Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Perbedaan Antara Mengajak Berpikir dengan Mendoktrin?

9 Januari 2019   09:41 Diperbarui: 7 Juli 2021   19:09 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebab itu secara karakter beda pemikir (sejati) dengan pendoktrin adalah pemikir itu lebih suka mengajak orang untuk berpikir lebih suka membangunkan nurani serta akal sedang pendoktrin lebih kepada mengajak orang untuk taat-ikut-patuh-setia

Tetapi orang-orang yang menganggap bahwa agama adalah indoktrinasi serta cuci otak itu lebih karena mereka kurang memahami peran nurani serta akal dalam ranah agama atau tidak menggunakan peralatan berpikir terbaik itu untuk mendalaminya

Nah setelah anda paham definisi serta karakter perbedaan antara 'mengajak berpikir' dengan 'mendoktrin' maka tinggal diaplikasikan dalam kenyataan untuk membuat analisis apa saja yang cenderung bersifat mendoktrin dan apa yang lebih bersifat mengajak berpikir dan parameter 

untuk mengukurnya telah saya beritahu yaitu peralatan berpikir utama-terbaik yang Tuhan karuniakan kepada kita.dan utamanya aktifkan selalu nurani serta akal sehat untuk menghindari tanpa sadar jatuh pada bentuk indoktrinasi terselubung

......................

* makna 'mendoktrin' disini-dalam artikel ini adalah suatu karakter yang cenderung bersifat memaksa atau menekan atau 'menyihir' (agar turut-ikut-nunut-setia) dan bukan memakai makna formal sebagaimana definisi yang ada dalam kamus. Makna lebih jauh; 'memaksa atau menekan seseorang sehingga yang bersangkutan tidak memiliki kebebasan untuk berpikir jernih dengan nurani serta akal sehat nya'
......................

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun