Demikian ketika seseorang mengalami koma atau mati suri misal,maka fikirannya dapat melayang kesana kemari-mengalami ini dan itu,dan hal itu terjadi karena fikiran dibawa oleh kesadaran ruh nya, sehingga ketika ia siuman dan kesadaran motorisnya pulih kembali maka ia dapat mengingat pengalaman abstrak ketika tengah koma atau mati suri itu
Demikian pula ketika seseorang dinyatakan meninggal dunia maka fikiran fikirannya akan ikut kedalam ruhnya dan bukan ikut mati bersama jasmaninya
Sehingga di alam kuburnya fikiran manusia masih tetap hidup karena ia hidup dalam ruh dan dapat mengingat seluruh memori ketika hidup di alam dunia termasuk mengingat dosa dan kesalahannya dan itulah yang lalu membuatnya tersiksa secara batiniah
Itu adalah penjelasan sang pencipta dalam kitab suci tentang siklus kehidupan manusia mulai dari dunia hingga menuju kehidupannya di akherat, bisa disebut juga sebagai grand design Tuhan atas manusia
Pandangan kaum materialist
Nah bagaimana dengan pandangan kaum materialist yang tidak percaya adanya ruh dalam diri manusia dan otomatis tidak percaya bahwa fikiran adalah instrument ruh atau suatu yang bersumber dari  dan hidup dalam ruh
Maka materialisme ilmiah berupaya memposisikan fikiran tidak sebagai element ruh tapi sebagai bagian dari jasmani alias sebagai 'materi' ini juga adalah konsekuensi atas penolakan mereka terhadap keberadaan ruh dibalik jasad
Dan menjadikan otak sebagai sumber asal fikiran dan dan satu satunya alat berfikir sehingga ketika manusia mati dan otakpun mati maka mati pula lah fikiran manusia-tak ada keabadian dalsm pandangan kaum materialist tentunya tapi ini tentu sekedar teori manusia bukan grand design Tuhan
Ada hal menggelitik yang dipertanyakan kaum beragama khususnya ketika materialist menyatakan bahwa fikiran adalah instrument jasmani sebagaimana misal sel sel tubuh halus lainnya.pertanyaannya adalah ; bila fikiran adalah bagan atau partikular atau instrument dari jasmani maka mungkin sebagaimana darah sebagai instrument jasmani  itu bisa di cuci oleh mesin medis maka apakah fikiran juga bisa dicuci oleh mesin medis agar menjadi bersih misal ?
Atau bila pergerakan sel sel tubuh dapat dipantau atau dideteksi oleh mesin tekhnologi medis maka apakah jalan fikiran manusia juga bisa diperlakukan serupa ?
Itu adalah pertanyaan pertanyaan yang tentunya menjadi beban bagi kaum materialist untuk bisa menjawabnya
Karena ketika materialist memposisikan realitas hanya satu dimensi sebagai 'materi' maka beragam fenomena termasuk fenomena ruhaniah seperti 'berfikir' mau tak mau harus dijelaskan dengan menggunakan metode dan terminologi materialistik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H