Masih segar dalam ingatan kita kejadian kecelakaan akibat kelalaian supir truk saat melintasi perlintasan tidak berpalang di KM215 dari arah Sragen menuju Mantingan, Ngawi, Jumat, (6/4/2018). Bukan hanya merenggut nyawa masinis Mustofa yang harus meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarganya, masih ada beberapa korban luka-luka, tak sedikit juga yang mengalami trauma.
Hal tersebut belum termasuk kerugian materi yang muncul pasca kejadian tersebut secara ekonomi dan produktivitas rangkaian kereta yang mengalami kerusakan cukup parah. Efek dominonya juga berdampak pada jadwal keberangkatan kereta yang seharusnya melewati jalur tersebut mengalami ketidak sesuaian waktu karena harus dialihkan melalui jalur utara. Akhirnya ratusan bahkan ribuan calon penumpang terkena dampaknya.
Semoga kejadian Sancaka menjadi akhir penutup cerita dari ratusan rentetan kecelakaan yang merugikan keselamatan banyak penumpang kereta dan pengguna jalan akibat lalai dan nekat melintasi di perlintasan ilegal tanpa mengindahkan situasi perlintasan. Kereta api adalah salah satu transportasi yang mendapat prioritas didahulukan sebagaimana telah diatur dalam UU No 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
Belajar dari kejadian yang menimpa Sancaka, sebagai penyedia jasa transportasi tentu saja PT KAI bersikap profesional mengupayakan recovery dari track yang terdampak secepat mungkin. Kenapa harus cepat? Karena track kereta yang terdampak tersebut merupakan salah satu urat nadi di sisi selatan yang menghubungkan antarwilayah.
Pasca kejadian tersebut seluruh jadwal keberangkatan kereta harus di reschedule untuk melintasi jalur utara. Sementara jadwal keberangkatan kereta di track selatan harus segera pulih, secara otomatis percepatan perbaikan menjadi wajib dilakukan. Lalu bagaimana dengan IMO dalam proses recovery ini ? Ada.
Apa itu IMO? IMO atau Infrastructure Maintenance Operation (Biaya Perawatan dan Pengoperasian) adalah pendanaan yang bersumber dari APBN untuk perawatan dan pengoperasian jalur kereta atau track.
Saat ini APBN belum dapat memenuhi 100% kebutuhan IMO. Lalu kekurangannya dari mana? Ya tentu saja kekurangan ini ditutup oleh PT KAI sendiri supaya semua dapat berjalan secara profesional dan proporsional. Hal ini tentu akan berdampak pada besaran tarif angkutan penumpang dan barang kereta api.
Pasca kejadian Sancaka, PT KAI harus menyiapkan langkah-langkah strategis untuk melakukan recovery supaya semua dapat segera kembali normal. Sebagaimana PP 56 Tahun 2009 tentang Kelaikan Operasi, PM 67 Tahun 2012 tentang Perawatan Prasarana Perkeretaapian dan PM 32 Tahun 2011 tentang Perawatan Prasarana Perkeretaapian.
Hal ini diperkuat UU 23 Tahun 2007 kewajiban penyelenggara prasarana perkeretaapian untuk merawat prasarana perkeretaapian agar tetap laik beroprasi.
Namun, ada persoalan yang akhir-akhir ini menjadi kendala bagi pelaksana. Permasalahannya adalah apakah terjun bebasnya nilai IMO berpengaruh kepada proses recovery tersebut sementara kerugian yang terdampak pada kejadian Sancaka saja ditaksir bernilai milyaran. Ini baru masuk bulan keempat di tahun 2018. Tentu kita juga harus berhitung dengan beberapa musibah sebelumnya.
Recovery cepat vs IMO terjun bebas
Terhitung sejak kejadian pada Jumat malam, (6/4/2018), proses evakuasi lokomotif KA Sancaka dapat diselesaikan pada Sabtu malam, (7/4/2018). Bak cerita Bandung Bondowoso yang membangun Prambanan, seluruh tim bekerja ekstra keras tiada henti untuk mengevakuasi lokomotif yang prosesnya tidak mudah.
Belum selesai di sini, selanjutnya tiga gerbong kereta yang rusak dan keluar dari rel juga dituntaskan hingga menjelang dini hari. Uji coba dengan melalui track menggunakan crane pun dilakukan.
Hal ini dilakukan untuk mencoba tingkat keamanan rel bila akan dilalui kereta. Segera setelah dipastikan aman jalur tersebut mulai perlahan diujicobakan untuk dilalui kereta dengan pengawasan ekstra. Karena prioritas PT KAI adalah keselamatan penumpang. Meskipun pada masa recovery bagian pelayanan tiket kereta mengalami tekanan cukup berat dari pelanggan akibat banyaknya komplain dikarenakan keterlambatan kereta pada masa recovery.
Ironis memang, justru di tahun 2018 dana IMO dipaksa terjun bebas. Hal ini semakin menjadi pesakitan yang harus diterima dibanding tahun 2017. Karena nilai tukar keselamatan bukannya semakin mencukupi tetapi harus dikebiri meskipun harus pahit ditandatangani.
Detil besaran IMO tahun 2017 dan 2018 sudah saya ulas di naskah sebelumnya. Namun untuk sekedar mengingatkan saya akan sebut nilainya saja. Tahun 2017 nilai total IMO adalah Rp 1.650.000.000.000 dan tahun 2018 nilainya Rp 1.320.000.000.000
Kontrak sebelumnya dari tahun 2016 dan 2017 mengalami self blocking yang mengakibatkan nilainya berkurang.
Edi menjelaskan bahwa pihaknya terus melakukan komunikasi kepada pemerintah melalui Kementerian Perhubungan dan Dirjenka supaya ke depan bisa dipertimbangkan poin dan nilainya sehingga dapat mengcover kebutuhan operasional di lapangan untuk menjaga keselamatan perjalanan kereta api melalui perawatan dan perbaikan.
PT KAI secara profesional menuntaskan bagian tanggung jawabnya, karena komitmen dan ritme kerja yang dituntut harus aman, cepat dan tangkas dalam mengurai persoalan. Namun, ini semua bak cerita simbok dalam dongeng wajan (alat masak).
Kenapa harus disamakan dengan wajan, ibarat wajan sisi muka yang digunakan untuk masak haruslah bersih ketika digunakan supaya orang berselera makan, sementara bagian belakang atau muka wajan sebaliknya harus gosong dan menghadap sang api yang panasnya tidak selalu biru. Sehingga pantat wajan selalu tampak tidak indah dibanding sisi atau muka untuk menggorengnya. Demikian perumpamaan tekanan terjun bebasnya dana IMO dibanding dengan pelayanan PT. KAI yang harus serba OKE dimata publik sebagai sebuah konsekuensi.
Apapun jenis transportasinya, bila mengabaikan biaya perawatan dan pengoprasian maka tinggal menunggu panennya dari nilai penyusutan infrastruktur yang tentu saja akan mendorong turunnya pendapatan karena bisa jadi ketidakpercayaan dan jaminan keselamatan yang rendah akan menjadi pemicu masyarakat beralih moda transportasi.
Sekarang masih bisa kita seidikit senang mendengar cerita Bandung Bondowoso, tapi Bandung Bondowoso juga bisa menyerupai wajan yang semakin tua semakin terkikis kekuatannya. Semoga APBN dapat mengcover hingga 100% dan ke depan dana IMO di tahun yang akan datang angkanya menjadi lebih relevan.
STY|82
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H