Mohon tunggu...
Mariatul Kiptia
Mariatul Kiptia Mohon Tunggu... Human Resources - Writer, Public Speaker, Education Consultant

Hello👋 I'm Maria, currently active in the field of literacy and youth empowerment. Experienced in education, project management, and laboratory analysis. I'm a person who likes challenges, and always learning to be the best version of myself.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Kesabaran Seorang Gadis yang Berbuah Manis

30 April 2019   18:39 Diperbarui: 30 April 2019   18:50 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Nak, tidak perlu heran, ibu tau karena suami ibu adalah guru yang bertugas menjaga ujian di sekolahmu." Ucap beliau dengan tersenyum. Aku terkejut, ternyata Dina adalah anak dari salah satu guruku. Aku hanya membalas beliau dengan senyuman setelah itu kembali mengkerutkan wajah lagi karena terganggu oleh beban pikiranku pagi ini.

            "Sebetulnya saya ujian sesi pertama pagi ini bu, namun saya tidak tidak tahan melihat Dina terluka dan tidak berdaya tadi di sekolah, saya meninggalkan ujian dan mengantar Dina pulang," jelasku pada beliau yang memperhatikanku,

            "Lalu, mengapa kamu terlihat sangat murung seperti ada beban masalah yang sangat berat?" lanjut beliau bertanya padaku. Aku tercengang kembali, hatiku diselimuti keraguan apakah harus menjelaskan juga masalahku kepada beliau yang baru saja aku kenal?

            "Katakanlah, nak. Ibu mendengarmu." Bujuk beliau dengan nada lembut.

            "Begini bu, adik saya dibatasi waktu hingga besok untuk melunasi biaya sekolahnya yang sudah berbulan-bulan tidak dibayar, dan saya adalah satu-satunya orang yang bertanggung jawab atas itu. Mama saya sudah tua, ayah saya sudah meninggal. Masalah kedua adalah, saya meninggalkan ujian pagi ini." Jelasku pada perempuan tersebut yang matanya mulai berkaca-kaca setelah mendengar ceritaku.

            Ibu tersebut kemudian masuk ke dalam kamar dan kembali dengan membawa amplop putih tebal yang diberikan kepadaku sembari menunjukkan sebuah kertas berisi jadwal ujian susulan untuk kelas dua belas di sekolahku, kertas tersebut milik suaminya yang juga guruku di sekolah.

            "Nak, semoga uang ini cukup untuk melunasi biaya sekolah adikmu, terimalah sebagai bentuk terimakasih ibu padamu karena telah menolong Dina, dan kamu jangan khawatir tentang ujianmu, kamu masih bisa mengikuti ujian susulan, lagi pula ibu akan menjelaskan kepada suami ibu alasan mengapa kamu tidak mengikuti ujian pagi ini."

            Aku tertegun, masih tidak percaya pada apa yang baru saja ibu itu lakukan dan katakan kepadaku. Seketika, wajahku seolah memancarkan sinar mentari, kesedihan yang tadi membebani pikiranku, kini telah enyah entah kemana. Aku senang, aku berterimakasih kepada beliau, ibu dari gadis yang aku tolong. Ternyata, kesabaran memanglah berbuah manis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun