Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Siapa Aku, Aku Bukan Materi (!)

3 Desember 2024   10:07 Diperbarui: 3 Desember 2024   11:21 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


SIAPA AKU,AKU BUKAN MATERI

Manusia adalah makhluk yang memiliki kesadaran diri atau kesadaran ruhaniah,Ini beda dengan sekedar kesadaran biologis semisal sadar lapar atau sadar berbirahi atau sadar sakit secara fisik.

Itulah ciri khas manusia yang tidak dimiliki benda benda mati yang substansinya full terdiri dari materi. Maka karena itu dengan cara bagaimanapun manusia tak bisa dideskripsikan sebagai entitas yang hanya terdiri dari materi

Ada sesuatu dalam diri manusia yang bukan materi dan tidak berkarakter material,yang membuat manusia memiliki yang disebut kesadaran diri atau lebih dalam lagi "kesadaran ruhani" seperti sadar bahwa sesuatu itu baik atau buruk,Sadar sebagai makhluk yang mendambakan cinta kasih sayang serta kebahagiaan dan hal hal ruhaniah atau psikologis lain.Sebuah bentuk kesadaran yang mustahil dibentuk oleh substansi atau bahan materi

Manusia boleh membuktikan via beragam eksperiment saintifik serta inovasi teknologi bahwa TIDAK ADA SATUPUN BAHAN MATERIAL YANG BISA MEMBENTUK KESADARAN seperti yang manusia miliki

Dewasa ini teknologi yang dibuat manusia telah sampai pada pengembangan AI,Dan teknologi AI yang berbasis komputasi data itu dasarnya dibuat dari bahan yang memiliki sifat material.Data data itu dibentuk dari energi yang di kuantisasi.Demikian pula teknologi digital yang mendampingi AI berbahan energi yang di kuantisasi menjadi berkarakter materi.Dan demikian pula energi listrik atau batere yang menghidupkan mesin berteknologi AI serta digital itu tak bisa disebut non materi karena terikat secara mekanisme hukum fisika dengan element materi

Jadi gambaran utuh robot berteknologi AI adalah ; ia wujud yang dibentuk full oleh bahan material dan energi yang menghidupkannya juga berasal dari materi.Tapi bukankah rekayasa teknologi berbahan material tersebut tetap tak bisa menghadirkan kesadaran diri seperti manusia ?

Hadirnya teknologi AI justru sebenarnya makin membuktikan ada sesuatu yang bukan materi dalam diri manusia yang teknologi AI tercanggih pun tetep tidak bisa menirunya.Manusia tidak bisa ditiru seutuhnya secara teknologi itu karena manusia bukan semata berbahan materi.

Kalaulah manusia full hanya berbahan materi dan jiwa serta pikirannya hanya eksistensi bahan materi tersebut maka apa yang ada pada manusia mungkin bakal dapat sepenuhnya ditiru oleh teknologi

Pikiran manusia tidak bisa diperlakukan seperti data data yang bermain dalam mesin komputer atau mesin digital itu karena pikiran melekat dalam dan dikendalikan oleh jiwa yang adalah bukan berbahan materi-jiwa dan pikiran yang berada didalamnya tidak bergerak berdasar konstruksi hukum fisika sebagaimana gerak materi yang dikendali atau dikonstruks hukum fisika.

Maka pikiran tidak bisa di upload dan di download seperti data data komputer itu karena gerak pikiran itu dasarnya tidak terikat hukum fisika dunia materi.Data data dapat melekat dalam harddisk dan di operasikan secara algoritmatik karena data data itu dasarnya memiliki karakter material

Jadi untuk faham atau menyadari diri bahwa manusia bukan berbahan materi dan jiwa nya tidak berkarakter material maka boleh bandingkan dengan bahan berkarakter material yang bermain dalam teknologi semisal AI atau teknologi digital.Teknologi AI itu berbahan materi maka karakternya pun full material-tak ada karakter ruhani dalam permaian teknologi AI

Maka sejauh manapun data data dalam AI beroperasi itu mustahil berdasar "kesadaran diri" seperti yang terjadi pada manusia.Data data yang bermain dalam AI bisa di algoritma kan-bergerak berdasar mekanisme hukum algoritma itu karena ia tak bisa beroperasi berdasar kesadaran diri

Bagaimana kesadaran diri yang beroperasi dalam jiwa manusia di fahami juga boleh dibandingkan dengan temuan terkini dalam dunia kuantum yang sekecil atau sehalus apapun adalah masih termasuk dimensi materi.Tapi ini mungkin  harus dibahas secara terpisah

...........

Tapi seperti kita tahu di dunia ini sedang mewabah apa yang disebut ideologi-cara pandang "materialisme ilmiah",Para penganutnya selalu berupaya menggambarkan segala suatu sebagai materi atau eksistensi materi dan menolak eksistensi adanya hal yang diluar substansi materi-metafisik.Maka karakter mereka itu selalu ingin mendeskripsikan segala suatu secara materi atau bertumpu pada penjelasan material

Mereka memproklamirkan bahwa substansi realitas adalah materi,mereka memiliki definisi ilmu pengetahuan tersendiri bahwa ilmu pengetahuan hanya konsep untuk mengelola dunia fisik-materi,Menolak metafisika-hal diluar materi sebagai wilayah ilmu pengetahuan, Dan ujungnya yang paling "dahsyat" di era milenial saat ini adalah berupaya mendeskripsikan manusia sebagai makhluk material dengan menolak adanya substansi non materi dalam diri manusia

Jadi disini sangat nyata apa yang dinubuatkan oleh para nabi tentang kekuatan si mata satu (karena hanya melihat ke satu arah : dunia fisik) yang eksist sebagai kekuatan yang menguasai dunia di akhir zaman yang kekuasaannya baru bisa terhenti saat turunnya Isa al masih A.S

.............
Artikel ke 2

BAGAIMANA MATERIALISME ILMIAH BERUPAYA MENJELASKAN MANUSIA SECARA MATERI

Dengan mengamati secara seksama isi otak seseorang bahkan hingga ke bagian sarafnya yang terhalus sekalipun seorang ahli saraf atau neurosaintis tidak akan bisa mengetahui apa isi pikiran atau karakter jiwa seorang individu,Walau dengan memakai bantuan peralatan teknologi canggih seperti EEG atau fMRI

Maka pernyataan "pikiran-jiwa adalah produk otak" sebenarnya hanya bersifat teoritis dan bukan rumusan berdasar hasil pengamatan empiris.Karena bagaimana otak "memproduk pikiran" itu bukan suatu yang dapat diamati secara empiris lalu dijelaskan secara hukum fisika sebagaimana sains biasa menjelaskan gerak dari obyek material berdasar hukum fisika atau kimiawi.

Berpikir bukan gerak material yang dapat diamati ! Bahkan mencoba mengamati gerak pikiran (berpikir) melalui pengamatan atas mekanisme system saraf nyapun cuma menghasilkan hipotesa hipotesa-bukan rumusan empiris berdasar pengamatan empiris

Lalu bagaimana cara mengetahui isi pikiran (jiwa) seseorang bila tidak bisa diamati melalui element fisiknya ?

Tentu harus memakai metode lain yang bukan metode empiris.Maka ilmu psikologi itu dalam menganalisa persoalan kejiwaan memakai metode kesadaran.Dengan metode kesadaran kita dapat memahami isi jiwa atau pikiran seseorang.Kita menangkap isi jiwa atau pikiran seseorang itu bukan secara inderawi-empiris-bukan dengan alat teknologi tapi dengan kesadaran pikiran kita sendiri.Artinya pikiran hanya bisa ditangkap dengan pikiran,perasaan dengan perasaan.Kita bisa menangkap perasaan seseorang karena kita punya perasaan-bukan semata karena memiliki indera

Apakah pikiran atau jiwa seseorang dapat diamati full-seutuhnya melalui gerak fisiknya atau mimik muka nya ? Sebagian bisa tapi itu tidaklah mutlak.Karena gerak fisik atau mimik muka tidak selalu mencerminkan isi pikiran atau jiwa seseorang.Gestur tubuh-mimik wajah tidak selalu mencerminkan isi pikiran

Ingat,manusia itu makhluk yang bisa mengelola pikirannya dan itu berbeda dengan binatang.Manusia bisa berpura pura untuk bisa menyembunyikan isi pikiran atau perasaannya.Para aktor saat bermain film tidaklah sedang menunjukkan isi pikiran atau karakter yang sesungguhnya melainkan sedang berpura pura,Tapi tak ada satupun alat teknologi yang bisa mendeteksi apakah seseorang sedang berpura pura atau tidak,tidak juga alat semacam lie detector

Maka bila saat ini ada trend baru seolah semua fenomena jiwa adalah produk unsur syaraf dan bisa dijelaskan secara sains itumah cuma teoritis yang mencoba menjelaskan manusia berdasar cara pandang materialistik. Materialist beranggapan bahwa manusia adalah entktas yang dibentuk full oleh substansi materi,maka ia harus dijelaskan full secara materi.

Tapi faktanya tak ada disiplin keilmuan yang bisa menjelaskan manusia full secara penjelasan materialist.Ilmu fisika-kimia-biologi biasa digunakan untuk menjelaskan obyek fisik-materi termasuk yang terjadi dalam tubuh manusia,tapi ilmu fisika-kimia tak bisa
 digunakan secara seutuhnya untuk menjelaskan persoalan psikologi manusia

Jadi ilmu jiwa yang benar bukanlah yang mencoba mengamati manusia melalui element fisiknya termasuk fungsi neuron nya.Mencoba mengamati isi jiwa semata dengan mengamati infrastruktur fisiknya termasuk neuron nya tentu saja konsep yang keliru,karena pikiran apa yang berlalu lalang melintasi milyaran neuron toh pengamat tidak akan bisa mengetahuinya

Bila kita mencoba menjelaskan segala suatu di alam semesta ini full secara penjelasan material paling akan mentok pada penjelasan kuantum.Penjelasan kuantum pun tidak akan memberi rumusan-simpulan atau deskripsi yang serba pasti dan terukur,paling mengungkap ketakpastian demi ketakpastian

Nah bila penjelasan material sudah mentok di ketakpastian kuantum maka itu artinya secara logika wajar kalau manusia meloncat ke penjelasan non fisik-non materi atau penjelasan metafisik termasuk penjelasan agama untuk mencari kepastian secara metafisik

Coba kita menjelaskan fenomena jiwa full pake penjelasan kuantum bisa tidak ?

Dengan memakai mikroskop elektron katakanlah seluruh partikel elementer yang ada pada fisik manusia dapat teramati tapi itupun ujungnya hanya menemukan ketakpastian karena pikirannya tidak bisa diamati mikroskop.Kalau gerak pikiran bisa diamati mikroskop elektron maka ilmu psikologi bisa tamat.Sekaligus bukti bahwa mikroskop elektron hanya sebatas menangkap obyek fisik-materi walau itu level mikroskopis

Apa sih yang mengendalikan kendaraan yang berlalu lalang dijalan ? Tentu bukan mesin,bukan tangan dan kaki bahkan bukan tenaga manusia tapi PIKIRAN manusia,pikiran itulah causa prima pengendali kendaraan.

Maka penelusuran kita dalam memahami yang mengendalikan materi alam pun idealnya  harus sampai ke causa prima nya yang terdalam.Dan causa prima alam pasti bukan energi karena energi tidak memiliki kesadaran berpikir

Mengapa ada persoalan metafisika yang diakomodasi oleh filsafat serta agama ?
Itu karena ada element dalam diri manusia yang bukan materi ! Kalau manusia full hanya materi maka pikiran mereka tidak akan memikirkan hal hal yang metafisik melainkan sepenuhnya akan mengikuti hukum fisika-kimiawi-biologis. Manusia memikirkan hal hal metafisik karena dalam dirinya ada element non materi-ruhani

Pun ketika jaringan neuron itu di zoom dengan mikroskop elektron yang akan kita lihat mungkin adalah partikel partikel elementer nya tapi tidak akan kita lihat partikel elementer yang misal sedang memproduk pikiran tertentu.Maka hingga ke level kuantum pun manusia tetap tak bisa dijelaskan secara materi atau menganggap jiwa produk materi

Maka kalau ada yang bertanya siapa dirimu ?

Anda tidak akan mengatakan aku adalah tubuhku atau yang wajahnya anda lihat tapi aku adalah jiwaku tempat segala hasrat dan keinginanku berada sebagai identitasku yang terdalam,Aku sesungguhnya yang bukan hanya tubuh dan bukan materi karena seluruh ilmu material yang telah di kuasai manusia bahkan hingga ke level kuantum tidak bisa menjelaskan siapa aku yang sesungguhnya.

Siapa aku yang sesungguhnya tak bisa dijelaskan oleh ilmu fisika,kimia,biologi, neurosains,ilmu saraf tapi hanya bisa dijelaskan secara terpisah oleh bentuk ilmu yang bukan material dan itu menunjukkan bahwa jiwa bukan entitas materi atau produk materi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun