Lalu perasaan sedih karena ditinggal orang yang dikasihi itu juga dapat dikategorikan sebagai 'obyektif' karena memang dialami dan dirasakan secara sama oleh semua orang
Bayangkan kalau makna 'obyektif' itu melulu harus dimaknai sebagai suatu yang empiris maka hal hal yang berasal dari pengalaman pribadi manusia iru akan tidak bermakna secara keilmuan
Padahal istilah oyektif-subyektif itu seharusnya bukan digunakan untuk memilah suatu obyek-permasalahan ke dalam kategori ini benar -ini tidak benar atau ini ilmiah - ini tidak ilmiah tapi untuk membuat kategori antara bentuk kebenaran yang dapat difahami bersama secara langsung dan bentuk kebenaran lain yang masuk kedalam wilayah pribadi
Dan dengan penjelasan ini saya juga bermaksud hendak memposisikan pengalaman pribadi serta hal hal yang berasal dari wilayah pribadi terhormat dan memiliki nilai secara keilmuan. Karena di ranah keilmuan kaum materialist hal itu tertolak sama sekali
Dan sekali lagi yang ingin saya tekankan, bagan dari kebenaran menyeluruh itu akan menyelinap kedalam dunia pengalaman kita masing masing dan itu berharga serta bernilai secara keilmuan walau kaum materialist menolaknya dengan menggunakan istilah 'subyektif'.
Tapi kita tak perlu terprovokasi dengan pemaknaan istilah istilah keilmuan yang dilakukan kaum materialist.mereka misal, memposisikan hal hal metafisis sebagai suatu yang tidak bermakna secara ilmiah karena dipandang tidak memiliki obyektifitas yang oleh mereka diartikan secara sefihak sebagai 'empirik'
Dan sekali lagi ini memang bentuk lain dari pertarungan melawan kacamata sudut pandang materialist yang mana mereka membuat definisi definisi tersendiri dan tanpa sadar kita terjebak kedalam permainan kata serta pemaknaan yang mereka buat
Dan buktinya kata subyektif sering dijadikan pe nihil an-pelenyapan makna-pelenyapan nilai ilmiah dari yang namanya pengalaman pribadi sehingga seolah ia tak memiliki nilai ilmiah sama sekali padahal dalam dunia agama ia memegang peran yang sangat vital,karena hanya dalam wilayah pengalaman pribadi itulah essensi agama dapat difahami
Dan tanpa terasa kita dibawa terjebak dalam cara pandang materialisme ilmiah melalui polarisasi istilah obyektif-subyektif sehingga akibatnya kita menafikan sama sekali hal hal yang non empiris hanya karena dikategorikan 'subyektif'
Dan karena itu pernyataan 'itu subyektif ..' itu sebenarnya belum tentu menunjuk pada suatu yang tidak benar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H