Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bisakah Seseorang Menjadi Hakim atas Nama Nalar?

4 Februari 2019   18:45 Diperbarui: 4 Februari 2019   19:54 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi ... tetapi karena mesin seperti itu belum ada maka saya berpendapat; daripada tidak ada maka ya seadanya saja lah ada rocky gerung yang mungkin bisa ditempatkan pada posisi itu ? Boleh saja asal pertama; beliau jangan dikultuskan,artinya jangan dipandang bahwa fikiran fikirannya selalu benar dan rasional sebab suatu saat bisa saja terpeleset menjadi tidak berfikir rasional, namanya juga manusia. artinya bila suatu saat beliau salah ya salahkan, jangan sudah salah tapi harus dianggap benar karena dianggap 'setengah dewa'.apalagi penyakit akut masyarakat kita warisan era penjajah adalah kultus

Dan kedua harus diberi peringatan kalau sudah ditunggangi kepentingan tertentu, karena kepentingan akan bisa memiringkan derajat akal yang tadinya berdiri tegak dan ketiga harus menjaga emosi kemanusiaannya jangan terlalu larut oleh emosi atau terlalu dibawa bawa saat mengungkap fikiran fikiran rasionalnya,harus dingin seperti Febridiansyah dari KPK yang tingkat ketenangannya jauh diatas Rocky.sebab emosi juga bisa menjadi faktor yang ikut memiringkan nalar.

Kalau tidak sanggup dengan syarat syarat diatas? ya tinggal katakan saja sebab ini cuma sekedar eksperiment toh

Mengapa harus ada dan apa fungsi hakim nalar?

Karena dewasa ini nalar manusia banyak yang tertidur atau banyak yang ditidurkan secara sengaja oleh berbagai kepentingan, mungkiin termasuk kepentingan politik,ekonomi,budaya dlsb jadi perlu orang yang bisa dan berani menggebrak nalar nalar yang tertidur itu.

Jadi daripada tidak ada mesin yang sempurna untuk kepentingan itu,ya terimalah yang ada dengan segala kekurangannya tentu ....

......

Atau andaipun tak harus jadi hakim nalar dengan prasyarat super berat itu ya setidaknya cukup menjadi juru gedor nalar karena seperti sebuah kesebelasan yang perlu striker maka negeri ini pun perlu juru gedor nalar.dan untuk soal itu apa yang RG lakukan sudah membuahkan hasil.

Ada keriuh rendahan soal 'nalar', ini suatu awal yang positif biar orang orang pada introspeksi diri, termasuk tentu introspeksi nalar. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun