Mohon tunggu...
Ufqil mubin
Ufqil mubin Mohon Tunggu... Jurnalis - Rumah Aspirasi

Setiap orang adalah guru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Iblis Masuk Desa

24 Juli 2018   19:47 Diperbarui: 24 Juli 2018   20:07 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari sekian banyak pemuda tidak terdidik di Desa Laraji, Andre adalah tokoh muda yang paling meresahkan. Laki-laki berumur 30 tahun, belum menikah, dan punya kepribadian ganda. Dia baik dan setia kepada teman-temannnya. Namun laksana macan lapar ketika berhadapan dengan musuh-musuhnya.

Dia tidak ikut serta sebagai petani ketika musim tanam. Dia pengangguran tulen. Sementara teman-teman, orang tua, keluarga dekat, dan anak buahnya banyak yang jadi  petani.

Andre tidak bisa membaca dan menulis. Tetapi punya kemampuan memimpin perjudian. Hal itu membuat anak buahnya tunduk pada perintahnya.

Saat ada pernikahan di Desa Laraji, pasti akan diikuti pesta besar-besaran. Pemuda sangat antusias mengikuti pesta ini. Andre beserta gengnya selalu menjadi motor penggerak pesta pernikahan. Keluarga kedua mempelai biasanya hanya melaksanakan hajatan biasa. Merayakan pernikahan anak-anak mereka supaya warga desa mengetahui pernikahannya. Namun berbeda dengan kelompoknya Andre. 

Di sela-sela itu mereka membuka beragam jenis perjudian. Bahkan  Andre bersama gengnya mendapat izin dari pihak keamanan desa dan kepolisian. Alasannya untuk meramaikan pernikahan. Tetapi inilah awal dari malapetaka besar di Desa Laraji. Mereka tidak hanya berjudi, namun  berhura-hura dengan minum-minuman keras.

Demi meramaikan perjudian, Andre mengundang penyanyi lokal. Dengan dukungan pendanaan yang dia dapatkan dari berjudi, hal yang mudah baginya untuk membayar biduan ternama di Kabupaten Bima. Hal ini yang memantik kekhawatiran keluarga kedua mempelai. Ketika ada pesta yang diikuti dengan joget dan sawer, maka besar kemungkinan akan terjadi perkelahian antar pemuda. Jika korban jiwa, banyak warga yang menyalahkan keluarga kedua mempelai.

Malam itu warga Desa Laraji merayakan pesta pernikahan Aminah dan Marwan. Andre mengundang biduan termashur di Kabupaten Bima. Penyanyi ini memiliki suara bagus, fisik yang mengundang hawa nafsu kaum Adam yang bejat, juga senang mengajak penggemarnya untuk joget dan sawer.

Kali ini Andre sengaja mengumpulkan teman-temannya untuk hiburan malam. Pembagian kerjanya yang sangat rapi. Ada yang memimpin perjudian, menyiapkan minum-minuman keras, dan mendatangkan banyak pemuda untuk meramaikan pesta.

"Aku sudah menyiapkan biduan terbaik dan terkenal. Manfaatkan peluang malam ini untuk menggaet banyak pemuda  supaya ikut berjudi. Usahakan kita banyak mendapat keuntungan!" perintah Andre kepada anak buahnya.

Bawahannya yang tolol mengangguk. Tunduk pada instruksi Andre. Apapun perintah Andre akan mereka laksanakan. Walau perintah itu akan membawa petaka baginya.

"Perintah bos siap kami laksanakan," anak buahnya yang berambut gondrong menjawab dengan kepala tegap laksana tentara sedang memenuhi perintah atasannya.

"Bagus. Itu yang aku suka dari kalian," Andre memuji.

Kehadiran biduan itu tidak lain untuk mengundang banyak pemuda supaya ikut berjudi. Jenis perjudian sangat beragam. Mulai  dari capsa susu, lempar koin, main dadu, lempar bola, dan adu ayam.

Kala itu, Andre mengundang penjudi dari desa-desa tetangga. Imbalannya, dia mendapatkan keuntungan yang seimbang dengan para petarung bodoh dan tidak bisa menghitung itu.

Ada yang menarik perhatian dari Andre ini. Ketika dia memimpin judi, banyak orang yang meramaikan. Apa sebabnya? Saat dia mengembalikan uang, pengembaliannya akan lebihkan. Bahkan angsurannya lebih besar dari uang yang diberikan penjudi. Bukan karena dia murah hati dan senang membantu orang lain. Dia gagal menjadi penghitung yang baik. Tidak bisa membedakan mata uang.

Maklum, dia tidak lulus SD. Sebabnya frustasi dengan nilai matematikanya yang sering di bawah angka dua. Dia pernah sekolah. Tetapi berkali-kali tidak naik kelas. Menurut cerita yang pernah aku dengar, Andre hanya sempat sekolah sampai kelas tiga. Itupun dilewati selama lima tahun. 

Dia duduk di kelas satu dua tahun, kelas dua dua tahun, dan kelas tiga satu tahun. Karena tidak naik lagi di kelas empat, dia memutuskan untuk mengikuti orang tuanya bertani. Kedua orang tuanya yang waras menyayangkan keputusan anak semata wayangnya itu. Namun apalah daya, anaknya  punya  IQ (intelectual quotient)   yang sangat lemah. 

Pak Samsul, Kepala Sekolahnya, di awal-awal karirnya sebagai guru, pernah frustasi mengajarnya. Dia pernah menyerah. Bingung dan pusing tujuh keliling menentukan cara yang tepat mengajar Andre. Dengan harapan bisa mengimbangi teman-temannya  dalam  penguasaan  pelajaran. 

Di  saat  duduk  di kelas tiga, Andre pernah ditanya Pak Samsul, penambahan satu ditambah satu.

Dengan penuh antusias dia menjawab lantang, "satu ditambah satu sama dengan empat."

Segera setelah itu seluruh teman-temannya tertawa terbahak-bahak.

"Siapa nama wali kelasmu?" Pak Samsul memandang tajam Andre.

Andre menggaruk kepala. Sepertinya dia lupa nama  wali kelasnya.

"Wali kelas kami, Ibu Rao," teriak teman Andre yang duduk di belakang di bagian kiri ruangan.

Pak Samsul menggeleng kepala. Baru kali ini dia melihat murid yang sudah duduk di kelas tiga, tidak dapat menjawab perkalian dasar.

Andre tertawa kecil. Sedikitpun dia tidak memiliki beban psikologis atas keadaan yang sedang membuatnya jatuh sampai di titik  nol di hadapan teman-teman kelasnya.

Melihat kenyataan tersebut, Pak Samsul berdiskusi dengan wali kelas Andre. Wali kelasnya, Ibu Rao, menjawab dengan penuh pesimis. Karena selama ini dia lebih keras mendidik Andre. Pendekatan-pendekatan kepada orang tua hingga perlakuan khusus di kelas sudah dilakukan. Namun semuanya mentah.

"Dari dulu Andre sudah kayak gitu. Sebenarnya di kelas enggak naik kelas. Tetapi karena badannya sudah besar dan dua tahun duduk di kelas dua, kami dengan terpaksa menaikkannya ke kelas tiga. Padahal dia belum siap belajar di kelas dua. Apalagi di kelas tiga," jelas Ibu Rao.

"Itu namanya tidak profesional! Kenaikan kelas bukan atas dasar umur dan besarnya badan. Tetapi didasarkan kemampuan murid," jawab Pak Samsul.

Idealismenya mendidik murid-muridnya muncul. Masalah ini membuat Pak Samsul berpikir keras. Baru kali ini dia menemukan anak yang sudah duduk di kelas tiga, namun belum bisa perkalian dasar.

Ibu Rao mencoba membela diri. Selama ini dia merasa sudah bekerja keras.

"Saya tidak bisa menerima cara-cara tidak masuk akal dalam penentuan kenaikan kelas. Ini sama saja melanggar aturan yang sudah kita buat," Pak Samsul tak terima.

Ibu Rao mengangguk. Dia paham, saat ini dirinya berada di posisi  yang disalahkan.

Dalam karirnya di bidang pendidikan yang sudah berlangsung bertahun-tahun, baru kali ini Ibu Rao merasa gagal mendidik anak didiknya. Sebenarnya di tidak tinggal diam. Lulusan salah satu kampus ternama di Mataram itu pernah mendekati orang tua Andre. Keduanya disarakan memanggil guru pendamping di rumah. Supaya Andre diberi pelajaran tambahan. Namun  arahan itu hanya dilaksanakan selama beberapa hari karena orang tua Andre lebih sibuk bertani dan berladang. Mereka tidak punya waktu yang cukup untuk memperhatikan anak semata wayangnya.

Meski begitu, Ibu Rao tidak tinggal diam. Setiap hari, dia mendampingi Andre  di sekolah. Mengajarinya cara membaca, menulis, dan menghafal perkalian satu sampai sepuluh. Atas kerja kerasnya, Andre sempat memiliki prestasi menghafal perkalian satu sampai sepuluh. Melihat itu, teman-temannya bersorak girang. Andre pun senang bukan main. Padahal teman-teman sekelasnya sudah menghafal perkalian tersebut. Tetapi dengan prestasi Andre tersebut, mereka mengacungkan jempol. Begitu juga dengan Ibu Rao.

"Percayalah, kamu anak yang pintar. Kamu bisa berprestasi seperti teman-temanmu. Syaratnya, kamu harus bekerja keras," kata Ibu Rao.

Andre menggangguk. Dia tersenyum.

Ketika ujian menghafal perkalian satu sampai sepuluh, Andre terlihat linglung.

"Dua ditambah satu berapa Andre?" tanya Pak Samsul.

Dia berpikir sejenak.

"Empat."

Muka Pak Samsul memerah.

Ibu Rao tak habis pikir. Dia terlihat menundukkan kepala.

Lalu Ibu Rao memasrahkan anak didiknya pada bantuan Tuhan. Dia sudah berusaha keras. Sekeras keinginannya mencerdaskan murid-muridnya.

Penelitian kecil-kecilan yang dilakukan Ibu Rao membuktikan bahwa Andre memiliki kelainan di saraf otaknya. Dia tak mampu menangkap informasi yang disampaikan orang lain. Terlebih mata pelajaran yang menggunakan energi berpikir seperti matematika. Andre akan bertekuk lutut tak berdaya di bawah pelajaran yang dianggapnya maha dahsyat itu.

Lalu apa  yang  membuat dia sangat disegani kawan dan lawannya?

Setelah keluar dari sekolah, Andre memutar 180 derajat peruntungan hidupnya. Dia mencari guru-guru yang mempunyai ilmu hitam. Di umur 18 tahun, dia menemukan  seorang guru yang sangat terkenal kesaktiannya di seantero Kabupaten Bima.

Bersamanya, Andre berguru selama satu tahun. Untuk mendapatkan ilmu hitam, Andre harus melewati ujian demi ujian di salah satu gua terangker di gunung yang hanya dihuni hewan-hewan buas. Andre diuji dengan tujuh tantangan berat untuk mendapatkan dua kekuatan. Kebal benda tajam dan awet muda.

"Apakah kamu yakin mampu menjalankan ujian yang akan aku berikan?" gurunya menggali keyakinan Andre.

"Aku yakin guru," jawab Andre dengan penuh semangat.

"Baiklah! Jalankan tahapan-tahapan yang aku perintahkan," kata orang tua yang kerap memakai tongkat itu.

Andre mengangguk.

Setelah bekerja keras siang dan malam, akhirnya Andre mampu melewati enam ujian pertama. Apa saja ujian tersebut? Ujiannya antara lain berkeliling dari satu gunung ke gunung lain, berhari-hari tidur di gua, menyelam di sungai selama berjam-jam, mematahkan pohon kelapa menggunakan pisau, memakan hidup-hidup ular piton yang besarnya seperti pohon kelapa, dan berkelahi dengan puluhan monyet buas.

Selama enam ujian Andre menyelesaikan ujian tersebut.

"Kamu sudah berhasil menjalankan enam ujian yang berat," puji gurunya yang sudah berumur 100 tahun itu.

"Apa lagi ujian selanjutnya?" Andre bertanya penuh minat.

"Bertapa. Kamu tidak akan bangun dari pertapaan selama enam bulan. Tidak boleh makan dan minum," jelas gurunya.

Andre menelan ludah. Mendengar ujian itu, bulu kuduknya merinding. Tapi dia urung mundur. Karena setengah perjalanan berat sudah dilewatinya.

"Aku akan melaksanakan syarat itu dengan baik," inilah satu kelebihannya, Andre tak pernah gentar dengan ujian apapun jika itu untuk memuluskan keinginannya.

Andre mampu menjalankan ujian terakhir dengan baik. Gurunya memberikan dua jimat maha sakti yang banyak dicari pecinta ilmu hitam.

Namun di antara sekian banyak orang yang mengejar ilmu hitam tersebut, hanya Andre satu-satunya pemuda di Desa Laraji yang berhasil menjalankan ujian itu sampai pada tahap akhir.

Jimat tersebut membuat Andre terkenal di kampung. Beberapa saat setelah mengalungkan dua jimat ajaib itu pada Andre, gurunya meninggal dunia.

Setelah menghilang selama satu tahun, Andre pulang dari pertapaannya. Orang-orang kampung menganggapnya hantu yang menampakkan diri dalam bentuk manusia. Warga lari tunggang-langgang saat berhadapan dengan Andre. Pemuda dan para tetua berusaha membunuhnya. Tetapi usaha tersebut gagal. Andre memiliki jimat yang mampu membuatnya kebal terhadap benda tajam.

Apa yang membuat orang melihat Andre layaknya iblis? Maklum, dia sudah satu tahun hidup di gunung, tidak pernah mandi, sikat gigi, memotong kuku dan rambutnya. Tak heran, ketika itu Andre memiliki kuku yang panjangnya hampir setengah meter. Kemudian rambutnya  menyentuh telapak kakinya. Pantas saja orang-orang yang melihatnya menganggapnya ruh jahat yang layak dibunuh. Lama menghilang di kampung tanpa kabar  yang jelas, orang tuanya mengabarkan kepada warga bahwa anaknya telah meninggal dunia. Tidak jelas kebenaran kabar tersebut, di mana dan apa penyebab kematian Andre. Orang-orang kampung percaya saja. Karena informasi tersebut berasal dari ayah dan ibunyanya.

Semenjak kejadian itu, nama Andre membumi. Anak-anak muda yang kurang akal menjadikannya bos. Seiring berjalannya waktu, ada pula yang berguru pada laki-laki tak berpendidikan itu.

Karena itu pula, bertahun-tahun kemudian, Andre membangun  raksasa kekuasaannya di lintas desa dan kecamatan. Dia menjadi pemimpin perjudian dan  pesta minum-minuman keras. Selain itu, uang terus mengalir dari hasil pencurian, perampokan, dan perjudian. Andre hidup bergelimang harta.

Tetapi ada satu hal yang membuat orang bertanya-tanya. Dia tidak pernah menyukai seorang perempuan. Padahal anak buahnya telah menyodorkannya perempuan tercantik di Kabupaten Bima. Namun dengan keras dia menolaknya.

"Mungkin guru yang memberikannya ilmu hitam itu punya syarat khusus untuk Andre. Agar dia jauh dari godaan perempuan. Seumur hidupnya tidak menikah ," demian warga berkomentar.

****

Malam yang tidak diinginkan pun tiba. Pada pesta pernikahan Marwan dan Aminah, terjadi pembunuhan yang sangat mengerikan. Pemuda yang berasal dari Desa Sangga terbunuh dengan cara yang sangat mengerikan. Tubuhnya dicincang laksana daging sapi. Tak lain pelakunya adalah anak buah Andre. Apa sebabnya? Ada perjanjian tidak tertulis antara kelompok Andre dengan pemuda di luar Desa Laraji. 

Pemuda di luar Desa Laraji tidak boleh berjoget bersama biduan di atas panggung. Namun anak muda yang terkenal meresahkan di desanya itu tidak mengindahkan larangan tersebut. Dia tetap ikut di tengah kerumunan pemuda-pemuda Desa Laraji. Pemuda yang  malang itu ikut sawer  hingga mencium biduan.

Tak terima dengan perlakuan pemuda tersebut, anak buah Andre mengambil tindakan. Seperti biasa, bawahan Andre sudah siap sedia dengan parang dan golok. Ketika anak muda dari Desa Sangga itu sedang asyik berjoget, anak buah Andre membacoknya di bagian lehernya. Sejurus kemudian, anak muda yang malang itu terjatuh. Tebasan parang itu  tidak  berhenti, diikuti dengan tebasan-tebasan lainnya. Hingga pemuda tersebut menjadi potongan-potongan tulang dan daging yang berserakan. Darahnya mengalir deras membasahi bumi.

Biduan dan pemain orchestra lari tunggang langgang. Berteriak meminta perlindungan. Dalam keadaan terbaring, dia meminta tolong. Tetapi warga kampung tidak lagi sempat membantunya. Waktu sudah tengah malam. Penduduk desa sedang tertidur pulas.

Menjelang pagi, Desa Laraji gempar.

Pemerintah desa meminta kepada pihak kepolisian dan tim dokter dari Kota Bima melakukan evakuasi. Pemuda yang identitasnya tidak dikenal itu mayatnya diambil satu persatu menggunakan alat yang disediakan tim dokter.

Pihak kepolisian berusaha mengungkap pembunuh pemuda tersebut. Namun dalam kurun waktu yang lama, kasus ini tidak mampu diungkap secara tuntas. Sehingga kelompok  Andre tetap beraktivitas seperti biasa, membuat onar dan meresahkan warga Laraji.

Bersambung.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun