Belum selesai di sini, selanjutnya tiga gerbong kereta yang rusak dan keluar dari rel juga dituntaskan hingga menjelang dini hari. Uji coba dengan melalui track menggunakan crane pun dilakukan.Â
Hal ini dilakukan untuk mencoba tingkat keamanan rel bila akan dilalui kereta. Segera setelah dipastikan aman jalur tersebut mulai perlahan diujicobakan untuk dilalui kereta dengan pengawasan ekstra. Karena prioritas PT KAI adalah keselamatan penumpang. Meskipun pada masa recovery bagian pelayanan tiket kereta mengalami tekanan cukup berat dari pelanggan akibat banyaknya komplain dikarenakan keterlambatan kereta pada masa recovery.
Ironis memang, justru di tahun 2018 dana IMO dipaksa terjun bebas. Hal ini semakin menjadi pesakitan yang harus diterima dibanding tahun 2017. Karena nilai tukar keselamatan bukannya semakin mencukupi tetapi harus dikebiri meskipun harus pahit ditandatangani.
Detil besaran IMO tahun 2017 dan 2018 sudah saya ulas di naskah sebelumnya. Namun untuk sekedar mengingatkan saya akan sebut nilainya saja. Tahun 2017 nilai total IMO adalah Rp 1.650.000.000.000 dan tahun 2018 nilainya Rp 1.320.000.000.000
Kontrak sebelumnya dari tahun 2016 dan 2017 mengalami self blocking yang mengakibatkan nilainya berkurang.
Edi menjelaskan bahwa pihaknya terus melakukan komunikasi kepada pemerintah melalui Kementerian Perhubungan dan Dirjenka supaya ke depan bisa dipertimbangkan poin dan nilainya sehingga dapat mengcover kebutuhan operasional di lapangan untuk menjaga keselamatan perjalanan kereta api melalui perawatan dan perbaikan.
PT KAI secara profesional menuntaskan bagian tanggung jawabnya, karena komitmen dan ritme kerja yang dituntut harus aman, cepat dan tangkas dalam mengurai persoalan. Namun, ini semua bak cerita simbok dalam dongeng wajan (alat masak).
Kenapa harus disamakan dengan wajan, ibarat wajan sisi muka yang digunakan untuk masak haruslah bersih ketika digunakan supaya orang berselera makan, sementara bagian belakang atau muka wajan sebaliknya harus gosong dan menghadap sang api yang panasnya tidak selalu biru. Sehingga pantat wajan selalu tampak tidak indah dibanding sisi atau muka untuk menggorengnya. Demikian perumpamaan tekanan terjun bebasnya dana IMO dibanding dengan pelayanan PT. KAI yang harus serba OKE dimata publik sebagai sebuah konsekuensi.
Apapun jenis transportasinya, bila mengabaikan biaya perawatan dan pengoprasian maka tinggal menunggu panennya dari nilai penyusutan infrastruktur yang tentu saja akan mendorong turunnya pendapatan karena bisa jadi ketidakpercayaan dan jaminan keselamatan yang rendah akan menjadi pemicu masyarakat beralih moda transportasi.