Keciprat semangat yang mendunia.
Euphoria dan semangat piala dunia ternyata tidak hanya menyelimuti negara-negara yang bertanding di lapangan hijau, tapi juga menjadi wabah yang tak kalah heboh untuk negara berkembang seperti Indonesia. Walaupun Indonesia sendiri tidak ikut merumput di Johanesburg bersama tim Asia Tenggara lainnya seperti Jepang dan Korea, dari Sabang sampai Merauke tidak kurang semangat menyambut ajang empat tahunan ini dengan “nebeng” kejayaan bersama tim nasional kesayangan. Seperti dikutip dari bang wiki, Indonesia dulu waktu namanya Hindia Belanda pernah ikut Piala Dunia untuk pertama dan terakir kalinya.
Lagu Waka-waka yang dinyanyikan penyanyi seksi Shakira dan juga Wavin’ Flag-nya K’naan yang asli Afrika terus bergaung di televisi, iklan, websites gratisan maupun berbayar, radio, ring tones HP, MP3/MP4 dan lain sebagainya. Saya juga suka dan sempat terbersit dan bertanya-tanya apakah semangat ini begitu mewabah, merasuk hingga tulang, sum-sum, sel-sel darah dan DNA sehingga setiap karya yang berkaitan dengan kemegahan laga di lapangan hijau ini semuanya terdengar indah, bagus, kreatif, semangat kebersamaan sekaligus rasa iri (yang terakhir ini adalah sentimen penulis karena takjub dengan ide, kreativitas dan komitmen orang-orang di belakang layar yang tentu saja menghasilkan uang dengan digit nol paling kurang 5).
Jangan sebut Jakarta dan kota besar lainnya yang hadir di media audio (dan) visual yang tak henti-henti menayangkan ajang keramaian dan aura olah raga sepak bola yang memperebutkan si Jules Rimet, kita langsung loncat ke bagian timur indonesia, NTT-Flores-Manggarai.
….. terbersit 1 kata: sedih
Bayangkan, seluruh dunia terbakar semangat sepak bola, tetap puas walaupun tidak duduk langsung di tribun stadion karena bermodalkan televisi bisa menikmatinya di rumah bersama keluarga, teman, sambil makan camilan, tak perlu mandi/bergaya/dandan/cukur kumis/siap jaket tebal, tak perlu tambahan kocek…. hampir pasti: gratis. Sementara itu di belahan dunia lain yang dengan segala keterbatasan mencoba larut di dalam semangat olah raga yang terus membakar.
Nasib berada di bagian timur negara yang masih berkembang (namun hidup dalam budaya konsumerisme yang relatif tinggi)…
Manggarai, kabupaten paling barat yang telah dipecah menjadi tiga kabupaten memekaran (Manggarai Barat, Manggarai Tengah yang cenderung disebut Manggarai saja, dan Manggarai Timur) menjadi salah satu “korban” euphoria yang terus mendengung, seperti ari bunyiVuvuzela raksasa.
Di Ruteng, yang notabene merupakan kota ke-2 dengan tingkat perputaran uang yang tinggi di NTT setelah kupang (informasi teman saya yg kerja di BRI), hampir semua sudah tau bahwa nanti sinyal RCTI akan diacak pada saat berlangsungnya piala dunia. Nah, bagi yang berkocek tebal, suka sepak bola dan sudah memprediksikan akan “ditumpangi”oleh kaum duafa (yang tak tahu malu ngo tuntung porong tivi1 demi menonton the greatest match) segera memesan receiver Matrix Bola dengan harga berkisar antara 1,8 juta – 2,3 juta.
Bagi yang suka bola namun tak mampu berutang untuk beli matrix bola, harus kreatif. kreatif tipe 1 untuk memberdayakan modal tetap yang sudah ada seperti: parabola, receiver matrix yang bukan matrix bola, rotator (yang tdk punya rotator biasanya harus lebih kreatif lagi) dan juga jaringan sosial sumber informasi frekuensi televisi.
Untuk yang tidak punya modal tetap alias tipe 2, harus cepat mendapatkan informasi tempat yang asyik untuk nonton, misalnya: mbaru diong2, ruis ko toe3, megi ko toe ata ngara4 matrix bola, bila perlu teing kopi ko toe5.. yang terakir ini hanya tambahan penulis hehe
Para pembaca yang budiman, untuk yang sangat ingin menonton pertandingan sepak bola dan punya modal tetap alias tipe 1, harus menyempatnkan waktu dan energi extra. parabola diputar arahnya bahkan ada yg sampai jungkir balik tak jelas dan menyebabkan TV Nasional yang sudah ada hilang semuanya atau berganti ke no.chanel yang berada di urutan nomor tua.
Hal ini menciptakan kontroversi bagi ibu-ibu pecinta sintreon Indonesia karena saluran TV kesayangan mereka berubah, biasanya Kamila di RCTI tinggal tekan no. 1 kalau iklan digantikan dengan no.2 yang menghadirkan Take Him/Me/Celebrity Out. Beberapa pihak pecinta drama kesedihan, air mata dan konflik tak berujung yang biasanya berupa pertikaian antara pihak yang lemah dan kuat atau cinta yang tak restui oleh orang tua (bahkan tak direstui kakek-Nenek) tak peduli dengan Piala Dunia, mungkin karena bagi mereka hidup ini cuman drama dan yang benar, selalu mengalah, berdoa serta pasrah, itulah yg akan menang dan bahagia dalam hidup ini.
Aduh makin melebar tak jelas setelah tiba pada topik ini hehehe balik lagi ke warna warni piala dunia.
Mungkin ada yang tanya: trus channel apa yg menyiarkan siaran sepak bola? Jawabannya adalah macam-macam: TV china, TV Arab, TV India, TV Aljazair dan TV yang siaran dengan menggunakan bahsa planet yang bingung ditebak, apakah china, Jepang atau korea, Thailand-Myanmar atau Kamboja, bahasa Afrika atau Timur tengah sana…
Tapi ternyata tidak semua siaran juga bisa disiarkan oleh stasiun TV alien ini. Hanya pertandingan-pertandingan tertentu saja, dan itupun baru diketahui pada saat jam pertandingan dimulai dan semua huru hara sibuk putar posisi parabola dan mengatur frekuensi saluran TV.
Sepupu saya termasuk orang yang cekatan dan sungguh-sungguh berniat melakukan apa saja demi menonton siaran piala dunia di rumah bersama anak-anaknya dan demi kami juga (yang cepat menyerah sebelum berusaha saat ingat kalau parabola kami letaknya di atas atap).
Beberapa kali dia berhasil “menemukan” sebuah saluran televisi yg sama sekali sulit ditebak dari negara mana setelah posisi parabola miring 100 derajat yang dilakukan secara manual dan ditahan kayu (karena tak punya rotator). Namun sayangnya saat itu kami sudah ngorok karena udara terlalu dingin dan lama menunggu, padahal bukan tim jagoan kami yg beraksi.
Pernah sekali pas Spanyol mau main, kami sudah diundang ke rumahnya sejak siang. “Porong eta mbaru tong wie e? Aku bo poli dapat chanel TV Myanmar, manga preview agu jadwaln bo6.” Kami cukup senang dan antusias dan mulai kontak sepupu yang lain, biar tambah rame, daripada ke rumah sanak saudara jauh yg hubungannya sudah 5 lapis, alias cucu dari sepupu-nya nenek hehehe
Jadilah kami malam itu berkumpul sejak jam 8 malam, minum kopi, makan jagung goreng (bukan pop corn, tapi latung cirang wkwkw) dan mengomentari sinetron di TV Indonesia.
Pertandingan baru mulai jam 10 malam dan sebelum jam 10 baru ke luar dan memutar parabol serta mengatur frekuensi saluran TV. Prediksi dan kilas balik tim-tim yang akan berlaga dimulai jam 9 di RCTI, rasanya tak sabar menunggu laga dimulai. Saat anak-anak kecil berseragam Tim Nasional yang akan bertanding digandeng olah para pemain setelah sebelumnya dua bendera negara dibawa masuk ke lapangan, RCTI mulai onar, gambar hilang dan yang hanya ada suara yang finalnya berujung tak ada apa-apa lagi di layar televisi…
“Gelang ngo putar parabol ge7!”, seru si Vodi yang berleyeh-leyeh ria dan menuai tatapan mbulak8 dari kakaknya yang sedang menyiapkan peralatan untuk memutar parabola.
Dua orang di luar memutar parabola, yang lainnya mengatur frekuensi dan berteriak “lagi, putar lagi..ya..ya..yang tadi..stop!”.
Semua pun melotot ke arah layar televisi, deg deg-an dengan hasil rotasi dan acak signal saluran televisi Myanmar.
Kualitas video yang tak diketahui nama stasiun TV-nya seperti TVRI-nya kita, warna ngejreng, audio lumayan, seperti kusam dan kumal. Tak urung komentar-komentar sarkastik pun muncul hehehe
Tapi kok lama-lama masih siaran berita nasional Myanmar? Mana tayangan sepak bola yang sudah dimulai 20 menit yang lalu? Mana bahasanya juga aneh…muncul juga sih tayangan piala dunia, tapi cuman cuplikan bagian dari berita. Yaaa…..payah…apa gunanya dipantengin terus???
Kami pun bubar dan anak-anak lelaki yang masih semangat mengejar ketinggalan babak pertama segera berembuk dan tancap ke tempat nonton bareng terdekat.
Sang patron lebih kecewa lagi dan terus mengutuk tapi tetap saja acara dilanjutkan dengan sesi konsultasi psikologi interaktif oleh seorang pria hitam berkumis yang sama sekali tidak ramah dan membuat dia sama sekali tak menarik (kira-kita yang kami tebak itu isi acaranya hehehe)
Belakangan baru saya sadar kalo kami juga te-o-el-o-el dot kom, darimana dia tau kalau TV Myanmar menyiarkan info pertandingan sementara bahasanya saja main tebak-tebakan???
Tempat Nonton Bareng
Bicara soal nonton bareng, di Ruteng ada beberapa tempat, diantaranya: di BPD, di dealer Yamaha Yess baru di Kumba dan di PLN.
Gaung kehebohan Piala Dunia 2010 di negara asal tim Bafana terdengar sampai pelosok desa, semua desa-desa yang sudah terjangkau oleh listrik dan bisa mengoperasikan televisi (itupun karena swadaya masyarakat-bukan usaha pemerintah) melahirkan sentimen untuk mendukung tim tim nasional favorit masing-masing. Saya hanya mengumpulkan cerita-cerita yang berasal dari keluarga yang datang ke Ruteng.
Di Pagal-Kecamatan Cibal, masyarakat bisa nonton bareng di Aula Paroki, layar lebar pake proyektor, bayarnya Rp 1000/orang, duduknya di tikar atau loce9, udara lebih hangat bahkan bisa nonton sambil tiduran. Kalau mau kopi tinggal tambah 2 rebu perak. Selain buat ajang nonton nonton bareng sekalian buat sosialisasi dan bersua antar penduduk desda, sekali lagi membuktikan bagaimana olah raga mempersatukan.
Rinus, yang baru saja pulang kampungnya di Deru-Manggarai Timur, berapi-api bercerita tentang layar lebar untuk menonton Piala Dunia di kampungnya dengan tiket seribu perak atau bisa dibayar dengan seikat kayu bakar. Setelah capek pulang dari kebun/sawah, semua bergembira menikmati hiburan murah meriah walaupun dengan sumber daya yang terbatas.
Di Ruteng sendiri nonton bareng di beberapa tempat seperti BPD, di dealer Yamaha Yess baru di Kumba dan di PLN benar-benar dimintai. Udara dingin tidak menghalangi pendukung Der panzer, Tim, Samba, Tim Orange serta penggemar Messi dan Three Lions juga tim-tim jagoan lainnya. Ada yang bawa selimut dan kain meskipun sudah dobel jaket dan pakai kaus kaki, bahkan selain menggunakan topi dingin dilapisi lagi dengan helm sepanjang nonton pertandingan. Tanggal 20-23 juni merupakan suhu terdingin karena saat itu Matahari berada pada titik paling jaug dari garis khatulistiwa alias ada di titik paling utara, bahkan pagi saat matahari bersinar suhu udara pun dingin bahkan pernah sampai 9 derajat celcius…tak bisa meredakan kobaran api untuk menonton laga di lapangan hijau Johaneburg.
Bersyukurlah orang yang punya kendaraan pribadi atau rumahnya dekat dengan area nonton bareng atau punya sanak keluarga yang punya matrix bola, tidak pelit dan bersedia serta rela menyumbangkan servis tambahan seperti kopi panas dan tidak mengeluh sesudahnya. Sungguh kasihan orang yang suka bola, rumah jauh dari tempat nonton bareng, mengalami situasi dimana dia tdk bisa ikutan nonton bareng meskipun ada yang mengajak dan memberikan tumpangan gratis: misalnya punya anak bayi di rumah atau salah satu anggota keluarga ada yang sakit di rumah. Salut buat yang rela menghadapi segala hambatan demi nonton bareng ataupun pergi numpang di rumah orang.
Tak pelak lagi inilah yang namanya komedi ironi. Kalau di kota-kota besar acara nonton bareng memang karena mau bersama-sama, ramai-ramai, bukan karena tak punya modal di rumah. Dalam hal ini kalau sedikit memasukkan ilmu ekonomi, bisa dikategorikan sebagai wants atau keinginan, sedangkan di kota kecil atau tempat pelosok, nonton bareng adalah kebutuhan alias needs karena didasarkan usaha dan kenihilan sumber daya. wakaka entah analisis ini benar atau tidak, saya hanya coba membuat perbandingan hahahahaha
Seperti 2 sisi mata uang, dari semua hal yang menyedihkan ini masih ada hikmahnya (kalau diamati dengan penuh keikhlasan..ciiiee..heheh) misalnya: nontonnya lebih rame, bersama orang-orang yang suka bola, ketemu sesama pendukung tim nasional, mungkin bisa kenalan sama orang baru dan jatuh cinta (bukan hanya pria saja yang gila bola, cewek juga rela berdingin ria demi melihat pemain-pemain ganteng yang diklaim sebagai pacar meskipun dalam mimpi kali yeeeee…).. selain itu nontonnya lebih seru karena tidak semua orang mendukung tim yang sama. Jadi bisa saling komentar dan bikin suasana makin hangat saat pertandingan berlangsung seru.
Taruhan
Istilah dan praktek taruhan saat ini hal yang sudah lazim. Bukan hal yang luar biasa lagi, kecuali kalau dilihat dari jenis barang/hal yang dijadikan taruhan, misalnya: uang, tanah atau harus melakukan sesuatu yang dianggap unik/ekstrem saat tim jagoannya kalah. ada juga taruhan berdasarkan jumlah gol yang diprediksi. Tak tanggung-tanggung, ada beberapa pihak yang rela “pasang” jutaan rupiah karena yakin prediksinya tepat di sasaran. Kalau ini sih menurut saya bukan karena cinta bola, tapi karena pada dasarnya suka taruhan! hahaha
Perayaan sepak bola dunia masih paruh waktu lagi, memasuki babak 16 besar mencari jagoan untuk 8 besar berarti cerita ini masih belum selesai….
to be continued…
1 pergi numpang nonton TV (dalam bahasa Manggarai tuntung secara harafiah mengandung arti : tidak tahu malu pergi numpang makan di rumah orang
2 rumah siapa
3 Dekat atau jauh
4 Pelit atau tidak pemiliknya
5 menyediakan kopi atau tidak
6 Nanti malam nonton di rumah ya? Tadi saya sudah dapat chanel TV Myanmar, ada preview dan jadwalnya.
7 Ayo cepat putar parabolanya!
8 Melotot
9 Tikar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H