KEKUATAN DAN KELEMAHAN POSITIVISME "BARAT"
Sejak era Francis bacon-John locke-David hume - Immanuel Kant-Auguste comte hingga para filsuf aliran Wina sangat kelihatan bahwa makin kedepan perhatian manusia terhadap ilmu pengetahuan makin lebih tertuju kepada dunia fisik-obyek atau fenomena yang nampak secara inderawi-yang dapat di observasi peralatan inderawi.Bahkan kalau ditarik lebih jauh ke belakang mungkin bisa sejak Aristoteles yang mengkritisi cara berpikir Plato yang orientasinya nampak lebih keluar dari dunia fisik
Maka definisi pengertian-makna ilmu pengetahuan yang dalam era Yunani  hingga kaum muslim sama sekali tidak berkarakter materialist oleh peradaban ilmiah barat makin digiring kearah prinsip empirisme-positivisme dan artinya makin berkarakter materialistik (fokus ke satu arah ; dimensi fisik-materi).
Secara "kebetulan" ini selaras dengan nubuat para nabi bahwa akhir zaman akan dikuasai cara pandang "mata satu" (fokus ke dunia nampak) dimana mereka memiliki kekuatan menjungkirbalikkan kebenaran yang semula di konsepsikan oleh cara pandang metafisis (seperti agama)
Kenyataan bahwa di zaman ini deskripsi deskripsi agama wahyu yang oleh penganutnya telah di fahami sebagai "kebenaran" oleh sebagian fihak sering dijungkir balikkan sebagai bukan kebenaran dengan mengatas namakan ilmu pengetahuan-sains dan agama dianggap hal yang berlawanan dengan ilmu pengetahuan.Inilah efek paling radikal yang diakibatkan prinsip ilmu pengetahuan ditarik ke kutub positivism bagi agama khususnya
Maka makna "ilmiah" saat ini mengikuti world view ilmu pengetahuan versi "barat" dan terbentuk sebagai kacamata cara pandang dalam benak para "pengikut setia nya" yang dibina dalam akademi akademi yang menerapkan prinsip ilmiah seperti itu
Sebagai perbandingan ; dalam era Yunani hingga ke era kaum muslim tidak ada pemilahan antara fisika dan metafisika semua dibahas total sebagai sama sama ilmu pengetahuan.Setelah episentrum ilmu pengetahuan perlahan beralih ke dunia barat dan makin eksklusif lebih mengekploitasi fenomena fisik-materi maka dimensi metafisika makin ditinggalkan dan tidak lagi dianggap konsep ilmu melainkan hanya dianggap wacana.
Bahkan saat ini atas nama sains banyak yang memproklamirkan "kematian filsafat-metafisika".
Itulah sejarah panjang terbentuknya worldview ilmiah versi barat.Yang dalam pandangan kaum metafisikus adalah sebuah "tragedy akhir zaman".
Bagaimana dengan dunia timur ? Ada yang mengikuti tanpa daya dan tanpa kritis tapi ada yang memberontak (seperti saya).Hadirnya agama wahyu di dunia timur hingga saat ini telah menjadi benteng yang kokoh dari ekpansi ilmiah materialistik dan menjadi inspirasi melawan cara pandang ilmiah yang berkarakter materialistik
Maka Jadilah ilmu pengetahuan seperti worldview saat ini yang dikuasai barat, ilmu = ilmu dunia fisik-materi,karena hanya ilmu dunia fisik-materi yang dasarnya bisa prinsip empirisme.Dewasa ini istilah "ilmiah" (berdasar ilmu) bagi sebagian orang seperti identik-paralel dengan obyek fisik-materi yang dapat dibuktikan secara empirik,metafisika dianggap bukan ilmiah (inilah hasil revolusi ilmu pengetahuan di "barat")
Metafisika tentu saja tidak bisa berdasar prinsip empirisme karena tujuan metafisika bukan sekedar mencari kebenaran empirik.Bagi metafisika apapun hal atau obyek yang sifatnya empiris hanyalah kulit luar untuk digali secara lebih dalam makna-pengertian nya.Dalam pandangan metafisikus sejati kebenaran sejati itu bukan pada yang nampak-empirik tapi pada sesuatu yang abstrak-metafisik dibalik yang fisik-empirik
Tapi prinsip ilmiah barat itu bisa berbalik jadi boomerang bagi dunia barat sendiri. Ketika saat ini peradaban ilmiah barat yang empiris-materialist-positivist misal ingin ikut bicara hal non fisik- metafisis seperti soal ketuhanan-soal kejiwaan-soal mistis dlsb. mereka tak bisa lagi leluasa mengatas namakan sains.Ketika revolusi sains menetapkan prinsip empirisme sebagai dasar ilmu sebenarnya secara otomatis telah membatasi wilayah jelajahnya sendiri
