Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Peta Pertarungan Theis dan Atheis di Wilayah Logika

13 November 2019   18:57 Diperbarui: 14 November 2019   04:36 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image : www.reddit.com

Tetapi sebagaimana kita tahu, termasuk bila mengamati perdebatan antara theis-atheis bahwasanya bagaimanapun harmonis-ideal-konstrukstifnya argument akal yang diberikan theis selalu ditolak mentah mentah oleh atheis dengan alasan berpijak pada obyek yang tak dapat dibuktikan langsung secara empirik.

Inti kesimpulannya,bagi atheis sesuatu dapat di rumuskan sebagai 'kebenaran' dan masuk wilayah ilmu pengetahuan hanya apabila berdasar bukti empirik langsung yang dapat di verifikasi,diluar itu semisal proposisi proposisi metafisis disebut hanya sebagai 'wacana' semata yang dianggap tidak membuktikan apapun selain sekedar konsep-ide-gagasan semata

Sedang bagi theis karena pemahaman mereka terhadap realitas bersifat menyeluruh-merangkum dunia fisik-non fisik maka pemahaman mereka terhadap konsep kebenaran serta ilmu pengetahuan pun lebih luas karena mereka tidak menyandarkannya pada bukti empirik langsung.mereka tidak memandang proposisi metafisik tertentu sebagai sekedar ide-gagasan atau omong kosong belaka tapi bisa dipandang sebagai suatu yang memiliki kedudukan yang bersifat hakiki atau kebenarannya dipandang bersifat hakiki

........

Lalu, di mana sebenarnya akal berdiri?

Kalau kita mengamati kitab suci agama Ilahi maka disitu jelas bahwa manusia didesain untuk menjadi makhluk yang harus menggunakan akal fikirannya, kedudukan akal dalam kitab suci sangat ditinggikan dan di muliakan bahkan dalam al hadits disebutkan bahwa 'tidak ada agama kecuali bagi yang berakal'.

Bagaimana mungkin atheis menuduh theis sebagai fihak yang tidak menggunakan logika-nalar (karena mempercayai hal gaib-metafisis ?)

Nah di sini harus dipahami bahwa penggunaan akal dalam agama itu bersifat universal-menyeluruh, untuk menelusur dunia fisik dan sekaligus dunia metafisik. beda dengan atheis materialist yang menggunakan nalar-akal sebatas di wilayah fisik-wilayah yang bisa dialami pengalaman inderawi.

Nah harus difahami bahwa dalam realitas universal-menyeluruh yang terdiri dari dua dimensi antara yang fisik-non fisik yang materi dan yang non materi yang lahiriah dan yang gaib maka akal itu berdiri di tengah tengah.sebab itu atheis materialist tak bisa mengklaim bahwa akal hanya boleh dan hanya bisa digunakan di dunia fisik dengan syarat mutlak bukti empirik karena dengan demikian mereka telah mengebiri SDM yang bernama akal sehingga tidak bisa menjelajah dunia metafisik

Penggunaan akal di dunia fisik-materi melahirkan misal ilmu teknologi dan itu mutlak berdasar bukti empirik yang full.sedang penggunaan akal di dunia metafisik kalau dalam ranah filsafat melahirkan misal hukum hukum logika, kategori kategori,  definisi, prinsip, proposisi dlsb.

Kalau dalam dunia agama melahirkan prinsip iman yang berdasar rasio misal iman terhadap keharusan adanya pengadilan akhirat, pemahaman terhadap keberadaan sang pendesain dibalik wujud terdesain, pemahaman terhadap Tuhan yang secara logika harus esa dan tentu banyak lagi deskripsi kitab suci yang untuk memahaminya mesti dengan jalan mengeksploitasi akal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun