Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sejarah, Menurut Pelaku, dan Pihak Luar yang Menilai

24 Agustus 2024   18:38 Diperbarui: 27 Agustus 2024   07:20 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images ; Emerson Kent.com

Dan salah misal mencari sejarah para nabi Israel pada catatan Mesir karena belum tentu para penulis sejarah Mesir merasa berkepentingan menulis sejarah Israel apalagi para nabinya apalagi bila misal mereka tidak punya sikap bersahabat

Maka sejarah Israel idealnya mencarinya harus ke komunitas bangsa Israel sendiri atau berkomunikasi dengan  bangsa Israel sendiri bukan ke fihak luar yang bisa memiliki penilaian berbeda

Jadi banyak hal yang ikut campur tangan dalam menilai sejarah ini termasuk penilaian penilaian fihak luar yang bisa menilai dengan penilaian lain yang bisa berbeda dengan peristiwa aslinya

Maka untuk menilai sejarah secara orisinil itu harus melepaskan sejarah dari penilaian penilaian fihak luar dan menempatkan sejarah pada pelakunya sendiri dan komunitas sekitar pelaku

Penilaian penilaian fihak luar itu bisa mendistorsi sejarah,Apalagi bila penilaian itu dilakukan misal orang orang tak beragama pada sejarah komunitas orang beragama semisal para nabi dan para pengikutnya

Alasan yang dibuat fihak luar dalam menilai bisa bermacam macam,mulai dianggap tak ada bukti empirik atau bukti arkeologis.Kalaupun ada temuan bukti arkeologis lalu nimbrung memberi penjelasan lain yang berbeda dan penjelasan dari fihak pemilik sejarah tak diterima.Terus yang kita permasalahkan ; Itu bukti sejarah berupa warisan tulisan mau dianggap apa ? Justru tulisan itulah sejarah yang paling orisinil karena dibuat oleh komunitas sekitar para pelaku-bukan oleh fihak luar

Soal bukti fisik peninggalan sejarah maka yang namanya bukti empirik atau artefak atau bukti arkeologis itu kalaupun ada itu sangat terbatas dan bisa tergerus oleh zaman.Tapi bisa pula ada yang memiliki bukti arkeologis melimpah semisal kerajaan Mesir dulu bukti arkeologisnya melimpah karena negaranya stabil dan dokumentasi dilakukan serta di dukung oleh negara

Kalau para nabi Israel zaman dulu mereka hanya mengandalkan para penulis.Nabi Musa misal dan para pengikutnya mereka diluar institusi negara,siapa yang misal mengumpulkan benda benda sekitar mereka yang kelak jadi benda bersejarah ? Para nabi Israel banyak yang berkelana dari satu tempat ke tempat berbeda maka wajar sulit manusia saat ini menemukan misal bukti artefak se komplit kerajaan Mesir.Dan kalaupun ada bukti artefak di negara Israel karena negara Israel sering dijarah alias tidak stabil maka peninggalan historisnya sering terganggu

Maka satu satunya cara memahami sejarah Israel dan para nabinya adalah kembali ke tulisan orang orang dekat mereka-bukan penilaian fihak luar yang tidak hidup bersama mereka apalagi misal bila tidak bertuhan alias ateis maka pengaruh ideologis bisa ikut berperan dalam penilaian

Sejarah itu milik para pelakunya ! Maka waspada jangan melihat sejarah melulu berdasar persfective para penilai yang ada di luar komunitas para pelaku karena mereka bisa melihat dan menilai dengan kacamata yang berbeda sesuai kepentingannya

Mungkin ada yang berpikir kritis bahwa tulisan sejarah mesti di paralelkan dengan temuan bukti pendukung yang bersifat fisik atau informasi pendukung dari komunitas diluar pelaku pada masanya.Tapi yang musti diingat adalah bukti pendukung yang bersifat fisik itu terbatas untuk ditemukan apalagi di zaman sekarang demikian pula informasi pendukung dari fihak diluar komunitas para penulis karena belum tentu mereka memiliki kepentingan yang sama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun