Mohon tunggu...
Susi Alipah
Susi Alipah Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN BUlakwaru 01

Nama Saya Susi Alipah, namun akrab dipanggil Uchy. Saya wanita kelahiran Tegal 07 Oktober 1982. Profesi saya abdi negara dalam bidang pendidikan. Menjadi seorang guru sebenarnya bukan cita-cita saya sejak kevil. Sedari kecilo saya memimpikan menjadi orang yang bergelut di dunia kesehatan. Namun oleh orangtua saya, saya diarahkan untuk mengambil keguruan, hingga jadilah diri saya yang sekarang. Menjadi seorang guru di sekolah dasar wilayah Kec. Tarub Kab. Tegal. Meski menjadi guru bukan cita-cita saya dari kecil, akan tetapi setelah saya terjun dalam dunia profesi ini saya menikmati dan mengalami hal-hal ajaib yang membuat saya makin menyenangi profesi saya ini. Terlebih ketika saya mampu menjadikan anak didik saya BISA Juara, berprestasi dan berkarakter, itulah beberapa hal yang menurut saya suatu keajaiban yang luar biasa. Dari hal-hal yang menakjubkan itulah saya makin mencintai dunia profesi saya, mengembangkan potensi diri saya untuk tetap menggali skill dan kemampuan saya guna memperbaiki kinerja pengajaran dan profesi saya ini. Sering mengikuti diklat diklat, membaca buku dan ikut dalam komunitas yang seprofesi dan bahkan yang lebih hebat dari saya, saya lakukan itu semua. Hingga pada suatu hari saya mendaftrakan diri guru prestasi, dan alhamdulillah saya lolos menjadi guru prestasi. Meski baru tingkat kecamatan itu prestasi yang luarbiasa bagi diri saya yang berawal minim sekali ilmu keguruan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Petir

28 Desember 2022   20:28 Diperbarui: 28 Desember 2022   20:39 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dodo adalah siswa kelas VI Sekolah Dasar. Ia tergolong anak yang pandai dan berbakti. Siswa berprestasi di kelasnya. Setiap harinya Dodo membawa jajanan kecil dan cilok buatan ibu untuk dijual saat jam istirahat. Tas rajut plastik dan sepeda usang jadi teman setia Dodo.

Siang itu Dodo terlihat terburu-buru saat pulang sekolah. Suara lonceng berdering nyaring  bertanda kegiatan belajar hari itu telah selesai.  Tanpa menghiraukan teman-temannya Dodo langsung tancap sepeda yang sadelnya dipenuhi dengan plastik sebagai pelindung dari sadel usang yang tak layak dipasang.

"Haiii.... Do, kenapa kamu terburu-buru?, Dodo tunggu aku! Seruan Adit teman sebangku Dodo yang biasanya mereka terlihat selalu bersama. Adit berusaha menambah kecepatan ayuhan sepedanya agar dapat menyelip Dodo, namun usaha Adit gagal mengejar Dodo.

"Haduuuh, Do.. Do.. kamu makannya apa sii?, tenagamu sungguh kuat sekali'. Gumam dalam hati Adit saat melihat sahabatnya mengayuh sepedanya bagai sambaran kilat.

"Maaf  Dit, aku tak bisa menunggumu, maaf  Dit aku tak menghiraukan seruanmu, aku harus segera mungkin tiba di rumah". Seru Dodo dalam hatinya. Sesekali ia menoreh ke belakang, rupanya Adit sudah tak nampak mengejarnya. Lima belas menit sudah Dodo lewati, Dodo pun belum sampai rumah. Perjalanan dari rumah Dodo sampai tempat ia belajar kurang lebih 30 menit, untuk sampai ke rumahnya ia menyusuri  hutan.  Di tengah hutan tiba- tiba ban belakang sepeda Dodo pecah " Dooor... "! Terdengar keras sekali letusan ban sepeda Dodo.

"Dubrag...!pyar!....." Dodo terjatuh karena tak mampu mengendalikan laju ayuhannya. Sisa barang dagangan Dodo berantakan bercampur tanah jalan setapak. Jalanan sangat sepi, tak satupun orang lewat di jalan setapak itu. "Haduuh.. sakiiiit"  teriak jeritan tangis Dodo sembari memegang lengannya yang tertindih stang sepeda. Namun tak satupun orang di sana. Dipungutilah sisa-sisa dagangan Dodo sambil menahan kesakitan.  Keheningan hutan membuat Dodo ketakutan. Langit makin tak mampu menahan onggokan awan pekat hitam

Gumpalan awan itu makin padat, matahari nampak ta terlihat sedikitpun, bertanda  akan turun hujan lebat. Awan hitam itu nampaknya mengikuti lagkah Dodo sejak di Sekolah. Saat Dodo mengambil sepeda di parkiran sekolah langit sudah mulai gelap. Dalam hati kecil Dodo berkata "Ya Alloh, bagaimana ibu di rumah kalau hujan turun sangat lebat".

"Aku harus mencari tempat yang aman untuk berteduh"

"Langit makin sangat pekat, hujan pasti akan turun sangat lebat".

Dodo menuntun sepedanya dan mencari tempat untuk berteduh, rintikan hujan mulai berjatuhan. Hujanpun turun sangat lebat. Derasnya menyapu ratusan daun di hutan itu.

Suara petir, " jedor!.. jedor! Silih berganti. Kilatan cahaya bagai lampu jalanan yang menerangi gegelapan. Dodo makin ketakutan. Tubuh kurus kering makin menggigil tertumpah butiran hujan lebat. Meski berteduh di bawah pohon, dedaunan pohon tak mampu menampung derasnya benda langit itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun