Sebagian orang memandang agama sebagai indoktrinasi dogma-dogma atau suatu yang mengindoktrinasi manusia dengan dogma dogma dan 'dogma' artinya kurang lebih 'suatu yang tidak bisa di ilmiahkan atau tidak bisa di rekonstruksi dan dijelaskan secara ilmiah sehingga agama dimata sebagian orang lalu nampak paralel dengan istilah 'dogma' dan 'doktrin'. pertanyaannya tentu; benarkah demikian ?
Untuk menjawabnya maka bercermin serta bertanyalah pada peralatan berpikir utama yang kita miliki itu,bila peralatan berpikir kita itu tak bisa digunakan untuk menganalisis (semisal analisis benar-salah,baik-buruknya) -merekonstruksi-menghayati-mendalami-menghayati apa yang ada dalam suatu agama maka itu berarti agama yang bersangkutan itu lebih bersifat mendoktrin ketimbang mengajak berpikir
Baca juga : Doktrin Budaya Banyak Anak banyak Rezeki
Sedang yang saya ketahui dari kitab suci yang diturunkan melalui para nabi maka betapa dalam kitab suci itu justru aspek penggunaan hati nurani serta akal sangat ditekankan.Â
Dalam kitab suci ada perintah penggunaan hingga peringatan keras terhadap manusia yang tidak mau menggunakan nurani serta akal nya sehingga bahkan dinyatakan bahwa tanpa menggunakan peralatan terbaik yang manusia miliki itu maka agama Ilahiah mustahil bisa difahami.'tidakkah kamu berakal'? demikian contoh peringatan dalam kitab suci agama Ilahi
Sehingga 100 persen atau bahkan 1000 persen saya tak faham bila agama lantas oleh sebagian diparalelkan dengan indoktrinasi dan apalagi dengan 'cuci otak' sebab indoktrinasi (dalam artian 'memaksa') dan apalagi cuci otak itu bersifat menegasikan peran hati nurani dan akal dan lebih orientasi kepada misi agar orang orang yang di doktrin atau di cuci otak itu agar mau tunduk-nurut-ikut-setia
Kalau memakai logika maka,Tuhan yang menciptakan manusia dengan perangkat berpikir terbaik yang mereka miliki agar mereka bisa berpikir secara bebas-bersifat personal (dikendalikan oleh diri sendiri-bukan oleh fihak luar) yaitu ;
 akal-nurani yang mana dengan itu manusia lalu bisa mengenal mana benar-mana salah,mana baik-mana buruk sehingga ganjil apabila agama dianggap institusi yang mendoktrin atau bahkan mencuci otak yang sifatnya menegasikan penggunaan akal serta nurani
Pada waktu kita kecil agama memang di doktrinkan kepada kita sebagai pendidikan oleh orang tua kita tetapi sifatnya itu bukan pemaksaan agar diterima begitu saja sebagai kebenaran tetapi agar lambat laun kita berpikir. Artinya setelah dewasa dengan sendirinya orang akan berpikir perihal kebenaran apa yang didoktrinkan semasa kecilnya melalui pendidikan
Sebagai bahan perbandingan agar menjadi lebih jelas; apakah ideologi komunisme yang di doktrinkan kepada rakyatnya oleh pemerintahan tertentu itu didalamnya menekankan penggunaan hati nurani dan akal ? Atau apakah Hitler dalam pidato pidatonya yang membakar menggiring manusia agar menggunakan hati nurani serta akal sehat nya ?
Perlu diketahui bahwa dalam diri manusia ada unsur rasa perasaan nah rasa perasaan itu adalah unsur manusiawi yang terlemah dan karenanya mudah di indoktrinasi.dan mengapa itu bisa terjadi,karena ada latar belakang tersendiri yang bisa berbeda beda.Â