Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sejarah, Menurut Pelaku, dan Pihak Luar yang Menilai

24 Agustus 2024   18:38 Diperbarui: 27 Agustus 2024   07:20 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images ; Emerson Kent.com

SIAPA PEMILIK ASLI SEJARAH ?

Ilmu sejarah itu bukan ilmu tentang benda mati,Maka banyak instrument yang terkait didalamnya termasuk penilaian fihak luar yang bukan pelaku.Sejarah bisa sarat dengan "kacamata sudut pandang dan kepentingan".Satu peristiwa sejarah misal bisa memiliki banyak versi dan banyak penilai yang berbeda,semisal G 30 S di indonesia.Masing masing dinilai punya kepentingan yang tidak sama

Maka memahami sejarah secara benar itu harus memiliki ilmu atau filosofinya  terlebih dulu.Jangan sampai kita terperangkap menangkap sejarah yang sudah terdistorsi atau sudah dibelokkan oleh penilaian fihak yang ada diluar komunitas para pelaku

Kalau sejarah mau kita nilai secara murni maka kita harus melepaskan sejarah dari penilai penilai fihak luar dan mengembalikan sejarah pada para pelaku dan orang orang yang hidup bersama para pelaku !

Apalagi sejarah terkait eksistensi orang orang yang berkaitan dengan agama misal para nabi atau orang orang pembawa risalah agama maka mesti diwaspadai sangat rentan dicampuri fihak luar yang memiliki kepentingan ideologis yang bisa membelokkan realitas serta makna sejarah para pembawa risalah agama

................

Artinya,bila ditanya siapa pemilik sejati dari sejarah ? Tentu saja para pelakunya,dan orang orang disekitar pelaku yang tahu persis apa yang terjadi pada pelaku.Karena penilaian orang luar di luar pelaku itu bisa bermacam macam,Ada yang percaya dan ada yang tidak bahkan mungkin ada yang menganggapnya dongengan

Sejarah itu bukan hanya menyangkut pandangan atau pengetahuan umum dunia tapi peristiwa yang dialami oleh suatu komunitas sampai kepada yang di alami oleh tiap individu

Kita mulai dari diri pribadi ; misal bila sejarah saya pribadi,saya akan menulis sejarah saya acuannya bukan dengan standar penilaian orang lain bahkan umum atau dunia tapi apapun yang terjadi pada saya, mau orang lain faham atau tidak itu lain soal atau bahkan misal mau orang lain menilai gak masuk akal itupun tidak menjadi perhitungan.Saya akan menulis apapun yang terjadi dan saya alami atau orang orang disekitar sayapun kalau menulis tentang saya tentu harus yang saya alami.Maka kelak bila ada yang ingin tahu sejarah saya ya harus mengacu pada yang saya tulis atau yang ditulis oleh orang orang disekitar saya misal kekuarga  atau siapapun yang dekat dengan saya

Sejarah saya adalah yang saya alami dan bukan yang orang luar nilai atau beri penilaian !

...............

Nah kita naik ke level komunitas misal suku bangsa sunda.Nah sejarah sunda itu pemiliknya orang sunda dan para penulis sejarahnya tentu harus orang sunda atau yang tahu dari dekat kehidupan orang sunda.Maka orang luar kalau mau tahu sejarah asli sunda ya komunikasinya jangan ke fihak lain yang bukan komunitas orang sunda atau misal yang tempatnya berjauhan dari daerah sunda

Demikian pula dengan sejarah Indonesia,sejarah india,sejarah Jepang dll maka para penulisnya biasanya ada dalam komunitas mereka sendiri. Komunitasnya yang lebih tahu

Sejarah indonesia asli adalah milik bangsa Indonesia sendiri dan bukan mesti mengacu pada penilaian fihak luar karena penilaian fihak luar dapat mendistorsi sejarah aslinya

.......................

Nah sekarang sejarah para nabi dan pengikutnya banyak dinilai negatif oleh orang orang tertentu dari luar, dianggap tidak ada bukti peninggalan empiri atau dianggap dongengan.Mana yang harus kita jadikan acuan,sejarah para nabi menurut tulisan orang orang terdekatnya atau menurut penilaian fihak luar yang tidak hidup bersama mereka ?

Sejarah para nabi awal bangsa Israel seperti nabi Musa sering dinilai dongengan oleh fihak luar karena dianggap kekurangan bukti artefak, Pertanyaannya ;
Lalu itu tulisan para penulis kitab mau dianggap apa ?
Apakah para nabi dan pengikutnya dulu mesti mengumpulkan banyak benda sebagai peninggalan untuk generasi mendatang sebagai bukti mereka pernah ada ? Apakah tulisan tidak cukup mewakili ?

Kalau sejarah nabi Musa dianggap dongeng lalu mengapa misal sejarah Isa al masih tidak dianggap dongeng apa hanya karena ikut di tulis sejarawan Romawi ? (Mengapa cenderung lebih mempercayai catatan diluar komunitas para nabi ?)

Kalau Isa al masih tidak dianggap dongeng lalu mengapa moyangnya yang terdahulu dianggap dongengan padahal ada benang merah urutan nasab didalam catatan al kitab.Aneh kalau hilir nya dianggap nyata tapi hulunya dianggap dongengan.Itulah sejarah kalau mengikuti persfective penilai dari luar,mereka menilai berdasar kacamata cara pandangnya.Apalagi bila ideologi penilai ikut campur maka sejarah pasti ikut terdistorsi

Artinya,pada prinsipnya kalau kita mau tahu sejarah para nabi ya nanyanya atau komunikasinya jangan pada fihak luar yang tidak hidup bersama mereka,Apalagi misal pada fihak orang yang tidak beragama karena mereka bisa memberi pandangan yang dipengaruhi ideologi nya

Sejarah asli para nabi itu ya ada pada mereka sendiri dan orang orang yang hidup disekitar mereka.Lalu bila fihak luar misal menilai negatif maka itu tidak bisa membatalkan apa yang telah tertulis karena yang tertulis adalah kesaksian orang orang yang hidup bersama atau diseputar mereka

Dan salah misal mencari sejarah para nabi Israel pada catatan Mesir karena belum tentu para penulis sejarah Mesir merasa berkepentingan menulis sejarah Israel apalagi para nabinya apalagi bila misal mereka tidak punya sikap bersahabat

Maka sejarah Israel idealnya mencarinya harus ke komunitas bangsa Israel sendiri atau berkomunikasi dengan  bangsa Israel sendiri bukan ke fihak luar yang bisa memiliki penilaian berbeda

Jadi banyak hal yang ikut campur tangan dalam menilai sejarah ini termasuk penilaian penilaian fihak luar yang bisa menilai dengan penilaian lain yang bisa berbeda dengan peristiwa aslinya

Maka untuk menilai sejarah secara orisinil itu harus melepaskan sejarah dari penilaian penilaian fihak luar dan menempatkan sejarah pada pelakunya sendiri dan komunitas sekitar pelaku

Penilaian penilaian fihak luar itu bisa mendistorsi sejarah,Apalagi bila penilaian itu dilakukan misal orang orang tak beragama pada sejarah komunitas orang beragama semisal para nabi dan para pengikutnya

Alasan yang dibuat fihak luar dalam menilai bisa bermacam macam,mulai dianggap tak ada bukti empirik atau bukti arkeologis.Kalaupun ada temuan bukti arkeologis lalu nimbrung memberi penjelasan lain yang berbeda dan penjelasan dari fihak pemilik sejarah tak diterima.Terus yang kita permasalahkan ; Itu bukti sejarah berupa warisan tulisan mau dianggap apa ? Justru tulisan itulah sejarah yang paling orisinil karena dibuat oleh komunitas sekitar para pelaku-bukan oleh fihak luar

Soal bukti fisik peninggalan sejarah maka yang namanya bukti empirik atau artefak atau bukti arkeologis itu kalaupun ada itu sangat terbatas dan bisa tergerus oleh zaman.Tapi bisa pula ada yang memiliki bukti arkeologis melimpah semisal kerajaan Mesir dulu bukti arkeologisnya melimpah karena negaranya stabil dan dokumentasi dilakukan serta di dukung oleh negara

Kalau para nabi Israel zaman dulu mereka hanya mengandalkan para penulis.Nabi Musa misal dan para pengikutnya mereka diluar institusi negara,siapa yang misal mengumpulkan benda benda sekitar mereka yang kelak jadi benda bersejarah ? Para nabi Israel banyak yang berkelana dari satu tempat ke tempat berbeda maka wajar sulit manusia saat ini menemukan misal bukti artefak se komplit kerajaan Mesir.Dan kalaupun ada bukti artefak di negara Israel karena negara Israel sering dijarah alias tidak stabil maka peninggalan historisnya sering terganggu

Maka satu satunya cara memahami sejarah Israel dan para nabinya adalah kembali ke tulisan orang orang dekat mereka-bukan penilaian fihak luar yang tidak hidup bersama mereka apalagi misal bila tidak bertuhan alias ateis maka pengaruh ideologis bisa ikut berperan dalam penilaian

Sejarah itu milik para pelakunya ! Maka waspada jangan melihat sejarah melulu berdasar persfective para penilai yang ada di luar komunitas para pelaku karena mereka bisa melihat dan menilai dengan kacamata yang berbeda sesuai kepentingannya

Mungkin ada yang berpikir kritis bahwa tulisan sejarah mesti di paralelkan dengan temuan bukti pendukung yang bersifat fisik atau informasi pendukung dari komunitas diluar pelaku pada masanya.Tapi yang musti diingat adalah bukti pendukung yang bersifat fisik itu terbatas untuk ditemukan apalagi di zaman sekarang demikian pula informasi pendukung dari fihak diluar komunitas para penulis karena belum tentu mereka memiliki kepentingan yang sama

..........................................

Artikel ke 2 ;

SEJARAH, MENURUT PELAKU-PEMILIK ATAU FIHAK LUAR YANG MENILAI (?)