Maka bila saat ini ada yang berperilaku menghakimi persoalan perdoalan metafisika dengan masih mengatas namakan sains itu aneh karena bertentangan dengan prinsip empirisme yang telah mengikat dan membatasi sains untuk tidak bisa melangkah lebih jauh ke dunia metafisika apalagi sampai menghakimi persoalan metafisik seperti persoalan agama
Pada akhirnya dengan tegaknya revolusi positivisme disisi lain barat harus mengakui terlalu banyak hal yang diluar ranah sains yang mereka tak bisa ikut campur karena telah membatasi diri baik secara prinsip maupun metodologi
Jadi kalau saat ini ada fihak yang klaim atau ingin mengelola secara lebih dalam persoalan psikologi, mistis, ketuhanan,metafisika atas nama sains maka itu harus dicurigai pseudosains, mengapa ? Ya karena prinsip ilmiah barat telah membatasi diri dengan prinsip dan metodologi yang dengan prinsip dan metodologi tsb mereka tak bisa lagi leluasa ikut bicara hal hal yang non empirik seperti soal kejiwaan, ketuhanan,hal mistis dlsb.
Jadi dicanangkannya revolusi empirisme-positivisme sebagai dasar ilmu pengetahuan barat itu bagi mereka menjadi kekuatan sekaligus kelemahannya sendiri.Kelemahannya adalah tidak bisa ikut mengelola persoalan diluar sains semisal metafisika dengan masih mengatas namakan sains
.........
MENGAPA POSITIVISM BARAT DIPANDANG SALAH OLEH AGAMA WAHYU ?
Karena agama wahyu memiliki prinsip ilmu pengetahuan yang berbeda dengan yang dianut budaya ilmiah barat saat ini
Dalam pandangan Tuhan ilmu pengetahuan adalah konsep yang harus menjelaskan keseluruhan baik fisik maupun metafisik dan artinya semua aspek baik fisik maupun metafisik harus didalami sehingga kedua dimensi tersebut harus difahami secara menyatu padu
Maka fokus-orientasi ke salah satu aspek-dimensi seperti karakter ilmiah barat bukan suatu yang dapat dibenarkan menurut konsep Ilahiah karena itu akan menyebabkan kebutaan terhadap aspek metafisika dalam arti aspek metafisika akan dipandang gelap secara ilmu pengetahuan
Dan efek lebih jauh adalah orang akan buta agama secara ilmu pengetahuan, Dalam arti agama akan dianggap hanya sekedar kepercayaan yang bukan berdasar ilmu.Padahal telah ditegaskan secara ekplisit serta implisit bahwa agama wahyu ditegakkan berdasar ilmu Ilahiah yang dapat difahami manusia apabila manusia mau mendalaminya
Secara prinsipiil manusia bisa memahami agama secara ilmu pengetahuan apabila faham bahwa dunia fisika serta metafisika adalah suatu kesatuan yang saling menerangkan satu sama lain dan tidak berdiri sendiri sendiri
Bagaimana memahami dunia fisika dan metafisika secara menyatu padu ? Tentu saja itu ada jalannya,Ada ilmu nya,Ada metode nya,Ada tangga demi tangga ilmu pengetahuan yang terstruktur yang dapat manusia pelajari.Dan saya siap menyusunnya secara terstruktur walau itu memerlukan tulisan yang sangat panjang
Intinya dalam mendalami metafisika itu beda prinsip ilmiah dengan cara mendalami ilmu di dunia fisika,Kalau di dunia fisika yang namanya dunia inderawi menjadi alatnya yang utama maka di dunia metafisika termasuk agama yang namanya dunia indera hanya sekedar alat bantu dan posisi akal budi akan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan akan memiliki otoritas tersendiri yang otonom dari keberadaan dunia indera
Ini berbeda dengan posisi akal dalam sains positivism dimana disana akal tidak memiliki otoritas yang otonom dari indera untuk menentukan kebenaran.Maka dalam sains positivism kedudukan akal adalah alat bantu bagi indera karena dalam sains positivism yang dicari adalah kebenaran empiris beda dengan dalam metafisika dimana orang lebih fokus mencari bentuk kebenaran yang dapat difahami akal dan bukan yang dapat dilihat mata atau ditangkap indera
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H