“Ay, uangku tinggal 200.000.”
“Ih,, gajimu kau habiskan ke mana si?”
“Maklum Ay, ini tanggal tua dan lagi pula aku kan mulai nabung untuk masa depan kita.”
Lagi-lagi Kharin tersenyum tersipu malu.
“Yasudah kalau begitu 100.000 saja. Yang 100.000 lagi untuk bansin motor kamu sampai gajian.”
Untunglah gajian tinggal dua hari lagi. Gumam Jay dalam hati. Dia lupa kalau besok, Minggu, Jay ada undangan dari Syella mantan pertamnya.
“Ditulis gak ya, namanya?”
“Tulis aja, sini aku yang tulisin.” Jay memberikan amplop itu pada Kharin.
Selesai di tulis nama Jay di amlpo putih Kharin mengembalikan amplop itu ke pangkuan Jay. Sementara Jay membenarkan penampilannya untuk berangkat ke undangan Maya.
Pukul 13.30 Jay dan Kharin menuju gedung Elnusa. Weekend gini jalanan sana-sini pasti macet. Dengan lincah Jay mengendarai motor maticnya mampu menyalip kendaraan roda empat. Gedung itu terlihar mewah dan megah. Saat di depan gedung mereka disambut foto pra-wedding Maya dengan suaminya. Antrean yang cukup panjang bagi mereka untuk bersalaman dengan pengantin hanya sekadar memberikan ucapan selamat dan doa restu. Mata Jay sudah jelalatan melihat makanan di kanan kirinya. Sate, siomay, bakso, macaroni schotel, zuppa soup, es krim ingin ia lahap dalam satu waktu. Tapi antrean ini masih panjang.
“Ay, aku mau ambil siomay ya”