ANALOGI ;
Misal saya menulis sejarah saya pribadi secara komplit perihal semua apa yang telah saya alami dalam kehidupan,dan orang orang disekitar saya pun ikut menulis sejarah tentang saya.Jadilah buku sejarah tentang saya yang ditulis oleh saya dan orang orang yang mengenal saya

Nah zaman berlalu,ribuan tahun setelah saya mati orang orang menemukan catatan sejarah saya.Kemudian mereka meneliti catatan saya tersebut apakah layak masuk kategori sejarah atau tidak ? Mereka menilai tentu memakai formula penelitian atas obyek sejarah berdasar metode ilmiah yang telah disusun secara formal dalam dunia sains ,semisal harus ada bukti eksternal serta internal dlsb dlsb sarat yang ditetapkan oleh komunitas ilmuwan sejarah

Intinya mereka tidak menilai cuma dari isi tulisan yang saya tulis tapi mesti berdasar bukti temuan aktual yang ditemukan saat para peneliti melakukan observasi yang dianggap mendukung isi tulisan

Nah persoalan mendasarnya; bagaimana kalau bukti temuan tentang sejarah saya atau bukti pendukung dianggap tidak ada atau kurang memadai dan lalu saya dianggap bukan kategori sejarah ? Lebih apes dianggap dongeng atau mitos ?

Bagi keturunan saya yang dari generasi ke generasi tanpa terputus selalu menceritakan riwayat hidup saya sesuai yang tertulis dalam sejarah saya tentu saja saya adalah sejarah.Walau andai misal tidak diterima dunia,walau andai misal dianggap mitos itu tidak merubah posisi saya sebagai bagian dari sejarah leluhur mereka

Mungkin para sejarahwan menggunakan teori tertentu semisal bahwa bila benar saya ada seperti yang tertulis dalam buku sejarah saya maka mesti ada juga fihak lain yang menulis tentang saya.Tapi masalahnya ; Siapa yang mengharuskan fihak lain yang tak berkepentingan juga harus menulis tentang saya ? Apakah misal musuh saya harus menulis tentang saya ? Bagaimana kalau itu "tidak menyenangkan" bagi mereka ?

...........

Itulah dilema sekaligus "tragedy sejarah" adalah bila sejarah mesti mutlak ditentukan oleh formula ilmiah sains dan tulisan sudah tidak dianggap lagi benang merah atau intisari sejarah bila tidak ada bukti pendukung yang bersifat fisik atau fihak lain yang ikut menuliskan

Masalahnya ; Apakah bukti pendukung yang bersifat empiris perihal masa silam pasti selalu bisa ditemukan saat ini ? Bagaimana kalau jejak jejak fisiknya sudah banyak tergerus zaman ? Kemudian kalau pun ditemukan misal obyek atau materi yang dipandang berkaitan maka yang terjadi adalah perdebatan berjepanjangan ... ribet

ISRAEL

Sejarah Israel dengan para nabi nya bagì bangsa Israel tentu saja sejarah moyang mereka,Tak ada yang misal menganggapnya dongeng tentang moyang mereka.Itu adalah suatu yang secara turun temurun dikomunikasikan dari generasi ke generasi berikutnya sampai ke generasi saat ini dan ajaran nenek moyangnya di praktekkan secara ritual hingga saat ini 2024

Dan tragedy misal kalau sejarah mereka dianggap mitos atau dongeng hanya karena dianggap tidak ada atau kurang bukti pendukung yang bersifat fisik.Atau karena tidak ditemukan tetangga mereka menulis tentang mereka.Atau karena tidak ditemukan Mesir menulis tentang mereka (?) ..Terus apa kepentingan Mesir atau bangsa sekitar mereka menulis tentang Israel dan para nabinya ?

Tragedy pula misal kalau para nabi dan pengikutnya mesti mengumpulkan banyak bukti empiris pendukung semisal bukti artefak untuk warisan generasi yang akan datang agar mereka dipercaya pernah eksist di dunia

Terus apa artinya suatu warisan tulisan dan tulisan yang mewakili sejarah Israel ?
Karena dalam tulisan sejarah Israel itu pun ada informasi silsilah nasab dari generasi saat ini hingga ke generasi moyangnya. Irrasional kalau generasi saat ini yang ada di dunia nyata bernasab kepada atau berasal dari sesuatu yang dongengan.Tapi apakah logika nasab ini masuk hitungan menurut formula ilmiah sains ?

Saya tak pernah menyalahkan metodologi sains dalam menyelidiki obyek sejarah bila itu di praktekkan secara adil juga terhadap semua obyek sejarah bangsa bangsa lain tidak hanya kepada Israel dengan para nabinya

Masalahnya ; Bagaimana cara kita menyikapi persoalan sejarah ; Apakah mutlak melulu menunggu verifikasi sains ?

Apakah sains sanggup mengungkap secara total-utuh keseluruhan sejarah masa silam dengan mengutak atik serta mengumpulkan bukti yang masih ada saat ini ? Bagaimana kalau tidak bisa komplit ? Berapa tahun lagi kita menemukan komplitnya ?

Terus yang namanya warisan tulisan dari masa silam yang ada di suatu komunitas tertentu harus kita perlakukan seperti apa ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun