Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengapa Positivisme "Barat" Salah dalam Pandangan Agama

14 September 2024   17:19 Diperbarui: 14 September 2024   17:28 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka fokus-orientasi ke salah satu aspek-dimensi seperti karakter ilmiah barat bukan suatu yang dapat dibenarkan menurut konsep Ilahiah karena itu akan menyebabkan kebutaan terhadap aspek metafisika dalam arti aspek metafisika akan dipandang gelap secara ilmu pengetahuan

Dan efek lebih jauh adalah orang akan buta agama secara ilmu pengetahuan, Dalam arti agama akan dianggap hanya sekedar kepercayaan yang bukan berdasar ilmu.Padahal telah ditegaskan secara ekplisit serta implisit bahwa agama wahyu ditegakkan berdasar ilmu Ilahiah yang dapat difahami manusia apabila manusia mau mendalaminya

Secara prinsipiil manusia bisa memahami agama secara ilmu pengetahuan apabila faham bahwa dunia fisika serta metafisika adalah suatu kesatuan yang saling menerangkan satu sama lain dan tidak berdiri sendiri sendiri

Bagaimana memahami dunia fisika dan metafisika secara menyatu padu ? Tentu saja itu ada jalannya,Ada ilmu nya,Ada metode nya,Ada tangga demi tangga ilmu pengetahuan yang terstruktur yang dapat manusia pelajari.Dan saya siap menyusunnya secara terstruktur walau itu memerlukan tulisan yang sangat panjang

Intinya dalam mendalami metafisika itu beda prinsip ilmiah dengan cara mendalami ilmu di dunia fisika,Kalau di dunia fisika yang namanya dunia inderawi menjadi alatnya yang utama maka di dunia metafisika termasuk agama yang namanya dunia indera hanya sekedar alat bantu dan posisi akal budi akan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan akan memiliki otoritas tersendiri yang otonom dari keberadaan dunia indera

Ini berbeda dengan posisi akal dalam sains positivism dimana disana akal tidak memiliki otoritas yang otonom dari indera untuk menentukan kebenaran.Maka dalam sains positivism kedudukan akal adalah alat bantu bagi indera karena dalam sains positivism yang dicari adalah kebenaran empiris beda dengan dalam metafisika dimana orang lebih fokus mencari bentuk kebenaran yang dapat difahami akal dan bukan yang dapat dilihat mata atau ditangkap indera

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun