Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sains bicara psikologi,berpotensi pseudosains ?

7 Januari 2025   22:01 Diperbarui: 7 Januari 2025   22:01 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah para ilmuwan perlu menertibkan peta ilmu pengetahuan dan membuat batasan ilmiah mana obyek sains yang bisa dijelaskan secara sains dan mana yang bukan obyek sains ?

Sebenarnya kalau mau men teori kan (membuat penjelasan teoritis) bahwa "semua kerjaan otak" itu sih sah sah saja,bergantung orang mau melihat dari sudut pandang mana.Cuma dalam hal ini perlu kebijaksanaan karena mesti di ingat bahwa soal manusia itu sangat kompleks apalagi menyangkut soal kejiwaannya jangan sampai dalam hal ini ada yang berkeinginan melakukan semacam monopoli penjelasan seolah harus melulu berdasar sains atau penjelasan teoritis ala sains,Terus yang tidak pake narasi sains disalahkan,Mengapa ?

Karena manusia itu bukan obyek sains dan tak akan bisa full jadi obyek sains  seperti benda benda mati ata materi lain yang bisa dijelaskan dengan kualitas penjelasan yang bahkan bisa serba pasti dan terukur berdasar konstruksi hukum fisika

Sampai saat ini tak ada yang bisa menjelaskan psikologi manusia full secara sains dengan full memakai metode empiris,Itu sudah cukup sebagai bukti bahwa manusia bukanlah full obyek sains

Maka kalau maksa manusia full mesti dijelaskan secara metode empiris dan menolak metode lain atau penjelasan lain diluar sains maka itu sebenarnya sama dengan beresiko menjatuhkan sains pada pseudosains karena penjelasan tentang jiwa manusia ala sains akan banyak absurdnya alias tidak bisa serba terukur sebagaimana ketika sains mengelola obyek material

Itu sebab penjelasan saintifik tentang jiwa-pikiran manusia itu kebanyakan model penjelasannya bersifat teoritis-bukan empirik karena bukan hasil pengamatan inderawi-empiris.Beda dengan ilmu biologi atau kedokteran penjelasannya bisa empiris-terukur secara empiris karena berdasar pengamatan empiris.Tapi kan manusia bukan hanya tubuh tapi juga jiwa,ini yang membuat manusia tak bisa full menjadi obyek sains

Siapa yang bisa "mematerial kan" jiwa ?
Saitis paling botak mana yang bisa menjelaskan manusia full dengan model penjelasan empiris ? ..Apakah dengan mengamati material otak nya lalu bisa klaim juga bisa mengetahui seluruh isi jiwa nya ? Bullshit ...

Isi jiwa manusia tak cukup bisa diamati bahkan dengan mengetahui fungsi dri seluruh bagian sarafnya, KARENA lalu lintas pikiran apa yang sedang berjalan menggunakan infrastruktr saraf itu tidak akan bisa dibaca oleh alat teknologi maupun ilmu neurosains se hebat apapun

Maka itulah tentang manusia itu tak cukup dijelaskan oleh cara saintifik,kecuali bagian tubuh materialnya saya faham itu bisa full bagian sains,Kalau bagian jiwa-alam pikiran nya maka baik ilmu psikologi maupun agama sejak zaman dulu sudah biasa ikut memberi penjelasan

Dan tak boleh arogan seolah hanya penjelasan sains yang valid, termutakhir,ilmiah dll ...(Terus penjelasan dari arah lain ditolak ?) Itumah cuma ambisi materialist ilmiah yang ambisi ingin menjelaskan seluruh apa yang ada dalam realitas full secara material termasuk manusia !

OTAK "PEMAIN TUNGGAL" ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun