Mohon tunggu...
Ucique Klara
Ucique Klara Mohon Tunggu... karyawan swasta -

dari Manggarai-Flores. suka membaca tulisan-tulisan di kompasiana meski jarang menulis :D

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Sepercik Gegap Gempita Piala Dunia 2010 di Manggarai: Komedi Sekaligus Ironi

29 Juni 2010   11:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:12 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Para pembaca yang budiman, untuk yang sangat ingin menonton pertandingan sepak bola dan punya modal tetap alias tipe 1, harus menyempatnkan waktu dan energi extra. parabola diputar arahnya bahkan ada yg sampai jungkir balik tak jelas dan menyebabkan TV Nasional yang sudah ada hilang semuanya atau berganti ke no.chanel yang berada di urutan nomor tua.

Hal ini menciptakan kontroversi bagi ibu-ibu pecinta sintreon Indonesia karena saluran TV kesayangan mereka berubah, biasanya Kamila di RCTI tinggal tekan no. 1 kalau iklan digantikan dengan no.2 yang menghadirkan Take Him/Me/Celebrity Out. Beberapa pihak pecinta drama kesedihan, air mata dan konflik tak berujung yang biasanya berupa pertikaian antara pihak yang lemah dan kuat atau cinta yang tak restui oleh orang tua (bahkan tak direstui kakek-Nenek) tak peduli dengan Piala Dunia, mungkin karena bagi mereka hidup ini cuman drama dan yang benar, selalu mengalah, berdoa serta pasrah, itulah yg akan menang dan bahagia dalam hidup ini.

Aduh makin melebar tak jelas setelah tiba pada topik ini hehehe balik lagi ke warna warni piala dunia.
Mungkin ada yang tanya: trus channel apa yg menyiarkan siaran sepak bola? Jawabannya adalah macam-macam: TV china, TV Arab, TV India, TV Aljazair dan TV yang siaran dengan menggunakan bahsa planet yang bingung ditebak, apakah china, Jepang atau korea, Thailand-Myanmar atau Kamboja, bahasa Afrika atau Timur tengah sana…

Tapi ternyata tidak semua siaran juga bisa disiarkan oleh stasiun TV alien ini. Hanya pertandingan-pertandingan tertentu saja, dan itupun baru diketahui pada saat jam pertandingan dimulai dan semua huru hara sibuk putar posisi parabola dan mengatur frekuensi saluran TV.

Sepupu saya termasuk orang yang cekatan dan sungguh-sungguh berniat melakukan apa saja demi menonton siaran piala dunia di rumah bersama anak-anaknya dan demi kami juga (yang cepat menyerah sebelum berusaha saat ingat kalau parabola kami letaknya di atas atap).
Beberapa kali dia berhasil “menemukan” sebuah saluran televisi yg sama sekali sulit ditebak dari negara mana setelah posisi parabola miring 100 derajat yang dilakukan secara manual dan ditahan kayu (karena tak punya rotator). Namun sayangnya saat itu kami sudah ngorok karena udara terlalu dingin dan lama menunggu, padahal bukan tim jagoan kami yg beraksi.

Pernah sekali pas Spanyol mau main, kami sudah diundang ke rumahnya sejak siang. “Porong eta mbaru tong wie e? Aku bo poli dapat chanel TV Myanmar, manga preview agu jadwaln bo6.” Kami cukup senang dan antusias dan mulai kontak sepupu yang lain, biar tambah rame, daripada ke rumah sanak saudara jauh yg hubungannya sudah 5 lapis, alias cucu dari sepupu-nya nenek hehehe
Jadilah kami malam itu berkumpul sejak jam 8 malam, minum kopi, makan jagung goreng (bukan pop corn, tapi latung cirang wkwkw) dan mengomentari sinetron di TV Indonesia.

Pertandingan baru mulai jam 10 malam dan sebelum jam 10 baru ke luar dan memutar parabol serta mengatur frekuensi saluran TV. Prediksi dan kilas balik tim-tim yang akan berlaga dimulai jam 9 di RCTI, rasanya tak sabar menunggu laga dimulai. Saat anak-anak kecil berseragam Tim Nasional yang akan bertanding digandeng olah para pemain setelah sebelumnya dua bendera negara dibawa masuk ke lapangan, RCTI mulai onar, gambar hilang dan yang hanya ada suara yang finalnya berujung tak ada apa-apa lagi di layar televisi…

“Gelang ngo putar parabol ge7!”, seru si Vodi yang berleyeh-leyeh ria dan menuai tatapan mbulak8 dari kakaknya yang sedang menyiapkan peralatan untuk memutar parabola.
Dua orang di luar memutar parabola, yang lainnya mengatur frekuensi dan berteriak “lagi, putar lagi..ya..ya..yang tadi..stop!”.
Semua pun melotot ke arah layar televisi, deg deg-an dengan hasil rotasi dan acak signal saluran televisi Myanmar.

Kualitas video yang tak diketahui nama stasiun TV-nya seperti TVRI-nya kita, warna ngejreng, audio lumayan, seperti kusam dan kumal. Tak urung komentar-komentar sarkastik pun muncul hehehe
Tapi kok lama-lama masih siaran berita nasional Myanmar? Mana tayangan sepak bola yang sudah dimulai 20 menit yang lalu? Mana bahasanya juga aneh…muncul juga sih tayangan piala dunia, tapi cuman cuplikan bagian dari berita. Yaaa…..payah…apa gunanya dipantengin terus???
Kami pun bubar dan anak-anak lelaki yang masih semangat mengejar ketinggalan babak pertama segera berembuk dan tancap ke tempat nonton bareng terdekat.

Sang patron lebih kecewa lagi dan terus mengutuk tapi tetap saja acara dilanjutkan dengan sesi konsultasi psikologi interaktif oleh seorang pria hitam berkumis yang sama sekali tidak ramah dan membuat dia sama sekali tak menarik (kira-kita yang kami tebak itu isi acaranya hehehe)
Belakangan baru saya sadar kalo kami juga te-o-el-o-el dot kom, darimana dia tau kalau TV Myanmar menyiarkan info pertandingan sementara bahasanya saja main tebak-tebakan???

Tempat Nonton Bareng

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun