Mohon tunggu...
Uiwang Nur Thoriq
Uiwang Nur Thoriq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di IPB University

Suka mencari fakta tentang hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bercermin pada Keberhasilan Keluarga Blended

23 November 2022   23:15 Diperbarui: 23 November 2022   23:36 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

LZ dan AR sudah memikirkan cara untuk menyatukan kedua keluarga kecil mereka semenjak keduanya memutuskan untuk menikah. Mereka membuat keluarga barunya terasa nyaman dengan komunikasi, ketulusan, dan cinta sebagai pondasinya. Tidak mudah bagi mereka menyatukan anak-anak, mengingat setiap anak memiliki karakter, pola pikir, dan kemampuan adaptasi yang berbeda. 

LZ dan AR menjalin komunikasi yang baik dengan memberikan pemahaman kepada anak-anak secara perlahan tanpa ada unsur paksaan. Anak-anak mereka semakin lama semakin bisa menerima perbedaan, saling memahami, tolong menolong, dan bersikap toleran. Keluarga tersebut berjalan lancar dan mereka pun dikaruniai bayi laki-laki pertama mereka.

Komunikasi dan kebahagiaan

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa berkomunikasi. Komunikasi yang tidak benar menimbulkan hubungan yang tidak baik pula. Umumnya konsep dari komunikasi adalah membahas bagaimana sebuah hubungan itu dimulai dan bagaimana cara mempertahankannya agar tidak terjadi keretakan di dalamnya. 

Terkadang seseorang kesulitan dalam memulai berkomunikasi dengan orang lain, tetapi sangat mudah sekali merusak hubungan yang sudah berjalan dengan baik. Kita harus hati-hati dalam menggunakan lisan kita agar tidak menyesal dikemudian hari. Mungkin orang yang tersakiti dapat memaafkan, tetapi untuk melupakannya akan sulit dan membutuhkan waktu yang relatif lama.  

Kisah blended family di atas dilatarbelakangi oleh perceraian pada salah satu pihak yang kemudian berusaha untuk membangun kembali sebuah hubungan baru dengan penuh rintangan. 

Cara pandang yang dipengaruhi masa lalu tentu menimbulkan perbedaan yang memicu konflik saat berkomunikasi dan perlu disinkronkan untuk mencapai sebuah tujuan keluarga yang jelas. Termasuk dengan adanya kehadiran anak hasil dari dua pernikahan sebelumnya di tengah keluarga ketiga, yang pasti mengharuskan kedua individu dengan status biologis yang berbeda bekerjasama untuk mengasuh dan mengontrol anak hingga dewasa. 

Dalam mencapai semua itu keluarga perlu membangun sikap saling percaya, saling terbuka, dan saling mendukung sehingga hubungan yang dijalankan harmonis dan bahagia.

Komunikasi yang terbentuk baik di dalam keluarga akan menjadi ruang dan wadah untuk mempererat keakraban dalam keluarga tersebut. Keakraban dalam setiap anggota keluarga dapat meningkatkan kualitas kehidupan anggota keluarga yang nantinya akan mempertinggi tingkat kebahagiaan dalam keluarga. 

Pada kasus keluarga LZ dan AR, anak-anak dalam keluarga tersebut rentan merasa kurang bahagia saat awal terbentuknya keluarga yang baru. Anak dari LZ pasti merasa sedih karena kehilangan seorang sosok ayah dalam kehidupan mereka yang sudah sangat dekat dengan mereka. Anak dari AR juga pasti merasakan kesedihan, apalagi dia berpisah dengan ibunya karena kasus perceraian. Sebagai orang tua tentunya tidak mudah untuk menyatukan dua buah keluarga dengan permasalahan seperti ini.

Pada permasalahan seperti ini, komunikasi yang baik antara anak dengan orang tua dan kepedulian orang tua kepada anak sangat diperlukan untuk membentuk kesejahteraan emosional dan ketahanan psikologis dalam diri anak. Melalui terbentuknya dua hal tersebut pada anak, stress dan tekanan yang muncul dalam diri anak ketika masuk dalam blended family akan dapat diatasi. Dengan kata lain anak akan merasa bahwa keluarganya merupakan tempat yang nyaman, penuh kasih sayang, dan harmonis, sehingga kebahagiaan dalam keluarga akan tercapai dan dapat bertahan seperti kasus di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun