Mohon tunggu...
Ubay Dillah Haqi
Ubay Dillah Haqi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya Ubay Dillah Haqi saat ini merupakan Mahasiswa Fakultas Pertanian di Universitas Medan Area. Saya memiliki ketertarikan di dunia writing dan conten creator menjadi seorang penulis dengan minat mengkaji beberapa bidang yaitu : pendidikan, teknologi, elektro, sains, filsafat, sosial budaya, agama, kesehatan, dan psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Krisis Punahnya Biodiversitas: Ancaman Eksistensial Bagi Masa Depan Indonesia dan Peran Manusia Terhadap Kelestarian Alam dalam Perspektif Al-Qur'an

25 Agustus 2024   10:09 Diperbarui: 25 Agustus 2024   10:09 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Mongabay

     Indonesia, dengan kekayaan alamnya yang luar biasa dikenal sebagai “Mega Biodiversity Country” yang menempati posisi kedua dengan skor indeks sebesar 0,614 setelah Brazil (National Geographic Indonesia, 2019). Akan tetapi, jika keanekaragaman hayati daratan tersebut ditambahkan dengan keanekaragaman hayati lautan, maka Indonesia menjadi negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.

     Wulansih Dwi Astuti Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkan bahwa Indonesia disebut Mega Biodiversity Country karena tingginya tingkat keanekaragaman hayati yang dimiliki. Hal ini disebabkan karena Indonesia terletak di daerah tropis dengan posisi geografis tepat di garis khatulistiwa dan posisi geologisnya yang merupakan pertemuan lempeng tektonik sehingga menghasilkan banyak mineral (https://rri.co.id/).

     Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Satyawan Pudyatmoko menyampaikan, jenis keanekaragaman hayati Indonesia akan terus bertambah. Sebab, masih ada sejumlah lokasi yang belum dieksplorasi. Hal ini disampaikan saat seminar “Keberhasilan Upaya Konservasi Hidupan Liar di Indonesia” dalam rangka Pekan Keanekaragaman Hayati 2024 di Manggala Wanabakti, Jakarta, Rabu (15/5/2024).

     Saat ini, berdasarkan data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) per 2023, terdapat 22 tipe ekosistem dan 75 vegetasi di Indonesia. Di dalamnya ada beragam flora dan fauna, termasuk 1.821 spesies burung, 786 spesies mamalia, 66.361 spesies serangga, 3.478 spesies ikan, 1.639 spesies pakis, 24.995 spesies angiospermae atau tumbuhan berbunga, 871 spesies fungi, dan 75 spesies mangrove. Jumlah kupu-kupu di Indonesia mencakup 10% dari total jenis fauna dunia. Sementara itu, spesies burung, mamalia, serta reptile memiliki endemisitas tertinggal di dunia (https://lestari.kompas.com/). 

     Meskipun demikian, dibalik keindahan dan kekayaannya, Indonesia saat ini tengah menghadapi ancaman serius yaitu krisis punahnya biodiversitas. Krisis punahnya biodiversitas merupakan peristiwa penurunan keanekaragaman hayati (biodiversitas) yang disebabkan oleh punahnya spesies (flora dan fauna) di seluruh dunia, serta pengurangan atau hilangnya spesies lokal di habitat tertentu (https://id.m.wikipedia.org/). 

Indonesia juga dikenal sebagai Negara dengan penurunan keanekaragaman hayati (flora dan fauna) yang tinggi. Menurut Sutarno dan Setyawan (2015) dari 20 negara yang jenis-jenis alamiahnya terancam, maka Indonesia menduduki posisi ke-5 dan menurut Nasional Geografi Indonesia (2019), Indonesia menduduki urutan keenam sebagai Negara dengan kepunahan biodiversitas terbanyak. 

     Krisis punahnya biodiversitas saat ini ditandai dengan banyaknya peristiwa kehilangan hutan primer tropis dan punahnya beberapa spesies flora maupun fauna di Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia yang diperbarui pada Januari 2024, jumlah luas daratan kawasan hutan di Indonesia mencapai lebih dari 120 juta hektare sampai pada 2022. 

Meski memiliki hutan yang cukup luas, luasan hutan yang hilang di Indonesia juga cukup tinggi. Berdasarkan data World Resources Institute, Indonesia menduduki peringkat kedua yang paling banyak kehilangan hutan primer tropis sebesar 10,5 juta hektare dan menduduki peringkat kelima sebagai Negara dengan kehilangan tutupan pohon 30,8 juta hektar terbanyak di dunia tahun 2023. 

     Penyebab dari kehilangan hutan ini pada dasarnya karena ulah tangan manusia itu sendiri dan berbagai tindakan yang merugikan dilakukan seperti penebangan hutan liar (deforestrasi yang didorong oleh komoditas saat ini sebesar 84,7%), alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian sebesar 3,7%, urbanisasi 0,25, dan kehutanan 11,5% (CNBC Indonesia). 

Penyebaran kehilangan hutan tropis ini terjadi di beberapa wilayah Indonesia yang meliputi : deforestrasi di tanah papua dalam periode 2023 seluas 55.981 hektare dan Januari-Februari 2024, tercatat sebesar 761,71 hektare (Yayasan Pusaka Bentala Rakyat), deforestrasi dimaluku utara pada tahun 2023, kehilangan sebesar 6.09 kha hutan primer, atau setara dengan emisi sebesar 5.08 Mt CO2, di kalimanatan timur kehilangan sebesar 49.0 kha hutan primer, atau setara dengan emisi sebesar 39.0 Mt CO2 Tahun 2023 (Global Forest Watch).

     Selain kehilangan hutan di beberapa wilayah Indonesia, masalah serius lainnya yang juga berdampak terhadap punahnya beberapa spesies fauna di Indonesia. Data terbaru dari IUCN Tahun 2024 melaporkan bahwa saat ini lebih dari 45.300 spesies terancam punah. Jumlah tersebut masih merupakan 28% dari seluruh spesies yang dinilai. Hal ini mencakup amfibi 41%, mamalia 26%, tumbuhan runjung 34%, burung-burung 12%, hiu dan pari 37%, terumbu karang 36%, crustacea terpilih 28%, reptile 21%, dan sikas 71% (https://m.kumparan.com). 

     Hilangnya keanekaragaman hayati flora dan fauna ini bukan hanya menjadi masalah lingkungan, tetapi juga merupakan ancaman eksistensial bagi kehidupan manusia dan masa depan bangsa. Hutan-hutan yang dulunya hijau kini menjadi gundul, terumbu karang yang indah kini rusak, dan banyak spesies flora maupun fauna yang terancam punah. 

Hal ini berdampak sangat luas, bukan hanya terhadap rusaknya lingkungan dan keseimbangan ekosistem, tetapi juga berdampak terhadap seluruh kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Secara umum, dampak negatif dan ancaman mengkhawatirkan yang akan terjadi apabila hilangnya biodiversitas ini terus berlanjut dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Dampak Terhadap Lingkungan 

- Kerusakan Lingkungan dan Stabilitas Ekosistem 

     Keanekaragaman hayati memiliki peranan sangat penting dalam menjaga stabilitas ekosistem. Sesuai namanya beraneka ragam hayati atau makhluk hidup, walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua (saling berkorelasi secara positif satu dengan yang lainnya). Benar sekali bahwa yang saya sebutkan sebelumnya adalah Bhinneka Tunggal Ika. 

Semboyan ini tidak hanya berlaku untuk masyarakat Indonesia, namun juga untuk hewan dan tumbuhan di Indonesia. Artinya walaupun Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, mereka saling membutuhkan dan melengkapi satu sama lain sehingga ketika terbentuk satu kesatuan maka akan terciptalah keseimbangan dan kesejahteraan. Oleh karena itu, apabila salah satu keanekaragaman hayati hilang akan mempengaruhi kehidupan keanekaragaman hayati atau makhluk hidup lainnya. 

     Hilangnya keanekaragaman hayati dapat mengubah interaksi simbiosis dengan spesies lain dan lingkungannya, yang dapat mengganggu fungsi ekosistem. Hal ini didukung dengan sebuah artikel di jurnal ilmiah Science pada tahun 2015, bahwa pengurangan jumlah spesies tanaman akan mengakibatkan penurunan stabilitas ekosistem secara keseluruhan, terlepas dari hilangnya keanekaragaman hayati. Ini berarti bahwa hilangnya keanekaragaman hayati mengakibatkan ekosistem menjadi  lebih rentan terhadap ketidakstabilan dan perubahan. 

- Terganggunya Sistem Biogeokimia 

     Tujuan dari adanya keanekaragaman hayati seperti yang telah disebutkan sebelumnya adalah menjaga fungsi dan keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu, Hilangnya keanekaragaman hayati dapat mempengaruhi siklus nutrisi seperti siklus  karbon, siklus hidrologi, dan siklus kehidupan lainnya. Hal ini dapat menyebabkan perubahan dalam produktivitas ekosistem, perubahan iklim, kualitas air, dan emisi gas rumah kaca yang semakin meningkat dan terperangkap di atmosfer karena menurunnya daya serap gas CO2. 

- Laju Kepunahan Spesies Meningkat dengan Cepat 

     Banyak ahli sepakat bahwa kepunahan Massal Keenam tengah berlangsung saat ini. Jumlah spesies terus menyusut karena faktor-faktor seperti perubahan iklim yang disebabkan oleh ulah tangan manusia, kerusakan habitat, pemanenan berlebihan, polusi, dan invasi spesies asing. Jika kita bandingkan dengan tingkat kepunahan yang terjadi secara alami atau tanpa campur tangan manusia, tingkat kepunahan diperkirakan sekitar 1.000 hingga 10.000 kali lebih tinggi (https://liputan6.com).

- Kerusakan Rantai Makanan 

     Setiap makhluk hidup memiliki peranan dalam rantai makanan. Hilangnya spesies tertentu dapat mengganggu rantai makanan dan hubungan ekologi, yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam dinamika predator-mangsa dan mengubah seluruh ekosistem. Misalnya populasi serangga seperti lebah dan kupu-kupu yang berperan penting dalam penyerbukan tanaman menurun drastis. 

Akibatnya produksi buah dan biji tanaman akan berkurang, yang pada gilirannya akan mengurangi sumber makanan bagi hewan herbivora yang memakan buah-buahan. Hal ini juga dapat mempengaruhi hewan karnivora untuk dapat memangsa herbivora.

- Peningkatan Resiko Bencana Alam

     Hilangnya keanekaragaman hayati terutama hutan yang diakibatkan karena ulah tangan manusia seperti penebangan hutan liar dan pembakaran hutan massal. Sehingga hal inilah yang menyebabkan perubahan pola curah hujan yang mengganggu siklus hidrologi dan meningkatkan resiko bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan.

2. Dampak Terhadap Manusia 

- Menurunnya Produktivitas Pertanian dan Keamanan Pangan

     Hal ini dapat mempengaruhi siklus air dan kualitas tanah yang dihasilkan. Selain itu, bayangkan saja apabila beberapa spesies yang membantu dalam proses pertumbungan dan perkembangan tanaman seperti burung-burung yang membantu dalam proses penyerbukan, cacing tanah dan mikroorganisme lainnya membantu menyuburkan tanaman, dan spesies lainnya apabila hilang dan punah lantas bagaimana tanaman dapat mempertahankan hidupnya dan meningkatkan produtivitas pertanian. 

Keanekaragaman hayati juga sangat penting bagi produksi pangan, karena menyediakan sumber daya genetik untuk perbaikan tanaman dan ternak, penyerbukan,  dan pengendalian hama alami. Menurunnya keanekaragaman hayati dapat mengurangi produktivitas pertanian dan meningkatkan kerentanan sistem pangan terhadap hama, penyakit, dan perubahan iklim.

- Menurunnya Kesehatan Manusia

     Hilangnya keanekaragaman hayati terutama tumbuhan dan tanaman dapat mengakibatkan akses terhadap air dan udara bersih berkualitas baik juga terancam. Hilangnya tumbuhan terutama pepohonan yang dapat menyerap karbondioksida (CO2) dari udara dan melepaskan oksigen berarti bekurangnya kemampuan alam dalam menyerap CO2, sehingga konsentrasi CO2 di atmosfer meningkat. Peningkatan CO2 berkontribusi pada pemanasan global dan perubahan iklim. Selain itu, tumbuhan juga berperan penting dalam menyaring polutan udara seperti partikel debu dan gas berbahaya. 

Dengan hilangnya vegetasi, polutan udara akan terperangkap dan semakin meningkat di atmosfer sehingga memicu polusi udara yang lebih parah. Hal inilah yang sangat berdampak terhadap kesehatan manusia termasuk penyakit baru yang muncul akibat persebaran dari kepunahan spesies tertentu.

     Selain itu, keanekaragaman hayati memainkan peranan penting dalam pengembangan obat-obatan baru, karena banyak obat-obatan dan pengobatan homeopati berasal dari tumbuhan atau hewan. Hilangnya spesies berarti hilangnya sumber potensial pengobatan baru untuk penyakit.

- Menurunnya Perekonomian Masyarakat Bahkan Kerugian Ekonomi 

     Masyarakat lokal yang masih bergantung dengan alam dan bekerja sebagai seorang petani akan merasakan hal yang sangat menyedihkan ketika melihat keanekaragaman hayati atau sumber daya alam potensial untuk mereka bekerja hilang atau bahkan punah, sehingga hal ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi perekonomian masyarakat. Selain itu, keanekaragaman hayati juga membantu berbagai kegiatan industri, termasuk kehutanan, perikanan, dan pariwisata. Hilangnya keanekaragaman hayati berpotensi mengurangi produktivitas dan keberlanjutan industri-industri ini.

- Hilangnya Nilai-Nilai Luhur Budaya

     Makna budaya dan spiritual yang terkandung di dalam keanekaragaman hayati   masih diyakini bagi banyak orang sebagai warisan budaya, khususnya masyarakat adat. Hilangnya spesies dan ekosistem dapat mengakibatkan hilangnya warisan budaya, pengetahuan tradisional, dan hubungan spiritual dengan alam.

3. Dampak Terhadap Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)

     Hilangnnya keanekaragaman hayati dapat menjadi hambatan dan ancaman serius yang signifikan terhadap beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan yang merupakan cetak biru untuk mencapai masa depan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan bagi semua orang, yaitu sebagai berikut :

  • Mengurangi Kemiskinan : Meningkatnya populasi masyarakat desa akan bergantung langsung pada alam untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar. Hilangnya biodiversitas dapat merusak mata pencaharian mereka.
  • Menghilangkan Kelaparan : Keanekaragaman hayati berperan penting dalam pertanian. Coba kita bayangkan apabila populasi spesies flora dan fauna yang punah terus meningkat, lantas bagaimana pengaruhnya dengan tanaman lainnya yang membutuhkan spesies untuk proses penyerbukan atau pertumbuhannya dan tanaman itu merupakan sumber makanan bagi manusia? Hal ini tentu saja juga akan berdampak pada manusia dan mengancam ketahanan pangan Indonesia.
  • Kesehatan dan Kesejahteraan masyarakat : Hilangnya keanekaragaman hayati dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat baik secara langsung maupun tidak.
  • Air Bersih dan Sanitasi : Keanekaragaman hayati berperan penting dalam menjaga kualitas air. Misalnya hutan yang berfungsi sebagai filter alami yang menjaga air tetap bersih. Andaikan hutan hilang, maka kualitas air akan menurun dan mengancam kesehatan manusia.
  • Kota dan Masyarakat yang Berkelanjutan : Kota-kota yang hijau dan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi cenderung lebih sehat dan layak huni. Hilangnya keanekaragaman hayati dapat membuat kota menjadi lebih panas, lebih rentan terhadap bencana alam, dan mengurangi kualitas hidup masyarakat.
  • Aksi Iklim : Hilangnya hutan berarti semakin banyak CO2 yang terakumulasi di atmosfer dan mempercepat perubahan iklim.
  • Kehidupan di Bawah Air : Keanekaragaman hayati laut sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut. Penangkapan ikan yang berlebihan dan kerusakan habitat laut dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati laut dan mengancam mata pencaharian nelayan.
  • Kehidupan Di Daratan : Hutan, padang rumput, dan ekosistem darat lainnya merupakan rumah bagi jutaan spesies. Hilangnya habitat ini mengancam kelangsungan hidup banyak spesies.

     Secara kompleks, hilangnya keanekaragaman hayati ini sangat berdampak besar terhadap manusia dan seluruh aspek kehidupan di muka bumi ini. Hal ini dikarenakan kehidupan makhluk hidup tidak pernah terlepas dari lingkungan dan ekosistem. Selain itu juga, tanpa kita sadari bahwa segala ilmu itu berkorelasi termasuk dalam hal mempelajari biodiversitas ini, hal ini menyadarkan kita betapa pentinganya menjaga persatuan dalam keberagaman sehingga membentuk fondasi yang kuat dan mempertahankan stabilitas yang tinggi. Di dalam QS. Thaha [20] ayat 53 menjelaskan bahwa Allah Swt telah menjadikan bumi sebagai hamparan yang kemudian menurunkan air hujan dari langit dan menumbuhkan dengan air hujan tersebut beraneka macam tumbuhan. Hal ini jelas bahwa Allah telah menciptakan keanekaragaman di muka bumi ini sebagai bentuk kebesarannya yang patut kita syukuri dan jaga dengan baik, dan ayat ini telah menjelaskan bahwa makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan satu sama lainnya.  

     Al-Qur’an sebagai sumber petunjuk hidup bagi umat Islam telah memberikan   pemahaman yang komperhensif tentang hubungan manusia dan alam semesta, menjadi pedoman dalam bertingkah laku, dan telah mengajarkan banyak kehidupan yang membawa kepada kebaikan dan kebermanfaatan. Allah Swt menjelaskan bahwa alam semesta diciptakan dengan segala keindahan dan keteraturannya sebagai tanda kebesaran Allah Swt (QS. Ar-Rum [30] ayat 22)

Allah Swt menciptakan alam semesta beserta semua sumber daya yang ada di dalamnya. Allah telah menawarkan amanah pengelolaan alam semesta dan isinya kepada makhluk-makhluk-Nya, tidak satu pun yang bersedia mengemban amanah tersebut selain manusia yang berani mengambilnya, meski kadang manusia tidak mampu menjalaninya (QS. Al-Ahzab [33] : 72).

     Hal inilah yang menjadi fungsi dan peran kekhalifahan yang diamanahkan kepada manusia, yang telah dipilih oleh Allah, sekalipun manusia kadang lalai dan sombong sehingga amanah yang diemban tidak dapat terlaksana dengan baik dan sempurna. Serah terima amanah ini kepada manusia dilukiskan dalam QS. Al-Baqarah [2] ayat 29 dan dilanjutkan dengan penunjukkan manusia sebagai khalifah dimuka bumi Allah ini pada QS. Al-Baqarah [2] ayat 30. 

     Peristiwa yang dapat kita saksikan saat ini sangat menyedihkan bahwa ternyata banyak manusia yang lalai dan ingkar dengan amanah dan janji yang telah dipegangnya sehingga kerusakan mulai terjadi dimana-mana. Allah Swt mengingkatkan kita dalam QS. Ar-Rum [30] ayat 41 yang artinya : “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

    Landasan inilah yang menjadi kunci awal dan perlu digaris bawahi bahwa untuk menjaga kelestarian dan memelihara sumber daya alam Indonesia yang kaya ini merupakan tugas kita bersama baik itu sebagai masyarakat bangsa ini secara umum, sebagai mahasiswa, remaja, pemerintah, dan seluruhnya. Oleh karena itu sangat diperlukan peranan berbagai elemen tersebut untuk dapat bekerjasama melestarikan kekayaan alam dan menjaganya dengan sepenuh hati dari kepunahan massal.

     Melalui tulisan ini, saya berharap agar kita sebagai manusia membuka mata dan menyadari amanah serta tanggung jawab yang telah dipegang, menepati janji-janji yang telah diucapkan, jujur terhadap orang lain dan kepada diri sendiri, menjadi pribadi yang terus menebar kebermanfaatan dan mampu menjaga persatuan dalam keberagaman serta keseimbangan antar sesama makhluk hidup. Percayalah bahwa segala ucapan dan tindakan yang kita lakukan di muka bumi Allah ini akan kita pertanggungjawabkan kelak di Akhirat. 

Merugilah orang-orang yang senantiasa berbuat kerusakan di muka bumi Allah ini baik terhadap lingkungan maupun sesama. Melalui karya tulisan ini, saya tidak berharap kemenangan apapun. Namun, saya berharap dengan karya tulisan ini dapat mengembalikan kesadaran kita baik itu generasi muda bangsa, akademisi, praktisi, bahkan pemerintah untuk terus menjaga bumi Allah dengan baik dan tidak merusak keseimbangan itu. 

Sebagaimana juga Allah telah menjelaskan dalam QS. Ar-Rahman [55] ayat 7 Allah mengingatkan kepada kita pentingnya menjaga keseimbangan di muka bumi Allah ini termasuk keseimbanagn ekosistem dan dalam setiap tindakan yang kita lakukan agar tidak merusak keseimbangan itu, karena apabila merusaknya maka akan merasakan akibatnya,  ayat tersebut berbunyi :

                                                                      وَالسَّمَاۤءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيْزَانَۙ 

Artinya : “Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan Keseimbangan, agar kamu jangan merusak Keseimbangan itu”. (QS. Ar-Rahman [55] ayat 7)

     

     Menurut saya, langkah yang bisa kita lakukan untuk menjaga, melestarikan, dan mengakhiri tragedi keanekaragaman hayati di Indonesia ini, kunci utamanya ada pada rakyat dan generasi muda Indonesia agar mau bersuara, bergerak, berkolaborasi, dan beraksi untuk mengatasi segala perselisihan dan kerusakan yang tengah terjadi saat ini di Indonesia. 

Menuntut bukan berarti mendesak dan menentang, mengingatkan dan meluruskan jalan yang salah, dan memecahkan setiap masalah yang terjadi dengan penuh kedamaian. Pesan yang saya sampaikan ini bukan hanya untuk rakyat dan bangsa ini akan tetapi dengan kerendahan hati saya, hal ini juga saya tujukan kepada para pemimpin bangsa dan negara ini, baik itu pemerintah Indonesia, atau lembaga lainnya agar membuka hati nurani, fikiran yang bersih dan suci, menyadari segala tindakan yang dilakukan dan menyelesaikan persoalan ketidakadilan. Saya tidak bermaksud menyudutkan pemerintah Indonesia atau pihak siapapun. 

Hal ini ditujukan kepada seluruh elemen masyarakat, bangsa, dan pemerintah Indonesia agar bersama, bersatu, berkolaborasi, dan berempati untuk membangun masa depan bangsa dan negara jauh lebih baik dengan menjaga dan melestarikan sumber daya alam atau keanekaragaman hayati yang kita miliki sebagai bentuk rasa syukur kita kepada sang pencipta Allah Swt.

         Saya yakin melalui kesadaran, kolaborasi, kecintaan, ketulusan, kesabaran, kekuatan, optimisme, persatuan dan kesatuan dalam keberagaman akan mewujudkan Indonesia gemilang, Indonesia Emas tahun 2045 yang lebih baik lagi, sehat, dan berkelanjutan.

         Selain itu, langkah kecil lain yang bisa kita lakukan untuk menjaga kelestarian alam di muka bumi Allah ini adalah dengan komitmen dan disiplin untuk tidak menebang hutan secara sembarangan, tidak membakar sampah dan limbah sehingga tidak mencemari lingkungan, merawat tanaman, menanam hutan kembali, peduli terhadap flora dan fauna maupun mencintai lingkungan. Dimulai dengan langkah kecil dan diri sendiri untuk negeri yang menginspirasi, menumbuhkan rasa cinta tanah air, kepedulian untuk menjaga kelestarian alam lingkungan dan ekosistem, serta berkolaborasi untuk membangun masa depan negeri yang cerah dan lebih baik. 

        Saya sebagai seorang Mahasiswa memiliki langkah konkret untuk berkontribusi menjaga kelestarian Alam di muka bumi ini melalui berbagai kegiatan penelitian yang hingga saat ini saya lakukan seperti penelitian yang saya lakukan untuk mengelola sampah dan limbah organik maupun anorganik, aksi lingkungan hidup melalui budaya menanam pohon kembali untuk Indonesia, pengabdian masyarakat, edukasi dan melalui berbagai karya tulis untuk mengunggah hati banyak orang agar dapat berkontribusi untuk bersama-sama menjaga kelestarian alam di bumi Allah ini karena hal ini tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun