Sekarang seorang Umar,  sahabat Rasul yang paling tangguh, paling berani, begitu pantas terutama dalam melindungi Fatimah dalam bahaya. Hampir tak memberikan alasan pada Rasulullah untuk menolaknya.

Ali mendengar berita ini. Lagi-lagi, ali merasa was-was. Kali ini ada satu lagi orang hebat yang ingin melamar Fatimah. Ali kembali diuji. Lalu apa yang dilakukan Ali? Kembali, Ali menaruh harapannya, pasrah kepada yang Sang Pemilik Hati dan Harapan. Ali yakin bahwa jika dia ditakdirkan untuk Fatimah, Allah tidak mungkin membiarkan Fatimah berada pada tangan lain, dan jika bukan, dia akan dipertemukan dengan orang yang sudah disiapkan Allah. Hanya kepada Allah dia berharap.

Lagi-lagi, Ali mendengar berita bahwasannya lamaran Umar bin Khatab ditolak. Ali pun kembali merasakan hal yang sama, yakni senang sekaligus khawatir. "Ali dan Umar saja Rasulullah tolak lamarannya, bagaimana dengan saya, yang tidak punya apa-apa?"

Merasa minder, tentu, sampai pada suatu ketika, Ali pun berniat memberanikan diri. Namun, saat itu pula ujian lain menimpa Ali. Kali ini Utsman bin Affan datang melamar Fatimah. Lagi dan lagi keresahan melanda hatinya. Utsman adalah orang yang sangat dermawan, tampan, dan halus, dan ia datang untuk melamar Fatimah. Bagaimana bisa Rasulullah menolaknya?

Berkali-kali ujian datang, bahkan dari sahabat-sahabatnya sendiri, namun Ali tidak pernah kehilangan harapan dan keyakina. Ali selalu punya keyakinan kuat, bahwa jodoh nggak akan kemana, kalau kemana-mana, berarti bukan jodoh.

Benar lagi, tak lama kemudian, Ali mendengar berita bahwa lamaran Utsman juga ditolak.  Perasaan yang sama melanda lagi. Tetapi, kali ini Ali sudah memantapkan hati. Dia akan datang kepada Rasul, berniat melamar Fatimah. Maka datanglah Ali kerumah Fatimah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun