Maka pernyataan "pikiran-jiwa adalah produk otak" sebenarnya hanya bersifat teoritis dan bukan rumusan berdasar hasil pengamatan empiris.Karena bagaimana otak "memproduk pikiran" itu bukan suatu yang dapat diamati secara empiris lalu dijelaskan secara hukum fisika sebagaimana sains biasa menjelaskan gerak dari obyek material berdasar hukum fisika atau kimiawi.
Berpikir bukan gerak material yang dapat diamati ! Bahkan mencoba mengamati gerak pikiran (berpikir) melalui pengamatan atas mekanisme system saraf nyapun cuma menghasilkan hipotesa hipotesa-bukan rumusan empiris berdasar pengamatan empiris
Lalu bagaimana cara mengetahui isi pikiran (jiwa) seseorang bila tidak bisa diamati melalui element fisiknya ?
Tentu harus memakai metode lain yang bukan metode empiris.Maka ilmu psikologi itu dalam menganalisa persoalan kejiwaan memakai metode kesadaran.Dengan metode kesadaran kita dapat memahami isi jiwa atau pikiran seseorang.Kita menangkap isi jiwa atau pikiran seseorang itu bukan secara inderawi-empiris-bukan dengan alat teknologi tapi dengan kesadaran pikiran kita sendiri.Artinya pikiran hanya bisa ditangkap dengan pikiran,perasaan dengan perasaan.Kita bisa menangkap perasaan seseorang karena kita punya perasaan-bukan semata karena memiliki indera
Apakah pikiran atau jiwa seseorang dapat diamati full-seutuhnya melalui gerak fisiknya atau mimik muka nya ? Sebagian bisa tapi itu tidaklah mutlak.Karena gerak fisik atau mimik muka tidak selalu mencerminkan isi pikiran atau jiwa seseorang.Gestur tubuh-mimik wajah tidak selalu mencerminkan isi pikiran
Ingat,manusia itu makhluk yang bisa mengelola pikirannya dan itu berbeda dengan binatang.Manusia bisa berpura pura untuk bisa menyembunyikan isi pikiran atau perasaannya.Para aktor saat bermain film tidaklah sedang menunjukkan isi pikiran atau karakter yang sesungguhnya melainkan sedang berpura pura,Tapi tak ada satupun alat teknologi yang bisa mendeteksi apakah seseorang sedang berpura pura atau tidak,tidak juga alat semacam lie detector
Maka bila saat ini ada trend baru seolah semua fenomena jiwa adalah produk unsur syaraf dan bisa dijelaskan secara sains itumah cuma teoritis yang mencoba menjelaskan manusia berdasar cara pandang materialistik. Materialist beranggapan bahwa manusia adalah entktas yang dibentuk full oleh substansi materi,maka ia harus dijelaskan full secara materi.
Tapi faktanya tak ada disiplin keilmuan yang bisa menjelaskan manusia full secara penjelasan materialist.Ilmu fisika-kimia-biologi biasa digunakan untuk menjelaskan obyek fisik-materi termasuk yang terjadi dalam tubuh manusia,tapi ilmu fisika-kimia tak bisa
 digunakan secara seutuhnya untuk menjelaskan persoalan psikologi manusia
Jadi ilmu jiwa yang benar bukanlah yang mencoba mengamati manusia melalui element fisiknya termasuk fungsi neuron nya.Mencoba mengamati isi jiwa semata dengan mengamati infrastruktur fisiknya termasuk neuron nya tentu saja konsep yang keliru,karena pikiran apa yang berlalu lalang melintasi milyaran neuron toh pengamat tidak akan bisa mengetahuinya
Bila kita mencoba menjelaskan segala suatu di alam semesta ini full secara penjelasan material paling akan mentok pada penjelasan kuantum.Penjelasan kuantum pun tidak akan memberi rumusan-simpulan atau deskripsi yang serba pasti dan terukur,paling mengungkap ketakpastian demi ketakpastian
Nah bila penjelasan material sudah mentok di ketakpastian kuantum maka itu artinya secara logika wajar kalau manusia meloncat ke penjelasan non fisik-non materi atau penjelasan metafisik termasuk penjelasan agama untuk mencari kepastian secara metafisik