Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mendalami Substansi Perdebatan MN dengan GG

20 Oktober 2024   21:29 Diperbarui: 20 Oktober 2024   21:58 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti kita tahu salah satu fungsi ilmu adalah alat rekonstruksi segala macam persoalan,tapi ilmu yang digunakan untuk merekonstruksi persoalan tertentu itu harus yang tepat-sesuai dengan obyek-harus pada tempatnya-mesti kompatibel

Contoh,ketika kita ingin rekonstruksi beragam persoalan yang ada dalam sains semisal perbedaan antara teori dengan fakta dan hukum,perbedaan antara energi dengan materi,perbedaan antara hukum Newton dengan hukum relatifitas serta mekanika kuantum,maka untuk menyelesaikannya orang menggunakan metode ilmiah yang tepat yang biasa digunakan dalam sains-ilmu fisika.

Dan tak bisa misal rekonstruksi ilmu ilmu fisika-material dengan menggunakan konsep ilmu yang biasa digunakan untuk merekonstruksi persoalan metafisika semisal konsep ilmu logika murni atau ilmu hikmat (dalam agama).Dalam dunia ilmu fisika-materi konsep baku yang digunakan adalah metode empiris karena visi misi yang diemban adalah mencari kebenaran empirik

Beda dengan dalam agama,visi misinya bukan semata mencari kebenaran empiris tapi utamanya adalah kebenaran metafisis.Jadi alat rekonstruksinya tak bisa semata melulu secara tunggal harus menggunakan metode ilmu fisika

Ilmu pengetahuan itu memiliki beragam bentuk dan ilmu tertentu  mendeskripsikan atau mengelola obyek tertentu.Tak bisa satu model ilmu atau metode keilmuan tertentu digeneralisir harus digunakan sama untuk keseluruhan obyek-persoalan,itu sudah mindset yang keliru

Maka memaksakan satu model atau metode keilmuan fisika untuk digunakan merekonstruksi atau mengelola persoalan persoalan metafisika semisal persoalan akidah itu sudah menunjukkan ketidak fahaman dalam teknis-cara memahami agama secara ilmiah-sesuai prinsip ilmu pengetahuan

Jadi intinya,sebelum perdebatan MN dan GG dimulai mestinya orang faham dulu dari dasar apa itu ilmu pengetahuan dalam artian menyeluruh.Bahwa karena obyek ilmu itu multi dimensi,Intinya ada yang bersifat fisik dan metafisik,maka konsekuensinya akan ada ilmu fisika dan metafisika,lalu akan ada metode ilmu fisika dan metode ilmu metafisika.

Dan karena makna "ilmiah" berasal dari akar kata "ilmu" maka jangan canggung menggunakan istilah tsb secara holistik dan fleksibel di dunia fisika maupun metafisika.Jangan secara kaku hanya memparalelkannya dengan ilmu serta metode ilmu fisika

Maka orang mengenal metode empiris sebagai metode baku ilmu fisika dan metode rasional sebagai salah satu metode yang umum gunakan dalam menggumuli persoalan metafisika

Maka clas,pertentangan,konsleting termasuk diantara sesama orang beragama akan terjadi ketika satu fihak mewacanakan menggunakan konsep-cara pandang-metode ilmu fisika untuk digunakan merekonstruksi persoalan agama apalagi yang inti semisal akidah

Padahal yang namanya akidah itu jalan untuk menggapainya kalau secara individu itu beragam-bisa melalui beragam cara atau pengalaman yang berbeda tapi secara konsep keilmuan itu dalam agama. Ada yang namanya ilmu akidah yang untuk membangunanya tentu tidak melulu berdasar input inderawi tapi fungsi akal budi (dan otoritas akal) juga mesti di optimalkan disamping bimbingan melalui wahyu apa yang tidak bisa digapai oleh indera maupun akal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun