CARA ATEIS BIKIN FITNAH MEMPERTENTANGKAN AGAMA DENGAN AKAL
Agama jelas memuliakan akal,Dan mewajibkan manusia untuk menggunakannya,Itu tertera dalam kitab suci,Bahkan kemurkaan Tuhan untuk yang tak mau menggunakan akal.Wajar kalau dalam pengadilan akhirat manusia  ditanyai soal penggunaan akalnya, kasarnya ; Apakah dipakai atau tidak ?
Tapi agama pun realistis, tidak semua hal,persoalan, masalah bisa diselesaikan oleh akal atau cara berpikir logika manusiawi,maka sebab itu manusia diberi bimbingan melalui wahyu untuk menyelesaikan persoalan yang akal manusia (lewat sains maupun filsafat) sudah tidak bisa menyelesaikannya
Jadi ketika sudah saatnya menggunakan wahyu sebagai acuan,Apa harus terus mengacu pada akal ?
Tapi ateis punya trik membenturkan agama dengan akal,lalu mereka mencari cari keterangan agama yang seolah melarang manusia berpegang pada akal
Padahal yang dilarang berpegang pada akal itu pada saat manusia sudah berhadapan dengan persoalan yang sudah memerlukan wahyu untuk menjawabnya dan sudah tak bisa melalui akal
Contoh ; Apa yang akan terjadi sesudah mati maka wahyu yang menjelaskan.Tak bisa manusia dengan kemampuan akalnya yang se cerdas apapun bikin imajinasi sendiri
Contoh lain; Apa hakikat tujuan diciptakannya alan semesta dan se isinya maka itu sudah bukan urusan akal lagi untuk menjawabnya karena soal itu hanya bisa diberirahukan oleh Tuhan melalui wahyu
Dan banyak lagi persoalan fundamental yang bukan untuk dijawab akal via sains maupun filsafat.Dimana dalam hal-persoalan fundamental ini sains sebatas hanya bisa membuat hipotesa dan filsafat hanya  membuat spekulasi spekulasi tapi jawaban hakiki atau yang se benar benarnya hanya ada pada Tuhan via wahyu
Jadi agama mengajarkan ; Gunakan akal pada TEMPATNYA,Pada saat nya, tapi BUKAN UNTUK DIPERTUHANKAN dalam arti bukan segala suatu lantas harus selalu mengacu pada akal (akal jadi Tuhan).
Artinya, gunakan akal untuk menyelesaikan persoalan yang memang bagian akal untuk menyelesaikan tapi kalau sudah ranah wahyu untuk  menyelesaikannya maka manusia mesti tahu diri akan batas kemampuan akal nya