·     Jerman banyakmenggunakan tenaga nuklir untuk pembangkit tenaga listriknya. Namun akhir-akhirini pemerintah Jerman mulai mencnangkan penghapusan tenaga nuklir ini secarabertahap dan menggantikannya dengan sumber energy yang lebih ramah lingkungan.Hal ini karena dapat berpengaruh buruk untuk anak cucu mereka di masa depan;
·     Penelitian-penelitianteknologi di segala bidang di Jerman sangat gencar dilakukan, baik lewatlembaga pemerintahan ataupun univeritas, sebagai modal untuk mempertahankanstatusnya sebagai penghasil produk teknologi berkualitas tinggi di masa depan.
   Banyak sekali contoh lainnya yang tidakdituliskan di sini, namun secara umum keadaan ini sangat berbeda dengan diIndonesia, di mana fokus warga negaranya kebanyakan di masa sekarang dan lebihke urusan materi. Kita banyak berkutat dengan hal-hal kecil yangdibesar-besarkan, baik lewat media massa, media social, internet ataupun dalammasyarakat sendiri, sehingga susah menentukan visi dan misi di masa depan.
Â
VII.     Pembentukan Karakter Innovator melalui Dunia Pendidikan
   Pemerintah Jerman sangat peduli denganproses pendidikan setiap warganya. Tiap warganya akan dididik dengansebaik-baiknya dan tidak dengan paksaan sampai punya satu keahlian khusus dibidang yang diminati. Pembentukan karakter innovator sangat sistematis,konsisten dan tidak berubah-ubah di Jerman.Â
   Pada tingkatan level setingkat TK sampailevel setingkat SMA, pendidikan kepada warga Jerman tidak terlalu dipaksakan,semuanya diusahakan berlangsung secara alami. Siswa siswi di sana tidak harusbelajar dengan hapalan dan materi seberat seperti di Indonesia. Siswa siswi akanditempatkan pada tipe sekolah-sekolah sesuai dengan kemampuannya. Siswa siswidi Jerman malah terlihat sangat menikmati masa sekolahnya ini. Mungkin inidilakukan untuk membentuk mental innovator, di mana perkembangan otak merekadibiarkan sealami mungkin tidak harus dengan proses yang kaku melalui materiyang berat yang tentunya dapat mempengaruhi kesempatan mereka untuk melatihkreativitasnya. Pada level SMA juga diberikan pilihan bagi yang lebih memilih cepatkerja bisa masuk sekolah kejuruan seperti STM, di mana magang di dunia kerjalebih diutamakan untuk mengaasah kemampuannya dengan praktek langsung.
   Padalevel TK sampai SMA, terlihat kemampuan siswa siswi Jerman yang biasa-biasasaja. Namun ketika mulai kuliah di universitas, kemampuan warga Jerman ini akanlebih digembleng sehingga menjadi ahli dibidangnya. Mungkin karena pendidikanyang tidak terlalu dipaksakan sebelum kuliah, pikirian warga Jerman ini masihsegar dan ketika kuliah baru mulai dipaksakan untuk menjadi seorang yang ahlidibidang yang dipilihnya, sehingga banyak maha karya teknologi berkualitas diJerman dihasilkan di universitas-universitas.
  Berbeda dengan system pendidikan diIndonesia, pada tingkatan TK sampai SMA terlalu dipaksakan harus paham ini-itudan setelah kuliah biasanya kreativitasnya sulit berkembang. Di mana,diIndonesia nilai adalah segalanya, siswa siswi dididik menjadi pemenang denganpengakuan melalui angka-angka ataupun piala piala, bukan mahakarya nyata yangberkualitas.Contoh sederhana yang menunjukan pendidikan yang tidak dipaksakandi tingkat TK sampai SMA di jerman adalah sebagai berikut:
·     Dulu ada anak temansaya yang baru pindah dari Indonesia dan ketika di Indonesia masih sekolah ditingkatan SMP. Dari cerita orang tuanya, kemampuan dan nilai anaknyabiasa-biasa saja ketika di Indonesia, namun setelah pindah sekolah di Jerman,anaknya selalu juara. Ternyata pendidikan dasar di Jerman tidak seberat diIndonesia;
·     Kalau kita lihatkompetisi internasional matematika, fisika, kimia dan mata pelajaran lainnyaditingkatan SMP-SMA, maka team Indonesia sering memperoleh kemenangan.Sebenarnya ini tidak bisa dijadikan patokan sebagai petunjuk kemampuan lebihbaik dibandingkan siswa siswi negara maju. Ini hanyalah sekedar angka-angkaatau piala-piala. Jika memang ingin berkompetisi harusnya di tingkatkanuniversitas, di mana warga Jerman digembleng untuk menjadi kreatif menghasilkankarya berkualitas tinggi di level ini.