Bukankah untuk dapat memahami obyek metafisika orang perlu memakai alat (analoginya sama dengan teleskop) yang metode nya bukan dan tidak biasa digunakan dalam sains ? Terus bagaimana metafisika menurut orang yang mendalami pake alat dengan yang memandang metafisika tanpa menggunakan acuan alat metafisika ?
Jadi bila yang namanya obyek (dalam artian sebenarnya) itu adalah harus menurut yang menangkap dan memahaminya maka istilah "obyektif" pun harus menurut yang menangkap dan memahaminya.Maka percuma memaksakan istilah obyektif pada fihak yang tidak menangkap serta memahaminya.Bagi orang yang tidak menangkap serta tidak memahaminya sesuatu itu bisa merupakan hal subyektif
Sudah umum kalau Istilah "obyektif" sering dimaknai sebagai sesuatu yang bisa ditangkap serta difahami semua orang secara umum.Persoalannya adalah ; Bagaimana kalau tidak semua orang dapat melihat atau mengalami atau memahami obyeknya ?
Maka kalau harus kita kembalikan kepada substansi obyeknya-bukan kepada penangkapan manusianya,maka idealnya yang memahami obyektifitas dari sesuatu adalah hanya yang menangkap- merasakan-mendalami atau memahaminya dan bukan umum yang harus jadi acuan karena belum tentu semua orang mendalami sesuatu obyek tertentu
MARI KITA KEMBALI KE AKAR KATA YANG MENJADI DEFINISI DASAR
Persoalannya adalah ; Bagaimana kalau tidak semua orang melihat atau mengalami atau memahami obyeknya ?
Istilah "obyektif" atau "obyektifitas" akar katanya adalah "obyek"-sesuatu yang ditangkap oleh subyek,Nah persoalannya apakah obyek tersebut pasti bisa ditangkap oleh keseluruhan ? Bagaimana kalau yang bisa menangkapnya hanya sebagian ?
Bagi seseorang yang telah merasakan buah tertentu maka bagaimana rasa buah itu maka itu obyektif baginya tapi orang lain yang belum merasakan menganggap itu bukan obyektifitas karena mereka belum merasakan
Bagi seseorang yang menggunakan akalnya sesuatu itu obyektif dalam arti logika akalnya telah bisa memahami tapi bagi yang tidak menggunakan analisa akal ? Ya tetap akan dipandang "subyektif". Ilmu logika dalam filsafat misal bagi yang telah mendalami itu sesuatu yang obyektif dalam arti "sesuai dengan obyek akal sebagai alat berpikir yang cara berpikirnya sistematis".Tapi bagi yang cara berpikirnya melulu empiris ilmu logika saja dapat dikategori subyektif,terus filsafat atau metafisika itu dipandang hal subyektif karena bagi dia hal obyektif adalah hanya yang empiris
..............
Masih ada orang yang berpikir statis seolah kebenaran itu mesti obyektif dalam arti "bisa ditangkap dan difahami semua orang secara umim", bila tidak maka ia dikategori subyektif dan dipandang sebagai "bukan kebenaran" atau tidak berkaitan dengan kebenaran